Ardi’s
Zone (ardiloarmadillo.blogspot.com)
Posted
on January 28th, 2007
Aku ingat saat pertama kali aku
kenal kamu. Kamu hanyalah gadis biasa yang tidak cantik dan tidak mempesona.
Kita memang satu sekolah, tetapi kita tidak begitu saling kenal dekat. Entah
kenapa akhir-akhir ini aku merasakan ada hal yang aneh pada diriku. Tapi aku
takut mengakuinya. Setiap aku berpapasan denganmu, ada semacam rasa aneh yang
kurasakan. Walaupun kutahu kamu tak akan peduli itu.
Aku ingat hari itu, kamu dengan
santainya melenggang di hadapanku, dan aku tahu kamu juga tak begitu pedulikan
aku. Aku katakan sekali lagi, kita tak cukup dekat, bahkan sangat sangat jauh.
Kamu juga tak akan peduli dan tak akan pernah mau tahu kalau rasa hati ini saat
kamu berjalan di dekatku bagaikan sesuatu yang tak bisa terejawantahkan dengan
sekumpulan kata-kata biasa. Sulit untuk jujur pada hati ini. Bahkan setiap
malam dirimu selalu membayangiku. Walaupun kucoba tuk berbohong pada diriku
sendiri kalau aku tak memiliki rasa itu. Sakit memang, kalau dipendam seperti
itu. Dan semakin aku mengelak, rasa itu semakin membandel tumbuh subur bak
jamur di musim hujan.
Aku ingat hari itu, aku merasa ada
yang tak beres dengan hati ini. Maka kucoba untuk menata hatiku kembali. Fokus
pada tujuan akhirku di sini. Aku tak mau sesuatu seperti rasa ini melunturkan
ambisiku. Dan aku sedikit demi sedikit belajar tuk membencimu. Karena dirimu
telah mengganggu hidupku dengan cara yang lain.
Walau sekuat tenaga aku selalu
mendoktrin hatiku untuk selalu berkata ‘aku benci dirimu’ tapi sebagian hati
yang lain seperti menjerit tak rela. Dan akhirnya aku bertekuk lutut dengan
semua ini. Oh Tuhan, kenapa ini terjadi pada diriku?
Aku selalu berpikir, apakah kau
tercipta untukku? Tapi pertanyaan gila itu selalu kutepis, dan mencoba untuk
tak akan pernah memikirkan hal itu lagi. Tapi kenapa kamu selalu ada di setiap
mimpiku? Muncul di saat aku sendirian dan sepi? Bahkan aku ingat juga saat aku
menjadi salah tingkah saat bertemu denganmu. Tapi lagi lagi, kau juga tak akan
peduli denganku.
Dan sering otakku melontarkan
pertanyaan pertanyaan gila yang lain, aku selalu berpikir apakah kau juga
pernah memikirkan diriku? Dan aku tau angan-anganku terlalu tinggi.
***
28 January 2007 at 8.50 pm
Dear Kamu
Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu terbayang-bayang wajahmu.
Untuk yang kesekian kalinya, aku melihat kau berjalan di koridor itu. Kau tahu,
rasanya seperti sebuah hembusan angin. Membelai. Membuai. Melenakan siapa saja
yang merasakannya. Dan itulah yang terjadi padaku.
Kamu itu misterius! Jujur saja aku menyukai style mu yang misterius itu.
Kemisteriusanmu sungguh membuatku semakin penasaran akan dirimu. Sosokmu itu…. Bagaikan
bayangan yang selalu hadir di setiap mimpiku. Kau tak pernah tahu kalau aku
menyimpan rasa ini. Rasa yang begitu bodoh dan hina. Setiap aku melihatnya
jantungku terasa ingin kubuang. Aku berharap tak memiliki jantung yang setiap
bertemu denganmu selalu mengehentak rongga dada.
Kuharap kau tak akan pernah tahu. Dibalik keacuhanku dan ketidakpedulianku
akan kehadiran dirimu, dibalik itu pula aku menyimpan getar-getar yang memaksa
setiap ujung lidahku untuk merangkai kata-kata indah, memaksa sudut bibirku
untuk membuka, memaksa otak ini menyusun sebaris kata, yang mungkin bisa
menggambarkan perasaanku kepadamu.
Kau tahu? Aku senang melihat senyummu. Senyummu itu benar-benar
menyejukkan siapa saja yang melihatnya. Kau tahu? Setiap aku berjalan melewati
dirimu rasanya aku ingin kabur saja. Aku malu. Aku grogi. Rasanya aku ingin
berteriak memanggilmu dan mengatakan sesuatu yang menyesakkan rongga dada ini.
Memang kita tak saling kenal dekat. Memang kau dan aku jauh. Tapi apa
aku salah kalau aku punya perasaan itu. Kuakui memang aku tak pernah mengenal
sangat dekat sosok dirimu. Tapi apa aku salah kalau aku memiliki rasa itu pada
seorang ‘asing’ yang belum aku kenal secara detail setiap inchi nya. Apa aku
salah mengenalmu secara ‘buta’ saja. Secara universal saja. Kadang aku juga tak
pernah habis pikir kenapa aku begitu menyukaimu. Kau memang bukanlah pangeran
tampan seperti yang ada di cerita negeri dongeng. Tapi, pesonamu bukanlah
ketampananmu. Itulah yang menggetarkan pintu hati ini, sosokmu menyeruak masuk
menempati bagian hati ini yang memang masih kosong.
Kau dan aku jauh. Jauh fisik, dan perlu aku ingat kita tak pernah
saling dekat satu sama lain. Tapi aku harap, hatiku dan hatimu menyatu... Aku
tak pernah ingin berharap kalau kamu adalah bagian diriku tapi sebagian dari
diriku ingin berkata: “semoga kamulah separuh dari diriku”.
Kuakui memang aku bukanlah gadis idaman. Kuakui aku bukanlah
siapa-siapa. Tapi bolehkah aku bermimpi untuk menjadi bagian dirimu? Dan
pertanyaan bodoh ini memang selalu menggangguku di setiap waktu.
Dan aku akan tetap menyimpan rasa ini di dalam hati. Biar saja, kita berjalan
di sini sendiri-sendiri. Biar saja, jika Tuhan memang mengijinkan kelak aku dan
kau bersama, suatu saat pasti akan terjadi. Tapi jika Tuhan berkehendak lain,
maka tolong Tuhan hapus semua bayang-bayang dia dari dalam otakku, hilangkan
perasaan ini, jauhkanlah aku dari dia, biarkanlah diriku hidup tenang, dan
pertemukanlah aku dengan seseorang yang tepat. Hapuskanlah dia dari ingatanku
kalau memang dia bukanlah untukku…
P.S: Jangan su’udzon ini hanyalah cerpen karangan fiktif belaka. Ini
cerpen ditulis waktu saya masih kelas 11 SMA (dua tahun lalu) dan baru
dilanjutin tanggal 16 November 2012. Lantas, baru dipostkan di blog hari ini
karena saya kurang pede hehe. Tenang, bukan kisah nyata penulis. Sekian. :)
Inspired by: Crush – David Archuletta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar