Mengapa rasa
ini terasa begitu kuat? Tak kuasa aku untuk menahannya. Bukankah aku telah
bersumpah untuk tak akan terpaut dengan hati yang baru? Bukankah aku telah
membentengi diriku sendiri untuk tidak berangan-angan terlalu tinggi? Aku berjanji
untuk tidak pernah jatuh cinta (lagi). Sudah cukup diriku meletakkan hatiku di
tempat yang salah. Sudah cukup membalut diri dengan seribu dosa karena
mengangankan dirinya yang bukan takdirku. Sudah cukup aku melayang kemudian
terhempas seketika, saat kutahu kenyataannya tak seindah anganku. Aku tahu rasa
kagum (atau mungkin cinta) ini adalah anugerah dari-Nya. Aku tahu rasa ini
adalah rasa terindah yang diberikan-Nya untuk seluruh umat manusia. Tapi kenapa
harus dia kemudian dia (yang lain)? Tapi kenapa ku harus mengagumi sosoknya
yang bahkan mengenalku saja tidak. Rasa ini bagaikan candu. Rasa ini semakin
lama semakin adiktif.
Tahukah kau mengapa
aku takut untuk jatuh cinta (lagi)? Karena aku rapuh. Kaulihat aku kuat. Tapi
itu hanyalah topeng belaka. Tahukah kau mengapa aku takut untuk jatuh cinta
(lagi)? Karena aku takut. Takut dia yang kuimpikan tak akan pernah menjadi
milikku. Takut terlalu mengangankan dirinya terlalu jauh. Takut menghadapi
kenyataan. Takut hatiku yang serapuh kaca ini hancur (lagi) berkeping-keping,
seperti pertama kalinya aku mengenal cinta (yang semu).
Dan aku
memilih untuk menyimpan rasa ini sendiri. Mengagumi (atau mungkin Mencintai)
dalam diam. Menyimpannya untuk diriku sendiri. Sakit memang. Sakit rasanya. Dia
yang kukagumi mungkin tak bisa merasakannya. Dia yang selalu mengisi
relung-relung hati ku yang kosong. Bayangannya yang selalu berputar-putar dalam
pikiranku. Sakit rasanya, saat kutahu bahwa dia tidak mengetahui apa yang
kurasa. Saat kutahu dia tidak merasakan apa yang kurasa. Sering kubertanya,
adakah diriku di hatinya? Adakah diriku di pikirannya? Apakah dia memiliki rasa
yang sama? Atau itu hanyalah sebuah impian semu belaka?
Sindrom
Obsessive-Compulsive yang saban hari menyerangku, hanya ingin tahu dia dimana?
Dia sedang apa? Hanya ingin tahu, apa yang disukainya? Apa yang dibencinya?
Kalau boleh jujur, semua itu kulakukan diluar area kesadaranku. Terjadi begitu
saja. Oh, atau mungkin aku memang sudah gila. Dan inilah lelucon yang paling
aku takutkan seumur hidupku. Gila karena dia. Gila karena cinta.
Satu yang aku
takutkan adalah kehilangan dirimu. Sering ku berkata bahwa memang mungkin aku
benar-benar sedang gila jika benar aku takut kehilanganmu. Aku takut kalau kau
bersama yang lain. Tapi, terkadang logika selalu menang, bisakah aku kehilangan
apa yang tak pernah aku miliki?
Anonymous, on the edge of broken heart
Winter,
New Year’s eve 2013
Postscript: Semoga mewakili
perasaan para manusia-manusia galau di dunia. Iseng bikin cerpen bentuk narasi
(tanpa dialog) yang lebih mirip curhatan colongan yang berasal dari hati hahahaha.
Inspired by: Can’t Lose What You Never Had – Westlife :D
P.S.S: Cerpen ini dibuat delapan
bulan yang lalu. Got it! Jangan su’udzon ini cuma cerpen. Cerpen ditulis pake
tangan bukan pake hati :p. Maaf ya kalo menyayat hati *eh pede amat XD
yakin hanya ditulis tangan tanpa turut campur dari hati de? :)
BalasHapusjangan galau karna cinta ya de. Allah sudah menentukan jodohnya ade sejak ade belum lahir. jadi buat apa mikiran hal yang sudah pasti akan ade dapatkan nantinya.
Kalau kata almarhum Zainudin Mz :
bahwa memang lebih baik makan singkong dalam kenyataan daripada makan roti tapi ngimpi.
hehehe aduh jadi malu... iya mas yakin itu nulisnya pakai tangan masa pakai hati hehe :p
HapusOh itu lagi gak galau kok, mas. Itu juga saya bikinnya delapan bulan lalu, dan saya lupa saya waktu itu lagi galau apa enggak hehe, :p iseng-iseng aja :)
Saya suka quotenya KH. Zainuddin MZ! :) hehe