Pada tanggal 30 Juli 2013, tepatnya hari
Selasa, sehari setelah Temu Kangen dan Buber Kasmaji 2012, saya dan teman saya,
Ain, mengikuti workshop menulis bareng Bang Alit, penulis novel SKRIPSHIT. Sebenarnya pembicaranya
tidak hanya bang Alit saja, tetapi ada dua pembicara lainnya yang turut serta
dalam workshop ini, mereka adalah Mas Doy, seorang penulis novel, dan Mbak
Windy, seorang editor dari Gagas Media dan Bukune. Workshop yang bertajuk
#CreativeCharity ini memang bertujuan mengajak belajar sambil berbagi, bekerja
sama dengan @akbersolo (Akademi Berbagi Solo). Workshop ini diadakan di
berbagai kota termasuk Solo, dan Solo merupakan kota terakhir sebagai penutup
rangkaian acara #CreativeCharity.
Workshop yang saya ikuti ini GRATIS! FREE!
Jadi, sebelumnya kami yang berminat ingin ikut workshop tersebut disuruh
mengisi form online yang disediakan oleh @akbersolo. Karena peminatnya sangat
banyak sedangkan kuotanya terbatas hanya sekitar 20-40 orang maka penyelenggara
melakukan sebuah ‘penyeleksian’ katanya sih gitu, hehehe. Nah, kalau sudah
denger kata seleksi itu saya tiba-tiba jadi minder dan kurang percaya diri, dan
pas itu juga saya ngisi formnya gak serius hehe. Saya sempet mikir gini,
yaudahlah gak kepilih juga gakpapa. Saya mah pasrah aja.
Setelah ‘tragedi’ pengisian form itu saya
tiba-tiba lupa begitu saja, karena saya juga lagi sibuk sama target Ramadhan
dan event-event nulis yang lain (ceilah sok sibuk banget -_-), hehehe. Nah,
saya juga gak pernah ngestalk-in twitternya @akbersolo. Dan, TADA! Suatu malam,
tiba-tiba saya dapat SMS dari @akbersolo kalau saya terpilih menjadi peserta workshop
nulis bareng Bang Alit! Betapa bahagia tak terkiranya hati saya. Jelas, saya
bahagia sekali waktu itu, karena ini adalah pengalaman saya mengikuti workshop
menulis. Sebelumnya saya belum pernah sama sekali. Hei ingat, workshop sama
seminar beda lho ya! Hehehe. Dalam SMS itu menyebutkan bahwa kami disuruh
membawa sumbangan bisa berupa uang atau perlengkapan sekolah yang baru. Jadi
kita bayar seikhlasnya saja, karena memang tujuan workshop ini untuk kegiatan
amal. Oh iya, workshop ini bertempat di Amarelo Hotel, di seberang Matahari
Singosaren. Bagi yang warga Solo pasti tahu Matahari Singosaren, kan? Nah,
Amarelo Hotel itu dibangun di bekas tempat toko baju yang sudah bangkrut,
Ginza.
Sewaktu akan berangkat workshop, saya
merasa sangat malas. Karena semalam saya baru saja ikut Buber Kasmaji, mana
sampai jam 21.00, badan saya waktu itu agak masuk angin gara-gara pulang terlalu
malam hehe. Nah, karena saya tidak mau rugi juga, saya pun memutuskan untuk
tetap berangkat. Saya berangkat dari rumah pukul 13.00, karena di undangannya
tertulis pukul 14.00. Hari itu memang panas sekali, terasa menggigit permukaan
kulit. Tapi demi mendapatkan ilmu baru, apa sih yang enggak? hehehe. Saya pun
mengendarai motor melewati Smansa lagi, kemudian ke Proliman (deket Stasiun
Balapan) karena Ain sudah menunggu saya di sana. Kami pun berangkat bersama
berboncengan ke Amarelo Hotel.
Sampai di Amarelo sudah pukul 13.55, tapi
lagi-lagi saya mendapati pengalaman saya sewaktu Buber Kasmaji 2012, sehari
sebelumnya. Lagi-lagi, katanya jam 14.00 dimulai, dan kami harus datang tepat
waktu, ternyata masih saja yang datang baru beberapa kepala saja, termasuk kami.
Kami pun menunggu dengan sabar. Akhirnya setelah satu jam menunggu, sekitar
pukul 15.00, Bang Alit dan kawan-kawan pun tiba. Setelah sebelumnya mereka
sempat nyasar karena belum tahu posisi Amarelo Hotel itu di sebelah mana. Saya
tahu karena saya mencuri dengar percakapan via ponsel antara panitia dengan
Bang Alit cs. Hehehe.
Kemudian acara pun dimulai setelah Bang
Alit cs. datang. Tetapi kemudian terjadi kasak-kusuk, filenya Mas Doy (yang
sebenarnya menjadi pembicara pertama) raib dimakan anti-virus. Alhasil, akibat
kebingungan berkepanjangan itu, acara tambah molor lagi. Setengah jam pun
berlalu, Mas Doy pun mengalah, maka ia pun menyampaikan materi tanpa slide.
Walaupun tanpa slide tapi itu benar-benar suatu ilmu yang bermanfaat. Mas Doy
menjelaskan tentang tulisan Fiksi. Ia menceritakan tentang tips-tips menulis
fiksi, macam-macam genre tulisan, cara menyampaikan cerita menggunakan gaya
bahasa yang seperti apa, dan lain sebagainya. Kalau saya tuliskan akan panjang
sekali, hehe.
Setengah jam kemudian, berganti giliran
Bang Alit yang menyampaikan materi. Bang Alit menyampaikan tentang tips-tips
menulis, bagaimana supaya pembaca itu tertarik dengan tulisan kita sejak
kalimat pertama? Bang Alit menyampaikan materinya dengan gayanya yang kocak dan
lelucon cerdas yang membuat kami tertawa terpingkal geli.
Kemudian termin terakhir adalah giliran
Mbak Windy. Mbak Windy yang notabene seorang editor tentu saja menjelaskan
tentang seluk beluk dunia penerbitan, khususnya penerbitan naskah fiksi
layaknya novel. Mbak Windy menjelaskan tentang tips bagaimana supaya naskah
kita diterima penerbit, langkah-langkah memasukkan naskah ke penerbit. Dan saya
sangat excited dengan materi ini, karena menjawab segala pertanyaan saya yang
berhubungan dengan publikasi naskah, hehe. Maklumlah, pengen banget bisa
menerbitkan hasil pikiran saya, ingin berbagi pikiran dan kebahagian dengan
dunia hehe (ceilah bahasamu, Mus…).
Oh iya, di sini saya juga ingin berbagi
ilmu tentang workshop kemarin untuk para pembaca yang budiman, khususnya yang
merupakan para penulis pemula yang baru saja belajar (seperti saya ini,
hehehe). Saya hanya menuliskan beberapa materi saja, karena kalau ditulis semua
bisa panjang dan saya juga capek ngetiknya.
Ini materi dari Bang Alit:
Nulis Asik yaitu membuat tulisan yang
membuat pembaca itu gak bosen membaca tulisan kita dari awal sampai akhir tanpa
skip. Selain membuat pembaca tidak bosan tentunya juga supaya kita, sebagai
penulisnya, merasa enjoy saat menulis cerita tersebut. Maka untuk menciptakan
itu, ada tips-tips pra-menulis dari Bang Alit:
- Sebelum menulis kita harus mengenali diri sendiri.
Kita harus bisa mengenali
gaya menulis kita, gaya bahasa apa yang sering kita gunakan dan membuat kita
nyaman dalam menulis. Sebagai seorang penulis, kita tidak boleh mengikuti gaya
penulisan penulis favorit kita. Ciptakan gaya menulis kita sendiri. Menulis
yang baik adalah, menulis yang membuat nyaman dan kita tidak bosan melakukannya.
- Sebelum kita melakukan sesuatu pikirkan manfaatnya untuk orang lain.
Kalau menurut Bang Alit: “Jangan
mikirin royalti!”. Karena apa? Karena kalau kita menulis dan terlalu fokus pada
royalti, ketika kita mendapatkan royalti yang tidak sesuai dengan harapan kita
(misalnya nilainya lebih kecil, serasa kurang seimbang dengan hasil kerja keras
kita), maka hal tersebut akan menyebabkan kita jadi kapok untuk berkarya atau
kurang bersemangat dalam berkarya. Jadi, royalti itu belakangan, lakukan yang
terbaik itu yang paling penting :).
- Inspirasi
Nah, sebelum menulis cerita
pastinya kita membutuhkan inspirasi. Inspirasi itu sebenarnya ada di mana saja,
tapi kita belum menyadarinya. Inspirasi itu bisa datang dari diri sendiri
ataupun orang lain. Kalau misalnya kita mendapatkan inspirasi yang tiba-tiba,
segeralah catat ide itu, apapun itu langsung catat! Jangan malas melakukannya!
Peristiwa di sekitar kita bisa kita jadikan inspirasi asal kita lebih jeli
melihatnya daripada orang lain.
- Emosional
Sebelum menulis kita juga
melibatkan sisi emosional dalam diri kita. Misal, kemarahan, ketakutan,
kesukaan, kebencian, keresahan. Tujuannya supaya tulisan yang kita hasilkan
juga dapat dirasakan juga oleh pembaca, jadi feel-nya dapet, hehehe.
- Swap.
Swap, menukarkan seorang
tokoh di kondisi yang salah dan waktu yang salah. Biasanya ini ada di tulisan
komedi. Misal:
Kondisi yang salah:
Syahrini
terlihat anggun dengan pakaiaannya yang glamour dan blink-blink, tak lupa
jambul khatulistiwa menghiasi rambutnya, serta bulu mata anti badainya yang
mengganggu pandangan mata, melambai seiring dengan gerakan tubuhnya yang
tergopoh-gopoh mengangkat sejumlah beban yang terlihat sangat berat. Peluhnya
menderas menyebabkan maskaranya luntur dan make up-nya berantakan, rupanya
Syahrini sedang kerja part-time di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai kuli angkut,
karena sampai saat ini tidak ada satu stasiun televisi pun memberinya orderan
menyanyi. (Maaf ya absurd
banget ini, ga biasa nulis komedi, hahaha).
Waktu yang salah:
Syahrini
bernyanyi dengan suara yang mendayu-dayu manja, membuat seluruh makhluk hidup yang
mendengarnya terdiam. Tak ada seorang manusia purba pun di sana, apalagi
manusia modern, yang ada hanyalah sejumlah spesies dinosaurus yang memandangnya
takjub (atau mungkin geram). Saat Syahrini mencoba bernyanyi dengan nada falsetto,
seekor T-Rex berlari menghampirinya kemudian menerkamnya. Mungkin T-Rex itu
nge-fans sekali dengan Syahrini.
(Hahaha, bukan penulis komedi jadi garing banget -_-).
Kemudian setelah melakukan persiapan
Pra-Menulis, mari kita Start writing!
- Hook: memancing
Sebelum memulai menulis
cerita, kita harus memikirkan bagaimana cara menarik pembaca supaya dari
kalimat awal mereka tertarik untuk menyelami lebih dalam tulisan kita. Maka,
awali paragraf pertama tulisan kita dengan kalimat yang memancing rasa
penasaran pembaca. Bisa memulai dengan action yang membuat penasaran. Contoh (saya pakai contoh tulisan
saya “The Last Two Years”, maaf kalau ga penasaran hehe):
“AWAS!”
teriakan seorang wanita membelah keheningan malam. Lelaki pirang itu tak
menggubrisnya terus saja ia berjalan cepat tanpa memedulikan teriakan itu. Ia
berusaha berlari meraih kotak merah itu. Sedetik kemudian…
Kalau mau membaca lanjutannya
klik di sini.
- Delivery: menyampaikan
Membuat pembaca supaya bisa
masuk ke dalam imajinasi penulis. Jadi seperti menyamakan persepdi pembaca
dengan persepsi penulis. Cara menyampaikan cerita ada dua cara:
- Telling:
menyampaikan seperti bercerita langsung kepada sesorang yang memang sudah kenal
dengan kita. Contoh:
Ayahku
seorang kuli bangunan. Kemarin ia pulang terlihat sangat letih sekali. Bajunya
kotor dan sepatunya penuh dengan percikan semen yang sudah mengering.
- Showing:
menunjukkan kondisi dengan sesuatu secara DETAIL.
Biasanya digunakan untuk pembaca yang memang belum kenal dengan penulis.
Contoh:
Malam
itu, ayahku pulang dengan raut wajah letih. Gurat-gurat penuaan pada wajahnya
terlihat semakin menonjol di antara tulang pipinya yang terlihat kurus.
Wajahnya yang hitam legam karena saban hari selalu bermandikan teriknya raja
siang berusaha menyembunyikan keletihannya. Ia tersenyum memandangku, sisa-sisa
ketampanan masa mudanya masih terlihat jelas meski umurnya yang sudah kepala
lima itu melunturkan lapisan kolagen pada kulit pipinya. Ia duduk bersandar di sofa
tua yang sudah sobek di sana sini. Sepatu bootsnya tampak kotor terkena
percikan semen yang sudah mengering, bajunya terlihat kusam terkena debu-debu
serpihan kayu dan butiran pasir yang menempel tipis pada serat kainnya. Aku
duduk di sampingnya seraya meletakkan segelas teh hangat kental di atas meja.
Ia meraih teh hangatnya dan meneguknya untuk melepaskan dahaga yang sedari tadi
menggelayuti kerongkongannya.
Bisa
dibedakan, lebih dapet feel-nya yang bagian mana? :)
Kalau dalam penyampaian
menggunakan dialog juga ada dua cara:
-
Telling:
“Kau
sendirian di sini?” tanya gadis asing itu.
“Uh…
eh… menurutmu?” jawab Kian datar.
“Boleh,
kan, kalau aku duduk di sini?” Gadis itu tersenyum. Kian hanya terdiam lantas
mengedikkan bahunya.
“Terima kasih” sahutnya lagi sambil
tersenyum tipis.
“Eh…
aku harus memanggilmu siapa?”
“Annabeth…”
jawabnya, “kau sendiri?” tanyanya kemudian.
“Kian.
Kian Egan…”
- Showing:
diambil dari “The Last Two Years”
…………………
“Kau
sendirian di sini?” suara lembut asing mengagetkan Kian. Daun Maple itu
perlahan terlepas dari tangannya, lantas kepalanya menoleh mencari sumber suara
itu. Seorang gadis tinggi semampai berdiri di belakangnya seraya tersenyum
ramah. Rambut panjang coklat sepunggungnya terurai menjuntai indah.
“Uh…
eh… menurutmu?” Kian memasang wajah datar sambil mengamati dari ujung kaki
sampai ujung kepala gadis itu. Siapa
gadis ini?, pikirnya.
Gadis
itu tersenyum lagi, lantas duduk di samping Kian sambil menyelonjorkan kedua
kakinya. “Boleh, kan, kalau aku duduk di sini?” ujar gadis itu kemudian. Kian
hanya memandang gadis itu datar kemudian menaikkan kedua alisnya dan
mengedikkan bahunya. Gadis itu tersenyum, lagi.
“Terima
kasih” sahutnya sambil tersenyum tipis.
Gadis
itu mengeluarkan buku gambar sketsanya dan peralatan menggambarnya. Ia perlahan
mulai menggoreskan tipis ujung runcing pensilnya di atas buku gambarnya yang
masih putih bersih itu. Kian sedari tadi memandang penuh tanda tanya kepada
gadis itu. Suasana seketika hening sampai tatkala Kian membuka percakapan.
“Eh…
aku harus memanggilmu siapa?” ujar Kian, masih dengan wajah datar
menyembunyikan kebingungan dan rasa penasaran terhadap gadis itu.
“Annabeth…”
jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dan ujung pensilnya dari buku
gambar. “Kau sendiri?” lanjutnya tiba-tiba lantas memandang sekilas kepada Kian
yang masih mengamatinya. Kemudian pandangan matanya sekejap beralih ke buku
gambarnya lagi.
“Kian.
Kian Egan…” jawabnya seraya mengalihkan pandangan matanya ke gitarnya kemudian
meraihnya kembali, memangkunya.
………….
Nah,
sekian postingan kali ini, mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Sebenarnya
masih banyak materi yang gak kalah keren dari ini, terutama punya Mbak Windy,
tentang tata cara penerbitan naskah novel. Tapi apadaya, karena tangan saya
capek ngetiknya. Bagi yang mau tahu lebih lanjut boleh hubungi saya. Okay, see
ya to the next post… :)
P.S:
Maaf postingnya telat dua hari dari waktu yang direncanakan. Biasalah kemarin lagi
gak mood nulis nih hehe.