www.google.com |
Senin malam lalu di tengah kepenatan mengerjakan tugas-tugas
sambutan semester enam yang mulai membadai, saya menyempatkan diri–lebih
tepatnya maksa menyempatkan diri–menonton The Maze Runner. Bagaikan kebelet pup
yang sudah di ujung tanduk, saya sudah tidak bisa menahan diri menunggu weekend untuk menontonnya. Hehehe.
Film yang disutradarai Wes Ball ini diadaptasi dari
novel young adult tahun 2009 karya James
Dashner. Genre science fiction dystopian
action thriller yang diusung film ini membuatnya menduduki puncak box
office. Atau mungkin juga karena andil versi novelnya yang best-seller sehingga film ini juga menuai kesuksesannya. Juga,
salah satu film, yang katanya, paling baik untuk versi film adaptasi novel young adult. Berhubung saya belum pernah
membaca novelnya, maka saya percaya saja, sih. Hehehe.
Awal kisah film ini bermula saat seorang remaja
lelaki bernama Thomas (Dylan O’Brien) tiba-tiba terbangun dalam sebuah elevator–semacam
kerangkeng besi–dalam keadaan linglung dan tidak mengingat apapun. Elevator itu
membawanya sampai ke sebuah tanah lapang luas yang dikelilingi oleh
tembok-tembok beton tinggi menjulang. Tanah lapang luas itu memiliki banyak
sekali penghuni dan semuanya adalah laki-laki. Tanah lapang luas itu disebut
oleh penghuninya sebagai Glade. Sedangkan penghuninya sendiri disebut Gladers.
Tembok beton yang mengelilingi Glade sebenarnya
adalah sebuah labirin. Setiap menjelang malam, pintu di setiap sisi tembok itu
akan menutup. Gladers percaya bahwa setiap malam Grievers–makhluk penghuni
labirin–akan keluar dari sarangnya mencari mangsa. Setiap orang yang masuk ke
labirin itu pada malam hari dijamin tidak akan kembali hidup-hidup.
Thomas, yang memiliki keingintahuan besar, selalu
merasa penasaran dengan apa yang ada di labirin itu. Sampai suatu sore, Minho
(seorang runner) tertatih-tatih menyeret Alby (pemimpin Glader) yang sekarat
karena tersengat Grievers. Mereka berusaha keluar dari labirin sebelum matahari
terbenam dan pintu yang menjadi jalan keluar satu-satunya tertutup rapat. Di
sini kejadian dramatis terjadi. Pintu pun perlahan menutup, sedangkan Minho
masih beberapa meter jauhnya. Gladers bersorak berusaha menyemangati Minho.
Mereka tidak bisa membantu karena Gladers dilarang memasuki labirin kecuali ia
adalah seorang runner. Melihat itu, Thomas, dengan segala keberanian dan
kegilaannya, nekat menerobos gerbang labirin yang makin lama makin menciut. Ia
pun berhasil masuk, pintu tertutup, terjebak bersama dengan Minho dan Alby yang
sekarat melewati malam mencekam. Yup, petualangan seru Thomas dimulai dari
sini. Melewati malam mencekam, dikejar-kejar Griever yang kelaparan, dan
lain-lain.
Film ini sangat keren, menurut saya. Keren banget! Sejak
awal, film ini telah menyuguhkan banyak teka-teki. Salah satunya, tentang
tembok beton menjulang yang mengelilingi Glade itu. Pertanyaan berkecamuk di
benak saya ketika menonton film ini, berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya
terjadi. Mengapa ada sekelompok manusia, satu persatu, dikumpulkan dalam satu
tempat luas, namun dikelilingi oleh tembok dan labirin yang rumit sekali.
Seolah mereka di sana sedang dikurung, ditantang untuk mencari jalan keluar
dengan melewati lika-liku labirin yang setiap jamnya susunan pintunya berubah.
Labirin, sebagai fokus utama dalam film ini, mengingatkan
saya pada sebuah eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner, seorang psikolog
Harvard. Percobaan itu menggunakan seekor tikus yang ditantang untuk membuka
pintu kandangnya supaya dapat memakan secuil keju yang ada di luar
kandang. Setelah berulang kali berloncatan, berjalan mengitari kandang,
akhirnya si tikus menemukan tuas yang kemudian dapat membebaskannya dari
kandang menuju makanannya.
Sebenarnya, percobaan kandang tikus di atas tidak
terlalu berhubungan dengan film ini. Atau, jika nantinya kalian sudah menonton
filmnya hingga ending, mungkin saja kalian bisa menemukan sedikit hubungan
antara dua hal yang berlainan dan sangat jauh itu. Hahaha.
Okay, cukup sekian movie review saya kali ini. Movie
review terpendek dalam sejarah blog ini. Halah. Sampai jumpa di movie review
saya selanjutnya… ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar