source: www.google.com |
Akhirnya, setelah sekian lama mengisi
konten blog dengan catatan perjalanan yang menurut kalian nggak penting, tapi
menurut saya penting, saya pun kembali mengupdate konten blog saya dengan movie
review. Tempo hari, saya baru membangkitkan minat nonton film saya setelah
beberapa lama lebih suka baca novel. Ya, film pertama yang saya pilih, sebagai appetizer untuk membangkitkan gairah
nonton film saya, adalah The Sixth Sense. Sebenarnya, sudah lama sekali saya
ingin menonton film ini. Tapi, entah kenapa, akhir-akhir ini saya takut nonton
film yang berbau horor sendirian, di depan laptop, dan saat malam hari.
Padahal, kemarin-kemarin biasa-biasa saja nonton film horor, sendirian, di
laptop, malam hari pula. Maka, saya memutuskan untuk menonton film ini saat
siang bolong. Hehehe. Anyway,
daripada terus berpanjang lebar, inilah review film saya yang pertama di tahun
2015!
The Sixth Sense adalah sebuah film thriller
supranatural arahan sutradara M. Night Shyamalan yang berkisah tentang seorang
anak-agak-bermasalah berusia 10 tahun. Ya, ibunya merasa bahwa anaknya memang
memiliki perilaku menyimpang dan sangat berbeda dibandingkan anak normal
lainnya. Ibunya merasa bahwa anaknya kurang mampu bersosialisasi, dijauhi
teman-temannya, karena mereka menganggap bahwa anak itu aneh. Sedikit gila,
lebih tepatnya.
Cole Sear, anak berusia 10 tahun itu,
kemudian didatangi oleh seorang psikiater, bernama dr. Malcolm Crowe, yang
berniat membantu mencari solusi dari permasalahannya. Berulang kali sang
psikiater mencoba membangun rapport
yang baik untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari Cole. Akhirnya, Cole
pun mau memberitahu hal-hal yang mengganggu hidupnya selama ini. Seringkali
Cole merasa gelisah setiap malam, bahkan sepanjang hari, karena arwah-arwah
penasaran selalu mengusik kehidupannya. Berbagai fenomena supranatural sering
dialami Cole, mulai dari penampakan roh yang mencoba berkomunikasi dengannya
sampai munculnya luka lebam dan memar pada tubuhnya akibat dari perlakuan roh jahat
yang mencoba menyakitinya. Hal itulah yang seringkali membuat Cole bersikap
aneh dan sering dianggap gila oleh teman-temannya.
Film yang dibintangi Bruce Willis–sebagai dr.
Malcolm Crowe–ini menyajikan ending yang suspense. Mengejutkan.
Bahkan di luar praduga saya. Maka, sungguh tidak mengherankan apabila film ini
menuai rating 8.2/10 di situs IMDb dan 85% di Rotten Tomatoes.
Sebenarnya film ini menyajikan alur
yang lumayan datar-datar saja di sepanjang ceritanya. Kecuali di bagian
penampakan hantu, sih. Hehehe. Bahkan saya sempat bosan ketika film sudah 60
menit berjalan. Padahal film ini berdurasi sekitar 107 menit. Saya terlalu
berekspektasi akan dimanjakan oleh adegan klimaks heroik, mengagetkan, atau
memacu adrenalin ketika cerita akan mencapai ending. Justru, di situlah
keunikan film ini. Ketika kita terlalu berekspektasi terhadap plot cerita,
lantas alur film tersebut menyajikan sesuatu di luar dugaan, berarti film itu
telah berhasil membelokkan perspektif penonton.
Ya, saya adalah salah satu penonton
yang berhasil dibelokkan perspektifnya. Padahal di menit-menit awal, film ini
sudah menampilkan petunjuk tentang ending apa yang bakal mereka sajikan. Namun,
saya terlampau terkecoh dengan alur yang dibangun sangat apik oleh Pakde
Shyamalan ini. I think, it was such a
great movie!
Sebuah film dengan ide sederhana–seperti
halnya film-film horror Hollywood kebanyakan, yang mengangkat tema 'kemampuan
melihat hantu' beserta segala penampakkannya–mampu menyajikan alur yang berhasil membawa penonton terhanyut mengikuti jalan cerita. Sebuah
poin plus yang patut diapresiasi. Saya sempat mengira bahwa ending film ini
akan datar saja, namun ternyata tebakan saya sepenuhnya salah.
Yup, saya tidak mau berpanjang lebar
tentang film ini dengan memberikan beberapa spoiler
cerita. Saya akan membiarkan kalian, para movie
buff, menonton film ini sendiri dan bermain tebak-tebakkan ending dengan
daya imajinasi kalian. Halah.
Film yang mendapatkan enam nominasi
dalam ajang Academy Award ini memang sangat recommended ditonton. Tidak terlalu
mengagetkan dengan penampilan hantu-hantu berwajah hancur seperti Insidious,
namun twistnya mampu mengedikkan bulu roma kalian.
Sekian movie review saya kali ini. Di
postingan selanjutnya saya akan mengulas sebuah film yang dimainkan oleh aktor
dan aktris Indonesia dan Hollywood. Penasaran? Ikuti tulisan movie review saya
selanjutnya. Hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar