Sebenarnya saya mirip Felicity Jones *dirajam massa* [source] |
Sebuah pertanyaan yang cukup sulit,
membuat saya menggali ingatan-ingatan tentang pendapat sejumlah orang mengenai
diri saya. Sejujurnya, saya tidak begitu yakin karena semacam lupa-lupa ingat
dengan kesan awal beberapa orang yang kenal dengan saya. Baiklah, saya akan
mencoba menulis lima opini orang lain berdasarkan memori yang berhasil saya
ingat, tapi tidak sesuai dengan fakta tentang saya sebenarnya.
Opini
1: Pendiam dan Kalem. Fakta: Cerewet dan Galak
Banyak yang bilang awal kenal
dengan saya, kesan yang ditampilkan adalah pendiam dan kalem. Sesungguhnya, itu
hanya pencitraan. Hahaha. Akibat wajah saya yang bertipe melas dan menyedihkan
ini jadi banyak yang menganggap saya pendiam. Awalnya, memang saya pendiam,
sebab saya belum benar-benar mengenal lawan bicara saya dan saya nggak bisa
ala-ala sok kenal sok dekat. Tapi setelah kenal, kalian akan tahu betapa
cerewetnya saya. Kadang (atau sering) saya galak pada hal-hal yang menuntut
saya untuk bersikap agak galak. Halah. Tapi saya nggak gigit, kok.
Opini
2: Kaku. Fakta: Cengengesan
Hanya karena saya suka belajar,
bukan berarti wajah saya mirip buku diktat. Hanya karena saya menyukai
ketepatan waktu, bukan berarti saya nggak bisa fleksibel. Hanya karena saya
suka membaca hal-hal serius, bukan berarti saya nggak bisa bercanda. Saya malah
nggak suka suasana kaku, dingin, dan mencekam. Suasana itu malah membuat saya
tercekat, grogi, dan cemas. Saya malah suka suasana yang hangat dan penuh
humor. Teman-teman saya pun banyak yang bertipe cengengesan. Ah, kalau kalian
sudah kenal dekat dengan saya, mungkin akan paham betapa cengengesannya saya.
Bahkan cengengesan saya sudah menular ke adik saya. Hmmm….
Opini
3: Cuek. Fakta: Sebenarnya peduli, hanya saja sengaja nggak kentara~
Kalau ada yang bilang saya cuek dan
nggak peka, mungkin dia belum mampu menembus kepribadian INFJ saya yang super
misterius. Saya suka mengamati tingkah laku orang-orang, gaya berbicara mereka,
gaya berpakaian mereka, ekspresi wajah mereka, bahkan hingga bahasa yang mereka
gunakan ketika chatting. Beware, I can see through your soul!
Bentuk kepedulian saya memang tidak pernah saya tunjukkan terang-terangan,
karena saya berusaha supaya nggak kelihatan mencolok sekali. (Halah, alasan! Bilang
saja gengsi kalau kelihatan peduli banget!). Eh, tapi kadang-kadang saya cuek
untuk hal-hal yang saya anggap nggak penting, sih. Daripada buang-buang waktu,
lebih baik cuekin saja. Jadi, cuek atau peduli? Saya juga bingung sebenarnya.
#krik
Opini
4: Rajin. Fakta: Prokrastinasi
Bukan berarti jika saya melakukan
hal-hal produktif secara berkala itu tergolong rajin. Saya malah lebih sering
menjadi deadliner, menyelesaikan
sesuatu ketika detik-detik terakhir. Prokrastinasi itu memang enak di awal,
tapi menderita di akhir. Saat ini saya juga sedang berjuang untuk memanajemen
prokrastinasi saya supaya tidak terlalu parah. Untuk mengatasi prokrastinasi, biasanya
saya suka mencicil pekerjaan sedikit-sedikit dari awal, hingga ketika menjelang
deadline tinggal menambah yang kurang.
Salah satu hal yang membuat saya kadang prokrastinasi adalah sifat perfeksionis
saya yang kadung mendarah daging. Perfeksionis berlebihan itu melelahkan,
Kawan. Kadang-kadang bikin pekerjaan jadi lama selesai karena terlalu kepikiran
dengan hasil akhirnya, apakah sesuai ekspektasi atau tidak. Saya bisa tiba-tiba
bad mood kalau baca buku banyak salah
eja dan langsung gelisah kalau menemukan satu typo dalam tulisan saya. Huft, melelahkan!
Opini
5: Pintar. Fakta: Gampang penasaran (atau kalian kena hallo effect)
Saya
mah apa atuh, hanyalah butiran molekul gas kentut orang yang habis makan
jengkol. Bukan berarti saya pintar kalau buku yang saya baca (agak) banyak.
Justru baca buku tersebut hanya untuk memuaskan rasa penasaran saya yang
menggunung ini. Justru karena saya sebenarnya tidak banyak tahu dibanding
kalian, maka saya merasa harus baca banyak buku. Intinya, saya tidak pintar!
Masih lebih pintar kamu. Iya kamu, cucunya Einstein. Wkwkwk.
Akhirnya,
selesai juga tulisan yang membuka aib diri sendiri ini. Baiklah, cukup sekian
lima opini orang yang berlawanan dengan lima aib saya. Tentu saja sebenarnya
aib saya masih banyak. Jelas nggak saya tulis semua. Nanti kalau suatu hari
calon suami saya baca (kalau calonnya sudah ketemu), bisa anjlok image kalem saya. Huahaha.
Solo,
25 Januari 2017
setahuku Musrifah pintar, rajin (kalau nggak percaya lihat ini blognya banyak tulisan. kalau nggak rajin mana bisa?), cuma yang agak mengejutkan dia itu DOYAN PEDAS. setidaknya, pernah makan bareng dan ternyata dia doyan pedas.
BalasHapusKalau doyan pedas adalah fakta yg sungguh2 benar! Huehehehe. Ah, Mba endah kok ingat kebiasaanku suka makan pedas. Jadi malu wkwk 😄
HapusKomentar mba endah best.. wkwkwk
BalasHapusBikin tersipu-sipu #eaaak 😚
HapusWaaah Rifa INFJ!!! Tidak mengherankan ngambilnya jurusan psikologi XD
BalasHapusHehehe kalo mbampit apa? 😆
Hapus