Postingan
pertama di bulan Juli, akibat terlampau sibuk dengan rutinitas magang dan
Ramadhan. Begitu pula, saat Ramadhan saya mengalihkan kebiasaan menulis saya di
tumblr. Yup, tumblr tersebut memang saya khususkan untuk berbagi tulisan
inspiratif, sedangkan blog ini lebih bersifat curcolan pribadi dan showing off tentang ketertarikan pribadi.
Hehehe. Selain itu pula, saya sedang tidak ada bahan untuk menulis di blog. Lebih
tepatnya, sedang menghentikan aktivitas nonton film selama bulan Ramadhan. Eh,
tapi tidak sepenuhnya sih, awal Ramadhan lalu saya masih sempat menghabiskan
serial drama Korea, Pinnochio. Hehehe.
source: www.imdb.com |
Setelah
Ramadhan hampir usai saya pun menyempatkan menonton serial lagi, kali ini bukan
drama Korea. Yup, saat ini saya sedang gandrung dengan serial Sherlock Holmes. Anyway, ini bukan film Sherlock Holmes
yang dimainkan oleh Robert Downey Jr. Ini berbeda, karena Sherlock Holmes di
sini diperankan oleh Benedict Cumberbatch.
Saya
sudah lama mengincar film ini, serta sudah masuk dalam daftar want-to-watch saya sejak SMA. Namun,
baru di semester tua masa kuliah, saya baru sempat menonton filmnya. Hm,
sungguh menyedihkan, sangat terlambat.
Buah
karya tak lekang oleh waktu Sir Arthur Conan Doyle ini memang memiliki sejumlah
penggemar lintas generasi. Meskipun di setiap generasinya, Sherlock Holmes
telah dibuat berpuluh-puluh film dan serial dengan ide cerita sama, namun tidak
cepat membuat penontonnya menjadi bosan karena selalu menghadirkan nuansa yang
berbeda.
Pertama
kali menonton Sherlock ala Benedict Cumberbatch ini benar-benar membuat hati
saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Oke, mungkin terdengar berlebihan, namun, oh
ayolah, dengan aksen British kental serta suara berat dan dalam itu, wanita mana
yang tidak terpikat? Oke, ini alamiah, kenapa wanita menyukai suara pria yang
dalam dan berat, karena hal itu mengindikasikan level testosterone yang tinggi.
Maaf, ini memang agak out of topic.
Hahaha.
Selain
karena sentuhan aksentuasi British tersebut, sejak duduk di bangku menengah
pertama saya telah menyukai karakter fiksi Sherlock Holmes ini. Saya tidak
kecewa dengan live action ini
meskipun Sherlock Holmes dikisahkan hidup di abad 21, bukan Sherlock Holmes
abad 19 yang selama ini saya kenal. Sherlock Holmes memang salah satu karakter
detektif yang fenomenal dan hampir tak habis digerus masa. Serta, kebrilianan
Sherlock Holmes dalam mengungkap kasus selalu membuat saya tercengang-cengang. Yeah, my heart has stolen by Sherlock
Holmes, successfully. Haha.
Yup,
serial ini masih memiliki tiga musim (artinya masih ada musim keempat, namun
entah kapan rilisnya) yang memiliki tiga episode di setiap musimnya. Ending musim
pertama ditutup dengan ulah Jim Moriarty yang membuat setiap penonton,
siapapun, di manapun, dan kapanpun mereka berada, mendadak tidak bisa tidur
dengan nyenyak akibat memikirkan kelanjutan episode di musim kedua. Halah.
Benedict Cumberbatch. (www.imdb.com) |
Musim
kedua Sherlock Holmes berubah menjadi sangat berbeda dibandingkan musim
pertama. Musim kedua mengungkap bahwa di balik karakter Holmes yang datar,
kaku, dan kharismatik itu tersimpan sosok lelaki biasa yang memiliki sisi
emosional pada umumnya. Ah, pasti kalian sudah tahu yang saya maksudkan. Ya,
ketertarikan terhadap lawan jenis. Cinta. Romansa melankolis. Terbukti di episode
Scandal in Belgravia di mana Sherlock bertemu dengan Irene Adler yang membuat
saya tiba-tiba jadi cemburu. Halah. Sampai segitunya, karena Sherlock Holmes
tiba-tiba menjadi detektif galau yang menciptakan lagu balad dengan biolanya. Bagaimana
mungkin Sherlock Holmes jadi lemah terhadap wanita, hah? Sempat saya berpikir
seperti itu. Hahaha. Well, cemburu
sekali, karena hal itu membuat saya menjadi insecure.
Lalu saya pun berpikir, lelaki pintar akan tertarik dengan wanita yang memiliki
kemampuan sama dengan dirinya, hingga membuatnya penasaran. Hm, lalu kemudian
saya merasa bahwa saya tidak terlalu pintar dan itu artinya saya sulit untuk mendapatkan
lelaki pintar. Ah, sudahlah, abaikan bagian ini.
Martin Freeman as Dr. Watson. |
Selain
Sherlock Holmes, karakter utama kedua yang tidak kalah penting adalah karakter
dr. John Watson, seorang dokter militer yang telah pensiun dari dinas
militernya. Sherlock Holmes featuring
Dr. John Watson semacam satu paket. Sherlock Holmes tanpa Dr. John Watson
bagaikan sayur tanpa garam, seperti ada yang kurang, rasanya hambar. Mereka
saling melengkapi. Huehehe. Meskipun, dua orang sahabat yang tinggal dalam satu
flat ini sering disangka pasangan gay. Ini akibat cerita yang berlatar abad 21,
di mana sesama jenis tanpa ikatan keluarga yang tinggal dalam satu rumah sering
disangka pasangan gay. Huft, itu membuat saya menjadi tertawa
terpingkal-pingkal. Huahaha.
Sampai
saat ini saya sudah menonton serial ini hingga musim ketiga. Masih dua episode
lagi, itu artinya cepat atau lambat saya akan menyelesaikan menonton serial
ini. Lagi-lagi saya terjebak hangover
dan saya tidak mau cepat-cepat menyelesaikan menonton serial ini. Musim keempat,
cepatlah datang!
Oh
iya, satu lagi, di serial ini Sherlock Holmes diceritakan memiliki sebuah
website The Science of Deduction. Lalu, suatu malam pasca menonton Sherlock
Holmes, saya iseng-iseng googling tentang serial ini. Tiba-tiba saja saya
dikejutkan oleh sebuah website yang masuk di daftar pencarian paling atas, The
Science of Deduction itu. Langsung saya klik, kemudian saya pun makin
terperangah karena website itu benar-benar ada. And I wish Sherlock Holmes were not fiction character too. Oke,
mungkin saya terlalu terbawa suasana. Huft. Sampai saat ini, rating IMDb serial
Sherlock ini sudah mencapai 9,3/10. Sungguh, saya sangat menantikan serial di
musim keempat.
Anyway,
ngomong-ngomong tentang Benedict Cumberbatch, saya penasaran apakah suara
aslinya benar-benar dalam dan berat serta terkesan sangat cool and sexy. Sayangnya, saya belum menonton filmnya yang lain,
The Imitation Game. Selama menonton serial ini, saya selalu kepikiran, suara
Benedict Cumberbatch mirip sekali dengan suara Professor Severus Snape. Halah.
Hahaha. Lalu, saya jadi berpikiran kalau struktur wajah Benedict Cumberbatch
ini mirip sekali dengan vokalis Coldplay, Chris Martin. Tulang pipi menonjol,
wajah tirus, iris mata berwarna terang, kulit pucat, rambut sedikit ikal. Hm,
mirip sekali. (Ini kenapa malah jadi mirip-miripin wajah orang, sih?)
Hm,
satu lagi, saya suka sekali penggambaran Sherlock Holmes yang kurus tinggi,
gemar memakai tuksedo tanpa dasi, syal yang melingkupi lehernya, serta mantel
panjang dengan kerah leher dinaikkan. Such
a good-looking man… :3
Okay,
mungkin cukup segini saja ulasan dan curcolan mengenai serial Sherlock ini.
Lumayan, buat nambah-nambahin isian blogspot yang semakin suwung. Jika kalian
merindukan postingan saya, sedangkan di blogspot tidak ada postingan baru, silahkan
mampir di tumblr saya saja. Hehehe.
Sampai
jumpa di postingan selanjutnya… :)
P.S.:
Bahkan komikus sekelas Aoyama Gosho juga penggemar Sherlock Holmes. Terbukti
dengan karakter Shinichi Kudo yang menggunakan nama Conan serta memiliki
ketertarikan mendalam dengan segala hal yang berbau Sherlock Holmes. Halah.
Oke, mungkin sudah banyak yang tahu masalah ini. Hehehe.