Seharusnya tak
selama itu…
Jika saja
cerita-cerita sialan itu tidak selalu memenuhi hari-hariku. Jika saja
imajinasiku tak sebagus LCD proyektor dalam mempresentasikan setiap detail
untaian kata dalam cerita itu menjadi sebaris film pendek dengan credit title
unknown. Jika saja aku tak terlalu kreatif membubuhkan imajinasi-imajinasi
sesat yang semakin merubah pandanganku terhadapmu. Jika saja aku tak dilahirkan
untuk bertemu dengan manusia yang sebenarnya tak sempurna, tapi bagiku
sempurna. Sangat sempurna! Bukan sempurna secara harfiah. Terlalu sulit untuk
direfleksikan dalam barisan kalimat sok puitis ini.
Jika saja semua
yang susah payah aku jabarkan panjang lebar di atas tak pernah terjadi padaku….
Mungkin aku
terlalu naif untuk mengartikan hembusan angin yang terlalu dini muncul di
hadapan seorang manusia yang tak terlalu mengerti apa-apa tentangnya. Mungkin
juga aku terlalu sok tahu dan terlalu yakin bahwa sebenarnya hembusan angin itu
juga kau rasakan, saat bertemu sosok Si Naif. Dan aku terlalu lelah memenuhi otakku dengan berbagai macam
spekulasi yang jawaban sebenarnya hanya bisa diketahui oleh Sang Pencipta. Dan
aku selalu benci setiap menulis baris demi baris kalimat ini, sketsa lamamu
muncul memenuhi kamar-kamar di sepanjang labirin otakku.
Dan aku selalu
senang saat mataku terpejam, ribuan spidol dengan cepat menegaskan garis-garis
yang membentuk sketsa dirimu… Dan ternyata “morfin” ini telah meracuniku
terlalu banyak….
Tapi dengan
munafik aku mengatakan, tentu saja tidak! Tapi… siapa yang tahu dalamnya hati?
Siapa yang tahu suara lirih hati kecil ini yang susah payah kuredam, malah
berkata yang sebaliknya… Penyimpangan titik ekuivalen hati ini semakin
membuatku merasa berdosa.
Kejujuran itu
pahit. Terpaksa aku katakan, tentu saja aku merindukan sosok nyatamu. Setelah
sekian lama tak bersua. Hanya melalui cerita, itupun bukan dari mulutmu, tapi
mulut orang lain!
Dan aku benci
mengharapkannya… Mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi…
Kau tahu kenapa?
Bagaikan dua kutub magnet yang senama, tentu saja tak bisa disatukan. Dan tak
akan pernah bisa. Tapi, sesekali ada salah satu yang ingin menyalahi takdir.
Memutar waktu, kembali ke masa lalu, merubah segalanya. Kemudian kembali ke
masa depan lagi… memulai lembaran baru. I wish I could….
P.S: Kau akan
tahu apa itu “seseorang yang melankolis” setelah kau membaca ini
*Melankolis adalah saya hehehehe.......*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar