Warning:
Tulisan ini (mungkin) berisi aib sejumlah orang. Bagi pembaca yang merasa
namanya tercantum, berbahagialah. Hanya orang-orang keren yang namanya bisa
masuk di blog ini.
Cepat
sekali rasanya, tiba-tiba saja sudah berada di pertengahan Maret. Pun, sebagai
penanda dua bulan sudah blog ini tidak terisi postingan barang satu pun. Baru
kemarin juga rasanya sibuk ke sana kemari mengurus persiapan KKN hingga
terdampar di sebuah desa paling timur di Kabupaten Klaten. Padahal, sudah lebih
dari berminggu-minggu lalu juga kami ditarik dari desa tersebut, kembali ke
habitat masing-masing, menjalani rutinitas semula, serta menghadapi realita
yang melambai-lambai di pelupuk mata (baca: SKRIPSI).
Well, meskipun pada awalnya saya
memandang bahwa KKN sama sekali tidak penting, membuang-buang waktu mengerjakan
skripsi, dan segala keluh kesah saya tempo lalu. Akan tetapi, paradigma saya
pun langsung berubah 180 derajat ketika sudah terjun dan mengalami KKN secara
langsung. Sebagai seorang INFJ yang filosofis dan meaning-seeker terhadap segala sesuatu, tentu saja selama masa-masa
tersebut pikiran saya terus mencari-cari makna yang terkandung dalam kegiatan
tersebut (Halah, opo, Rif?). Banyak sekali makna yang saya dapatkan, hingga akhirnya pun saya
menikmati segala prosesnya dengan senang hati. Sebenarnya, bukan perkara
pencarian makna saja, sih, ada faktor lain yang turut membuat saya betah sekali
menenggelamkan diri dalam kesibukan KKN hingga lupa dengan kehidupan-kehidupan
lain yang saya jalani (Well, memang
terdengar berlebihan, tapi ini kenyataan. Hahaha). Salah satu faktor itu adalah
teman-teman satu kelompok saya yang seru, kompak, dan asyik.
Yup,
sejujurnya saya adalah tipe orang yang tidak gampang mingle dengan sekelompok orang banyak. Lain halnya apabila orang-orang
tersebut satu frekuensi dengan saya. Meskipun berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda, namun rasanya masing-masing dari kita punya konektivitas
radar yang seirama. Halah. (Okay, bahasanya terlalu ‘ehem’, mungkin ini efek
kebanyakan baca bukunya Malcolm Gladwell)
Ngg…
intinya, sih, di postingan kali ini saya berusaha kembali menyusun
kepingan-kepingan memori saya selama KKN. Salah satu yang tidak akan saya
biarkan menguap begitu saja adalah tentang teman-teman sekelompok KKN. Lalu,
siapa sajakah mereka? Check this out!
Hmm... adanya foto yang ini. Sayangnya saya keliatan kucel |
Part
1: The Lonely Guys (dari kiri ke
kanan)
1. Galang Perwira
Leader-nya kelompok kami ini biasa
dipanggil Galang, bisa juga dipanggil Pak Kordes, akronim dari Koordinator
Desa. Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini memang memiliki kemampuan komunikasi yang paling
memadai dibanding kami semua. Cowok yang ngaku mirip Stefan William KW Super
ini lumayan banyak fansnya, terutama dari kalangan anak-anak cewek SD
Sidowarno. Kebiasannya selama KKN yang kadang membuat cewek bergidik adalah
ketika dia mengucapkan ini:
“Cantik,
makan, yuk!”
“Cantik,
cepetan keluar, dong! Jangan di kamar terus!”
Hahaha. Alhamdulillah-nya tidak
sampai bilang gini: “Cantik, nikah, yuk!”
(#krik). Okay, penulisnya minta
digampar kayaknya, sudah durhaka mengata-ngatai senior.
Meskipun
begitu, Pak Kordes tetaplah Pak Kordes. Kemampuan komunikasinya yang lebih
mumpuni dibanding kami semua telah berhasil menyatukan kami menjadi makin
kompak dan solid satu sama lain. Saya akui, kemampuan persuasifnya bagus
sekali.
2. Andi Cahyono
Biasa
dipanggil Andi atau Cahyono, tapi lebih sering dipanggil Cahyono. Cowok yang
ngaku-ngaku mirip Aliando ini memang ternyata agak mirip Aliando (#krik).
Termasuk salah satu personil The Lonely
Guys yang juga banyak fansnya, lagi-lagi dari kalangan anak-anak cewek SD
yang centil itu. Haha. Salah satu kelebihannya yang disukai para cewek
(terutama Tya) adalah bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas. Selain itu,
kelebihan mahasiswa Peternakan ini adalah selalu bangun lebih pagi dibandingkan
teman cowoknya yang lain, terutama ketika ada jadwal ngurusin kandang. Awal
kenal Andi ini memang orangnya tampak kalem dan good boy banget, tapi semua berbeda ketika KKN dimulai….
3. Anang Adi Susila
Teman
satu fakultasnya Andi namun beda jurusan ini, entah mengapa dijuluki Pak Bowo
oleh Tya dan Rima. Anang ini orangnya kadang-kadang tampak pendiam tapi
kadang-kadang juga bisa cerewet. Partner
piket hariannya Nita ini memang agak nggak doyan sayuran, jadi kadang-kadang
cewek-cewek kebingungan harus masak makanan macam apa. Hehe.
4. Ijokio Harto
Lelaki
ini paling cerewet di antara temannya yang lain. Biasa dipanggil Ijo, tapi
pernah memperkenalkan dirinya sebagai Kio. Hahaha. Suka banget ngajak ngobrol,
terutama ngajak ngobrol cewek. Dia juga salah satu oknum yang tiba-tiba saja
manggil saya Hayati pasca nonton Tenggelamnya Kapan van Der Wijck. Huft. Sering
juga salah sebut nama orang dan ganti-ganti nama orang sesuka hati. Meskipun
begitu, ternyata Ijo ini agak pemalu ketika dihadapkan dengan cewek cantiks
bingits. Hahaha. Ya, begitulah…
Part
2: The Alpha Girls! (dari kiri ke
kanan)
1.
Ifni
Farida
Gadis
yang lemah lembut ini memang yang paling gampang dekat dengan para personil boyband The Lonely Guys, karena
memang asyik buat diajak ngobrol. Awal KKN, teman satu jurusan Uul ini memang
sering banget digodain oleh Ijo sampai saya kasihan lihatnya. Hehehe. Selain
itu, cewek asli Magelang ini juga seorang movie
buff, terbukti dengan laptopnya yang penuh sekali dengan koleksi film dan
selalu update! Semacam rentalan DVD
gitu.
2.
Nurul
Widowati
Cewek yang biasa disapa Uul ini
meskipun kelihatan paling kecil, tapi paling berpengalaman dibanding personil girlband The Alpha Girls lainnya. Terutama dalam urusan percintaan
(#eaaaaa). Selain urusan percintaan, mahasiswi Planologi ini juga mahir sekali
dalam urusan masak-memasak. Pokoknya semua tetek bengek dunia kerumahtanggaan
Uul sudah jago 100%. Kalau ada Uul, penghuni posko tidak akan khawatir dengan
urusan perut. Hehehe.
Uul
juga punya wawasan yang cemerlang dan ide-idenya sungguh brilian, menurut saya.
Terbukti, dia pandai mengkritisi dan memberi masukan setiap program-program
yang kami jalankan. Kalau dalam Psikologi Sosial, orang semacam Uul ini sering
disebut sebagai The Devil’s Advocate.
Meskipun istilahnya gitu banget, namun kehadiran mereka sangat berarti bagi
keberlangsungan kelompok. Terkadang kita memang perlu membuka mata, bahwa dalam
setiap hal tentu tidak melulu sempurna. Perlu seseorang yang bisa menyadarkan
setiap anggota kelompok bahwa ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Begitulah…
3.
Rima
Astika Dewi
Biasa dipanggil Rima, bisa juga
dipanggil Princess (baca: FRINSES, dengan ‘P’ yang diganti dengan ‘F’). Nona
satu ini lumayan hits di Sidowarno, terbukti dengan banyaknya jejaka Sidowarno
yang minta pin BBM-nya. Salah satunya adalah Mas Arjuna Mandala Putra yang
ganteng itu. (Halah!) Namun, ternyata hati Rima tidak terpaut sepenuhnya oleh
Mas Juna. Ada lelaki lain yang berulangkali dikode, namun tak kunjung peka! Pasti
kamu, kan? Iya, kamu! Malah nengok (-___-). (#krik)
Meskipun
kadang tampak sangar dan frontal kalau ngomong, calon desainer interior ini
sangat humoris. Saya kadang-kadang susah membedakan antara dia sedang bercanda
atau sedang frontal (tratatakdungcess…) Hehehe.
4.
Nita
Tri Wahyuni
Biasa
dipanggil Nita atau Bu Bos. Kenapa Bu Bos? Karena Nita adalah sumber kehidupan,
dialah yang mengendalikan arus keuangan urusan perut. Hehehe. Mahasiswi
Pendidikan Kimia ini memang cerminan wanita muslimah banget. Bahkan, kadang
saya ngerasa kalah jauh sama dia. Proses hijrahnya untuk bisa jadi dia yang
sekarang ini, saya akui sungguh keren. Nita juga orangnya asyik diajak ngobrol,
karena kalau ngobrol sama dia selalu berkualitas kontennya. Selain itu,
penggemar Daehan-Minguk-Manse ini adalah orang yang selalu saya repotin ketika
di KKN, terutama urusan transportasi. Hehehe. Makasih banyak ya, Nit… :3
5.
Tya
Astriyani
Cewek penyuka drama Korea beserta
soundtrack-nya ini memang soulmate-nya Rima banget. Biasanya, mereka
berdua sering mojok berdua di teras posko sambil haha-hihi curhat-curhatan. Lalu,
ketika mereka berdua asyik bercurhat ria, datanglah Mas Juna (jengjeng!).
Jadilah, mereka… buka forum curhat berjamaah.
Gadis
yang jadi partner jadwal masak dengan
saya ini memang helpful banget. Dengan
ringan tangannya, Tya siap membantu segala kesulitan dan kesusahan
teman-temannya. Sampai ada teman cowoknya yang patah hati karena habis
diputusin pacarnya, lalu butuh pacar segera, langsung Tya turun tangan
mencomblangkan si teman cowok-fakir-asmara itu ke temen ceweknya. Like an angel, kan?
6.
Saya
Biasa
dipanggil Rifa, Mbak Ipeh, Mbak Mus, Hayati, dan panggilan lainnya yang saya
nggak habis pikir. Pekerjaan rutin selama KKN adalah tukang gedor-gedor pintu
kamar setiap Subuh. Sekian dan terima kasih. :D
Yup,
itulah berbagai deskripsi ngocol teman-teman satu atap saya selama 45 hari KKN
di Sidowarno. Mungkin, jika ada salah satu pembaca yang namanya tercantum dan
tidak berkenan dengan deskripsi di atas, saya mohon maaf dengan
sebesar-besarnya. Sejujurnya, tulisan ini bukan bermaksud mengata-ngatai, ini
murni kekangenan saya kepada kalian semua.
Ceilah… mulai baper
Jadi,
kapan kita mau kumpul lagi? Kapan mau makan bareng di warung sambil haha-hihi
lagi? Kapan juga sekadar saling menyapa lantas mengejek satu sama lain?
Jangan
lupa, kalau wisuda, kabar-kabar ya…
Jangan
lupa, kalau nikah, undang-undang juga ya…
Selamat
melanjutkan hidup dan studi masing-masing. Semoga kita tetap selalu saling
ingat satu sama lain, meskipun jarak dan waktu semakin merentang jeda di antara
kita.
Kalau
diteruskan, tulisan ini bakal berubah menjadi semakin melankolis.
Okay,
cukup sekian tulisan ini dibuat. Sampai jumpa di postingan selanjutnya… :)
Although KKN is over, our
friendship will lasts forever
Wuu... wajahnya pada awet muda semua XD |
Dua cowok di depan adalah tukang ngerecokin cewek yang lagi foto -_- |
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAaaaa!!! *hug tight* :3
HapusYou're welcome. Maaf belum bisa nulis banyak2. Hehe. Baru mampunya segitu aja :D