“Putting
my defences up, ‘cause I don’t wanna
fall in love!
If
I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”
Sebaris
kalimat yang selalu aku dengung-dengungkan. “Jika aku pernah melakukan itu,
mungkin aku sedang terkena serangan jantung”. Haha, memang menyedihkan dan
terkesan konyol di telinga kalian. Tapi, tidak untukku. Ini bukan lelucon, I’m absolutely serious!
***
“Never put my life out of the line,
never said yes to the right guy”
Kau
lihat buku-buku tebal dan bertumpuk-tumpuk ini? Kau lihat kertas-kertas yang
berserakan ini? Kau lihat pena yang kelihatan sudah usang tapi sebenarnya baru
saja dibeli? Apa yang bisa kau simpulkan?
Kau
lihat bagaimana aku menggunakan pakaian? Terkesan out-of-date, aneh, dan naif? Kau lihat bagaimana aku menata
rambutku? Ikat ala ekor kuda atau kubiarkan tergerai berantakan. Semakin
terlihat pathetic saat musim gugur
datang, hembusan angin yang terlampau kencang selalu saja membuat rambutku
berantakan tak karuan.
Kau
lihat bagaimana aku merias wajahku? Kau lihat bagaimana gadis-gadis ‘normal’ di
luar sana melakukannya? Berbeda bukan? Ya, kau pasti akan mengira aku bukan
gadis ‘normal’. Kalian pasti akan seperti mereka yang meneriakiku seperti ini,
“Oh, ayolah. Lupakan buku-buku, tinggalkan sejenak. Bersenang-senanglah,
berpesta sampai pagi, berkencan dengan belasan pria. Kau tahu, kau tak akan
menikah dengan buku!”
Hell yeah!
Kalian menyedihkan sekali, tolol! Bukan karena aku akan menikahi buku-buku
tebal ini. Tapi semua ini demi ambisiku!
Kau
tahu? Aku tak pernah suka pergi ke salon atau beauty center atau apalah-itu-namanya. Menurutku itu adalah tempat
paling menyedihkan yang pernah aku kunjungi. Wanita-wanita rela merogoh
dompetnya sampai jebol untuk berdiam diri sambil membaca majalah membiarkan
rambut mereka atau salah satu anggota tubuh mereka diremas-remas oleh yang
katanya para ‘pakar kecantikan’? Mau saja dibohongi para penipu ulung seperti
mereka? Bah, persetan dengan kecantikan artifisial! Apa itu perawatan anti-aging? Tetap saja saat umur mereka
menginjak 50 ke atas wajah akan tampak berkerut sangat nyata!
“Never had trouble getting what I
want. But when it comes to you I never good enough”
Selama
ini aku memang terkesan tidak peduli, cuek, dan malas menanggapi
komentar-komentar mereka. Akupun juga tidak peduli apa itu pria? Bukan, bukan
karena aku penyuka sesama jenis. Kurasa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk
memikirkan makhluk dari Mars itu…
Tetapi,
semua berubah tatkala aku melihatmu disana…
Semua
benteng dan perisai yang susah payah kubangun tinggi nan kokoh tak mampu
menangkal radiasi pesonamu. Semua upaya pertahanan diri ini langsung meleleh
saat memandang parasmu. Mataku terbelalak, mulutku menganga, tenggorokanku
kering. Speechless!
Aku
ingat, kau berdiri di sana…
Ya,
kau berdiri di sana. Di antara puluhan makhluk Mars yang lain. Tapi, lensa
mataku yang memfokuskan mataku pada sosokmu. Siluetmu tepat jatuh di retinaku,
melesat menuju ke saraf optikus.
***
“When I don’t care, I can play ‘em
like a Ken doll. Won’t wash my hair, then make ‘em bounce like a basketball”
Banyak
pria yang tentu saja menaruh hati padaku, bahkan tak segan-segan menunjukkannya
dengan ‘berani’ kepadaku. Tapi semuanya perlahan mundur teratur setelah melihat
kelakuanku yang aneh, setelah melihatku yang terkesan sangat tidak peduli dan
malas menanggapi mereka. Tentu saja itu semua tidak mempan! Karena perisai ini
terlalu kuat untuk ditaklukkan oleh mereka. Karena aku yakin sekali, perisai
ini sudah kokoh, tak akan pernah ada seorang pun yang mampu meruntuhkannya!
Tetapi…
Semuanya
perlahan runtuh dengan sendirinya. Kau tidak melakukan apapun, tetapi sinarmu
yang melakukannya! Kau tidak seperti mereka yang melancarkan rayuan gombal
picisannya. Kau tidak seperti mereka yang menghujaniku dengan beribu hadiah
saat Valentine tiba. Kau berbeda…
Kau
di sana, berdiri dengan gagahnya. Kau di sana, di antara puluhan makhluk Mars
yang lain. Kau di sana, dengan parasmu yang tampan. Kau di sana, laksana
pangeran yang sedang menunggu seorang putri.
Spontan
batinku berteriak: “I WANNA BE YOUR PRINCESS!!”
Ups!!
“But you, make me wanna act like a
girl. Paint my nails and wear high heels”
Semenjak
itu aku semakin menjadi aneh. Mungkin menurut gadis lain itu normal, tetapi
menurutku aneh. Perubahan ini sungguh drastis!
Aku
semakin menyukai pergi ke salon. Aku mati-matian menabung untuk membeli baju
yang up-to-date. Tidak ada kaos kusam
atau jeans belel. Tidak lagi memakai setelan yang saling tabrak warna. Aku
semakin peduli dengan my damn hair!
Aku semakin peduli dengan bibir dan lip
gloss yang dulunya selalu aku pandangi dengan jijik. Aku semakin menyukai blush on. Aku semakin menyukai semua
yang pernah aku tolak mentah-mentah.
Ugh…
kurasa aku menjilat ludahku sendiri…
“Yes you, make me so nervous that I
just can’t hold your hand”
Dan
aku pun sadar, semua perubahan ini ada katalisnya. Semua perubahan ini ada
pemicunya. Semua perubahan ini, kusadari semenjak kehadiranmu mewarnai
hari-hariku.
Saat
kau berlalu di depanku, peluhku menderas, tubuhku bergetar hebat. Tanganku
mendadak dingin, ujung-ujung jemari kakiku seperti sudah tak kuasa menahan
massa tubuhku.
Saat
kau berpapasan denganku, aku tak kuasa menahan gejolak dalam tubuhku. Jantungku
berdebar hebat, adrenalin menyeruak semakin mempercepat hentakan jantungku
tatkala kau semakin mendekat ke arahku. Perutku bergejolak. Bukan karena aku
ingin muntah, tetapi karena saking groginya, saking gembiranya, semua bercampur
aduk jadi satu sampai aku bingung bagaimana mengungkapkannya.
“You make me glow…. But I cover up
won’t let it show”
Kau
benar-benar mengalihkan duniaku. Pesonamu seakan membuat luntur ambisiku. Dan
parahnya, sampai aku merasa telah menjilat ludahku sendiri. Ugh, pathetic!
Susah
payah aku menutupi perubahanku yang sangat drastis ini supaya kau tak menyadari
keanehanku. Susah payah aku menutupinya, berharap berjalan seperti normalnya. But, I’m feeling abnormal!
“So, I’m putting my defences up.
‘Cause I don’t wanna fall in love. If
I ever did that, I think I’ve had a HEART
ATTACK!”
Kubangun
kembali sisa-sisa reruntuhan pertahananku yang ambruk. Sambil terus berusaha
mengingat semua ambisi-ambisiku yang hampir terlupakan karena ini semua. Sambil
terus berusaha mengais-ngais sisa-sisa kehidupan normalku yang susah payah
kucoba bangun kembali. Kusadari, mungkin aku benar-benar sedang terkena
serangan jantung!
***
“Never break a sweat for the other
guy. When you come around, I get paralyzed”
Tidak
pernah aku seperti ini. Tidak pernah keringat sebesar biji jagung bermunculan
membasahi seluruh keningku saat dari kejauhan aku melihat seorang lelaki. Tapi
berbeda jika lelaki itu kau.
Kehadiranmu
membuatku lemas seketika, seakan tubuhku tak berada di tanah, melayang beberapa
jengkal. Kerlingan matamu, senyum menawanmu, sungguh tepat membidik pusat
jantungku! Aku benar-benar terkena serangan jantung!
“And everytime I try to be myself.
It comes out wrong like a cry for help”
Kucoba
untuk menjadi diriku, semua ini menyakitkan. Kepura-puraan dan keanehan ini
menyakitkan. Ini bukan diriku!
Tapi…
Menjadi
diri sendiri itu sama susahnya saat aku berhadapan denganmu…
“It’s just not fair. Pain’s more
trouble than love is worth. I gasp for air. It feels so good, but you know it
hurts!”
Semua
ini tidak adil! Pedih ini semakin menyiksaku. Karena aku tak bisa menjadi
diriku sendiri saat berhadapan denganmu. Ini lebih menyakitkan dan lebih
menyedihkan daripada semua yang kulakukan mati-matian demi dirimu…
Dan
aku tahu, kau tak pernah sekalipun menghiraukannya. You don’t ever notice me…
Karena
aku berusaha ‘menutupi’ semuanya…
“But you make me wanna act like a
girl. Paint my nails and wear perfume”
Pelan
tapi pasti, pesonamu seakan menghipnotisku. Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi
ini nyata! Aku tak bisa bertindak ‘normal’ saat di depanmu. Laksana diriku
telah kehilangan separuh akal sehatku.
Entahlah,
kau mungkin mengambilnya bersama pesonamu yang melemahkanku…
“Yes you, make me so nervous and I
just can’t hold your hand”
Ya,
benar. Kau yang mengambil separuh akal sehatku. Kau seakan membiarkanku
terlunta-lunta menderita, merasakan keanehan yang terus berkecamuk. Mencoba
normal, tapi seakan semuanya sudah terlanjur. Terlanjur kepalang basah, susah
dikembalikan…
“You make me glow…. But I cover up
won’t let it show”
“So, I’m putting
my defences up. ‘Cause I don’t wanna
fall in love! If I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”
***
“The feelings got lost in my lungs.
They’re burning, I’d rather be numb. And there’s noone else to blame”
Perasaan
ini sudah merasuk sampai ke dalam jiwaku. Menyatu, bersenyawa dengan sebagian
diriku. Serasa valium yang membius setiap jengkal area kesadaranku.
Ini
salah siapa? Mungkin saja salahku, terlalu sombong dan terlalu yakin tak akan
pernah tergoda dengan percikan pesonanya.
Tak
ada orang lain yang bisa dipersalahkan…
“So scared I take off and I run. I’m
flying too close to the sun. And I burst into flames!”
Susah
payah aku meyakinkan diriku, bahwa ini bukanlah virus merah jambu. Tak sadar
aku telah terlanjur terjebak dalam kerumitan dinamika perasaan gila ini. Aku
takut untuk berharap, takut untuk terjatuh.
Ternyata
aku telah melangkah terlalu jauh, terlalu dekat-dekat dengan api, membiarkan
api membakar separuh yang tersisa!
“You make me glow…. But I cover up
won’t let it show”
“So, I’m putting my defences up.
‘Cause I don’t wanna fall in love! If
I ever did that, I think I’ve had a HEART
ATTACK!”
Dan mungkin memang ini benar-benar serangan
jantung!
***
Inspired by: Heart Attack - Demi
Lovato
P.S.: Bukan pengalaman pribadi penulis :3 huehehehe
P.S.: Bukan pengalaman pribadi penulis :3 huehehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar