Loving him is like driving a new
Maserati down a dead end street.
Faster than the wind. Passionate
as sin, ended so suddenly…
“Semua ini terjadi begitu singkat. Tanpa
perlu penjelasan panjang lebar. Laksana kilat, menyilaukan mata sekejap.
Meninggalkan bunyi gemuruh memekakkan gendang telinga. Dimulai dalam satu
kedipan mata, berakhir dalam satu tarikan nafas”
Loving him is like trying to change
your mind.
Once you’re already flying
through the free fall.
Like the colors in autumn. So bright just before they
lost it all.
“Semua ini begitu rumit.
Mencintainya tanpa sebuah alasan, seperti kehilangan separuh kesadaran. Semuanya
terasa begitu menyenangkan sampai semuanya sekejap menghilang”
Losing him was blue like I’d
never known
“Membiarkannya pergi tanpa
memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all
alone
“Laksana kehilangan salah satu
pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri
dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan
sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody
you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti
mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red. Loving him was red.
Touching him is like realizing
all you ever wanted was right there in
front of you.
“Menyadari kehadirannya adalah
suatu keindahan dan kebahagiaan yang tak pernah ada tandingannya”
Memorizing him was as easy as knowing
all the words to your old favorite song.
“Mengingat semua kenangan tentang
dirinya semudah mengetahui semua hal yang ada dan pernah kau lalui dalam
hidupmu”
Fighting with him was like trying to solve
a crossword and realizing there’s no
right answer.
“Berkonflik dengannya seperti
memecahkan masalah yang tiada habisnya. Tak mendapatkan satu jawaban apapun.
Tak ada jawaban yang tepat”
Regretting him was like wishing you
never found out that love could be that
strong.
“Menyesali semua yang terjadi
seperti menyesali sebuah hal yang sia-sia”
Losing him was blue like I’d
never known
“Membiarkannya pergi tanpa
memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all
alone
“Laksana kehilangan salah satu
pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri
dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan
sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know
somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti
mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red.
Oh red burning red.
Remembering him comes in flashbacks and
echoes
“Mengingatnya kembali laksana
memutar drama klasik. Bergaung, berdengung memenuhi setiap rongga otakku”
Tell myself it’s time now, gotta
let go.
“Berusaha menyadarkan diri, bahwa
inilah saatnya. Inilah saatnya untuk benar-benar merelakannya. Merelakan
seseorang yang mungkin saja tak pernah menyadari kehadiranmu lagi”
But moving on from him is impossible. When
I still see it
all in my head.
“Mencoba melupakan semua memori
tentang dirinya terasa sangat tidak mungkin. Kenangannya terlanjur menancap,
bercokol dalam relung hati yang paling dalam”
Burning red! Loving
him was red!
Oh, losing him was blue like I’d never known.
“Membiarkannya pergi tanpa
memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all
alone
“Laksana kehilangan salah satu
pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri
dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan
sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody
you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti
mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
Cause loving him was red.
We’re burning red.
And that’s why he’s
spinning round in my head.
“Itulah mengapa bayangannya selalu
berputar-putar menghantui setiap detik yang kulalui. Dirinya sudah terlalu
membekas, meninggalkan guratan kepedihan. Sangat perih”
Comes back to me burning
red.
“Mengharapkanmu kembali mengisi
relung ini? Semoga ini bukanlah harapan yang bodoh…”
His love was like driving a
new Maserati down a dead end street…
***
“Mencintainya laksana menggenggam
api”
P.S: Buat para galauers. Special
untuk teman saya yang lagi patah hati huehehe. Ini bukan apa-apa, karena blog
udah lama gak diurusin alhasil malah bikin postingan gaje kayak gini. Haduh tak
tahulah ini saya lagi kesambet apaan pas nulis ini hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar