Gemeletuk bulir hujan pertengahan
Desember berirama menghantam atap rumah. Tetes demi tetesnya beradu saing
dengan suara katak yang bernyanyi riuh menghiasi malam bergerimis yang lengang…
EH!! SKIP!
Ini kok berasa kayak mau bikin cerpen?
Oke, maaf, pembukaannya konyol badai hehehe.
Aduh, memang karena ini minggu-minggu
ujian akhir semester jadi saya mau nulis sesuatu tentang event ini selalu saja
ter-pending. Semoga saja tulisan saya tidak terlalu basi untuk dibaca, hehe.
Jadi, di postingan saya kali ini adalah lanjutan dari Metro TV on Campus #2,
postingan sebelumnya. Nah, kali ini saya ingin bercerita pengalaman suka duka
saya pada hari ketiga (hari terakhir) dari rangkaian acara roadshow Metro TV on
Campus ini.
Sabtu, 14 Desember 2013 kemarin, adalah
hari terakhir sekaligus puncak dari rangkaian acara Metro TV on Campus UNS
2013. Acara terakhir yang ditunggu-tunggu oleh saya dan jajaran civitas
akademika UNS (lebay!) ini merupakan acara Mata Najwa on Stage yang
menghadirkan narasumber-narasumber yang spektakuler. Selain itu, Metro TV juga
mengundang salah satu grup musik duo suami istri yang terkenal banget.
Penasaran kan? Baca postingan saya ini sampe selesai dan rasakan sensasinya
(semoga nggak pingsan atau muntah, ya, pas baca tulisan saya, hehe).
Hari hectic 14 Desember itu dimulai pada
pukul 09.00. Pukul 09.00 saya sudah mulai bersiap-siap untuk berangkat ke
Auditorium UNS. Saya sudah bersiap-siap nyetrika baju, matching-matching-in
baju (kalau temen sekampus saya pasti tahu deh seorang Musrifah kalau ke kampus
jaraaaaaannggg banget bahkan hampir tidak pernah pakai baju yang matching.
Selalu tabrak warna kayak jemuran berjalan *who cares? Golongan darah O sih
hahaha), milih baju warna ungu-pink cetar membahana yang seakan memberikan
kesan cewek girly (Euuuwwwhh… biasanya saya itu agak maskulin, tapi entah
kenapa bisa feminim juga -_-), tak lupa setrikanya pakai Kispray, kerudung
ungu, baju hitam (biar nggak ungu-pinkers berjalan jadi harus ada salah satu
yang gelap, hehe), kaos kaki belang biru-putih-abu-abu kayak permen Blaster).
Tak lupa nyiapin tas hijau imut kecil yang isinya alat tulis, tiket Metro TV on
Campus, dompet, charger, sama hape. Setelah mandi, baju yang habis disetrika
langsung dipakai. Langsung deh, cuss ke Auditorium.
Sampai di kampus, saya hampir bingung
nyari tempat parkir yang dipakai buat peserta Mata Najwa on Stage, soalnya di
parkiran lembah Teknik dipakai sama acara lain. Oh, ternyata parkirnya pindah
ke parkiran Fakultas Teknik. Waduh, mana jauh lagi kalau jalan kaki ke
Auditorium. Ya sudahlah.
Duh, naik motor sama turun motornya
susah soalnya roknya gitu… Mana ngejreng warnanya, ribet pula kalau dibuat naik
motor. Jadi menyesal pakai rok itu. Mana peserta yang lainnya warna bajunya nggak
ada yang lebih ngejreng dari saya lagi. Duh, pengen copot rok jadinya (Eh,
jangan! Aurat!)
Setelah memarkir motor saya, akhirnya
saya nungguin temen saya dulu di depan parkiran. Tak lama berselang, tampak
motor teman saya memasuki area parkiran. Tada! Dua teman saya yang saling
berboncengan itu pun warna bajunya juga tidak ngejreng. Saya semakin absurd
saat itu…
Kami pun kemudian berjalan bersama-sama
menuju auditorium, saat sampai di turunan yang menuju auditorium beberapa
satpam mencegat dan berkata kepada kami:
“Mbak, masuknya lewat sana…” seraya
menunjuk ke arah di mana Bank BTN kampus terletak. Ternyata oh ternyata,
antrian panjang sudah mengular seperti antri nonton konser One Direction
(lebay! Lebih banyak antrian penonton One Direction kaleee…). Sampe saya terbuset-buset
terbengong-bengong melihat antrian dan kerumunan manusia seperti cendol
memadati area antara gedung Perpustakaan sampai Auditorium. Ternyata antriannya
sampai di depan Bank BTN yang terletak bermeter-meter di belakang Perpustakaan.
Saya dan dua teman saya – Nisa dan Meinar (lagi) – sampai pusing menonton
antrian yang panjangnya, masya Allah, kayak antrian minyak tanah langka. Tetapi
akhirnya Nisa dan Meinar menyerah dan mereka memutuskan untuk makan dulu.
“Duh… kalau gini caranya nggak bisa
dapet tempat di depan!” batin saya berkecamuk. Saya sudah agak putus asa lihat
antrian seperti itu. Tapi demi nonton Mata Najwa saya rela, deh desak-desakan!
Saya tidak akan menyeraaaahhh!!! Hwaiting! *pasang ikat kepala*
Kemudian saya pun ikut mengantri bersama
dengan teman saya yang lain – Aurel, Fika, dan temannya Aurel – kami berempat
mengantri dengan sabar dan saya yang cerewet ini sepanjang antrian selalu
berkicau seperti burung beo yang kebanyakan makan pisang sama pepaya (?).
Selama mengantri, banyak orang-orang yang menyerah dan akhirnya keluar dari
antrian memilih untuk pulang. Katanya sih gara-gara panas dan capek. Banyak
orang-orang yang terkena seleksi alam tersebut dan akhirnya tumbang satu
persatu. Melihat orang-orang yang memilih pulang itu pendirian saya tetap tidak
goyah.
“Ah, cuma panas doang, kan? Keciiiilll…”
saya berusaha menyemangati diri.
Selain itu ada juga orang yang pingsan
karena mengantri. Duh, duh, tahu kalo fisiknya nggak kuat masih maksain juga,
itu nggak baik. Saya kan tadi pagi udah makan jadi nggak apa-apa ngantri.
Pokok’e SEMANGAT! *plak!
Selama hampir setengah jam lebih,
akhirnya kami sampai di depan perpustakaan di mana tempat itu adalah tempat
pengecekan tiket dan registrasi. Alhamdulillah ya, sudah sampai depan
perpustakaan. Kemudian kami pun menunjukkan tiket untuk pemberian snack dan
kaos Mata Najwa. Anyway, yang dapat kaos hanya pendaftar yang mendapat nomor
urut pendaftar dari 1 – 1500, karena saya urutan 1323 jadi masih dapat kaos!
Uyeee!
Kemudian saya dan teman-teman saya tadi
pun memasuki auditorium. Masya Allah! Auditorium bagian bawah PENUH-nya
Subhanallah! Panitia yang berjaga di pintu menyuruh kami naik ke tribun atas,
tapi di tribun atas juga PENUH! Aaaaaa! Sebenarnya masih ada tempat di luar dan
sudah disediakan penutup juga, tapi SAYA NGGAK MAU DI LUAR! Karena tekad saya
yang sudah membara itu akhirnya saya turun ke bawah, mencari-cari keberuntungan
siapa tahu masih ada kursi kosong. Setelah melihat seantero auditorium sambil
berharap menemukan beberapa kursi kosong, dan GOTCHA! Ada empat kursi kosong di
belakang sendiri pojok kiri hampir nempel tembok! ALHAMDULILLAH! Sesuai dengan
jumlah kami yang berempat! :)
Saya sangat mengagumi desain panggung
yang dibuat mirip sekali seperti set Mata Najwa seperti biasanya. Panggung yang
didominasi warna biru dengan backdrop betuliskan ‘Mata Najwa on Stage’ serta
lampu panggung yang dipasang di beberapa tempat. Kemudian kursi-kursi berwarna
putih untuk para narasumber dan satu kursi khusus buat Najwa Shihab serta tak
lupa di tengah jajaran kursi terletak meja pendek dengan hiasan vas bunga di
atasnya. Oh iya, satu lagi, lantai panggung juga mirip seperti set lantai
panggung khas Mata Najwa.
Setelah itu, saya keluar sebentar dari
auditorium untuk sholat Dhuhur. Usai Sholat Dhuhur kami kembali lagi ke
auditorium. Sampai di sana, sang MC sudah memasuki panggung dan membuka acara
kemudian acara pun dibuka dengan penampilan dari Voca Erudita lagi. Kali ini
mereka menyanyikan Gundul-Gundul Pacul. Usai penampilan Voca Erudita, MC
mencoba mengulur waktu juga menggunakan ice breaking yang sama seperti hari
kedua (kayak gak ada ice breaking lain -_-). Alhasil, saya jadi males ngikutin
gerakan MC itu.
Setelah itu ada penampilan dari Endah n
Rhesa! Duo penyanyi yang merupakan pasangan suami istri yang chemistry-nya
dapet banget mendapat sambutan meriah nan antusias dari seluruh penonton yang
berjumlah hampir 10.000 orang itu. Endah yang merupakan penyanyi sekaligus
gitaris menyanyikan lagu dengan improvisasi yang memukau serta permainan
gitarnya yang tak biasa. Saya sangat terpana melihat penampilannya itu, caranya
berpindah chord gitar dan menarikan jemari lentiknya dalam dawai-dawainya terlihat lihai nan cekatan.
Menurut saya, cara dia memainkan gitar sangat memukau untuk ukuran seorang
gitaris wanita, hehe. Sedangkan Rhesa, sangat mengimbangi permainan istrinya.
Ia mampu mengiringi musik dan improvisasi lagu yang dibawakan Endah. Kalau ada
dari kalian yang sudah pernah menonton konser Endah n Rhesa, pasti tahu cara
Endah menyanyikan lagu seperti apa. Endah selalu memunculkan kejutan-kejutan
improvisasi dalam setiap lirik dan nada yang seakan seperti dibuat dadakan.
Aduh, gimana ya? Masalahnya saya bukan seorang komentator musik handal, jadi
apabila dalam deskripsi saya terkesan sok tahu dan rada ngaco mohon dimaafkan.
Oke lanjuuuttt…
Tak lama, beberapa menit kemudian, penampilan
Endah n Rhesa usai. Mereka menutup penampilan mereka dengan mengatakan bahwa
mbak Najwa Shihab sudah datang! Semua penonton langsung riuh, nggak di dalam,
nggak di luar semua berdiri karena penasaran banget sama mbak Najwa itu.
Terlihat dari layar besar di sebelah kanan dan kiri panggung, mbak Najwa dengan
digiring beberapa satpam dan bodyguard sedang berjalan menuju auditorium dari
pintu depan rektorat. Di sekelilingnya banyak orang-orang yang ingin
menyaksikan mbak Najwa dari dekat.
Setelah keluar dari belakang pintu rektorat, penonton yang ada di luar
auditorium sudah riuh berebutan ingin berjabat tangan dengan mbak Najwa.
Terlihat juga para satpam bersusah payah mengontrol kerumunan supaya para
penonton yang ingin berjabat tangan tidak memenuhi jalan yang akan dilalui mbak
Najwa. Selangkah demi selangkah, sosok mbak Najwa menyembul dari pintu depan
Auditorium. Tepuk tangan semakin riuh membahana di setiap sudut auditorium, tribun
atas dan bawah bergetar dengan sorai para penonton. Wajahnya yang putih nan ayu
khas keturunan Arab dengan rambut pendek seleher yang sudah ditata dengan apik
terlebih dahulu, terlihat sumringah menyambut uluran tangan penonton di dalam
Auditorium yang ingin berjabat tangan. Penonton semua berdiri karena bagian
depan sudah berdiri semua, mereka tidak mau kehilangan momen itu, mereka
mengacungkan tablet, handphone, kamera SLR, dan alat perekam lainnya untuk
memotret atau merekam momen itu. Sampai kemudian, langkah kaki mbak Najwa sudah
sampai di bagian bawah panggung, satu persatu kaki-kaki jenjangnya menaiki anak
tangga ke atas panggung. Sekarang sudah tampak terlihat jelas, ia memakai
setelan dengan blazer berwarna merah menyala dan baju dalam berwarna hitam,
sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih sehingga memberikan kesan segar. Cameraman
menyorot wajah mbak Najwa sehingga satu layar penuh berisi sosok mbak Najwa.
Bagian belakang dapat melihat dengan sangat jelas.
Oiya, sebenarnya setelah sambutan dari
mbak Najwa ada penampilan stand up comedy sebentar sama sambutan dari Pak
Rektor. Daripada bertele-tele, mending itu nggak usah diceritain aja, ya.
Kemudian acara pun di lanjutkan dengan acara inti dari Mata Najwa on Stage
yaitu Talkshow dengan menghadirkan LIMA narasumber. Sebelum, para narasumber
memasuki Auditorium, karena acara Mata Najwa on Stage nantinya akan ditayangkan
di televisi, maka ada step-step acara sesuai dengan skenario Mata Najwa seperti
biasanya. Ternyata, ada empat mahasiswa yang menjadi co-host yang membacakan
kalimat sambung-menyambung. Ya, pokoknya itulah, susah mau jelasin hehe.
Kalimat bersambung tersebut sampai melakukan take tiga kali karena ada salah
satu co-host yang sering salah dalam menyampaikan kalimat (mungkin grogi, haha)
dan juga karena microphone yang kurang terdengar jelas. Kemudian, seluruh
penonton disuruh berseru “Penebar Inspirasi”. Oh iya, satu lagi, tata sound
systemnya sangat keren, tata suaranya benar-benar berasa ada di studio TV.
Kayaknya memang didesain sama Metro TV juga deh, hehe.
Setelah proses pembacaan kalimat sambung
menyambung yang melelahkan dan sangat mengulur waktu karena diulang sampai tiga
kali, akhirnya crew Metro TV mengatakan kepada mbak Najwa bahwa kelima
narasumber sudah datang. Akhirnya, kelima narasumber tersebut dipanggil, dan
kemudian melalui layar besar kami bisa melihat pergerakan narasumber yang
berjalan dari pintu depan rektorat lagi-lagi didampingi dengan satpam dan
bodyguard. Tampak wajah-wajah yang tak asing bagi kita semua, karena mereka
adalah para tokoh-tokoh inspiratif yang wajahnya sering berlalu-lalang di layar
kaca dan sering disorot oleh media. Wajah-wajah yang tak asing itu antara lain,
Bapak Jusuf Kalla (JK) yang merupakan mantan Wakil Presiden kita, kemudian ada
Pak Jokowi, Gubernur DKI Jakarta dan juga former Walikota Solo, Pak Anies
Baswedan seorang pengajar dan Rektor dari Universitas Paramadina dan seorang
pencetus gerakan Indonesia Mengajar, Pak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah
dan kemudian disusul Pak Abraham Samad, Ketua KPK. Huwooooo, keren-keren semua
narasumbernya! Saya sangat excited sekali (maklum, wong ndeso, hehe).
Antusiasme saya sedang berada di puncak, dan saya berulang kali menepukkan
kedua tangan saya keras-keras menyatu dengan tepukan riuh penonton yang lain. Tema
Mata Najwa on Stage kali ini adalah Para Penebar Inspirasi, maka tokoh-tokoh
yang dihadirkan adalah para tokoh inspiratif yang saat ini tengah menjadi
sorotan media dan masyarakat luas (selain karena dikabarkan juga akan
dicalonkan menjadi Presiden pada Pemilu 2014, kecuali Pak Abraham Samad)
Setelah semua narasumber duduk, kemudian
dilanjutkan dengan sapaan pembukaan dari mbak Najwa. Setelah itu, sesi
tanya-jawab antara mbak Najwa dan kelima narasumber. Sedangkan sesi terakhir
adalah sesi tanya-jawab penonton dengan para narasumber. Huaaaaa pengen tanya
tapi apa mau dikata, saya sudah pesimis dulu dengan posisi duduk saya yang
sangat tidak strategis. Dari sekian banyak penonton yang mengangkat tangan
berebutan ingin bertanya, hanya dipilih beberapa saja, yang tentu saja
tempatnya lebih strategis dan lebih terlihat, hiks *sedih~*
Anyway, sebelum acara talkhsow dimulai,
tim Mata Najwa sebelumnya sudah menemukan fakta-fakta unik dari masing-masing
narasumber yang belum terungkap ke publik. Fakta yang paling saya ingat adalah,
fakta bahwa Pak Abraham Samad sebelum menikahi istrinya ia tidak melalui proses
pacaran tetapi ta’aruf terus nikah! Huaaaaa kereeeennn! *oke, maaf lebay-nya
kumat lagi. Selain itu, pak Abraham Samad juga pernah dimarahi ibunya karena
mengambil empat kapur tulis gurunya. Saat diklarifikasi kepada Pak Abraham
Samad, dulu sewaktu masih SD, banyak teman-temannya yang suka mengambil kapur
tulis, padahal gurunya waktu itu juga ada dan melihat sendiri kelakuan
murid-muridnya dan dibiarkan. Karena menganggap mengambil kapur tulis itu bukan
tindakan tercela, akhirnya ia juga ikut-ikutan mengambil kapur tulis, tidak
hanya satu melainkan empat, dan gurunya juga tidak menegurnya. Setelah itu, ia
pulang ke rumah. Sesampai di rumah, ia ditegur ibunya dan dinasehati bahwa
mengambil barang yang bukan miliknya itu tidak boleh, karena perbuatan itu sama
saja mencuri. Ibunya pun menyuruhnya, keesokan harinya, untuk mengembalikan
kapur tulis itu dalam keadaan masih utuh. Waaaa… keren sekali, pantas saja
sekarang jadi ketua KPK, kan ya, hehehe.
Acara Mata Najwa sangat seru sekali. Selama acara talkshow ada selipan video lucu dari para
narasumber yang dibuat oleh para kru Metro TV. Semua penonton tertawa
terbahak-bahak dan para narasumber yang menjadi tokoh di video tersebut juga
ikut tertawa geli. Hahaha. Kami semua tertawa terpingkal-pingkal, karena
antusiasme kami melihat video tersebut, akhirnya video pun diputar dua kali,
hahaha. Serius, lucu banget! Kalau mau lihat videonya, lihat aja di akun
twitternya Mata Najwa, ada linknya.
Oiya, satu lagi, pada saat itu ada juga
pemberian sepatu merk JK Collection dari Cibaduyut oleh tim Mata Najwa.
Sepatu-sepatu bapak-bapak-kantoran-nan-mengkilap itu diberikan kepada
masing-masing satu pasang kepada Pak JK, Pak Jokowi, Pak Anies, dan Pak Ganjar.
Terus, pak Abraham Samad? Ternyata, oh ternyata, karena program Mata Najwa
takut disangka memberikan gratifikasi – mbak Najwa bilang itu sambil agak
bercanda gitu, hahaha – kepada pak Abraham Samad akhirnya beliau pun hanya
diberi poster sepatunya! Semua penonton tertawa terpingkal-pingkal, hahaha.
Dari semua tokoh itu, saya sangat suka
dengan cara mereka menjawab pertanyaan dan menyusun kalimat. Saya suka gaya
khas pak Jokowi kalau lagi menjawab pertanyaan, ya seperti itu lah, pasti sudah
pada tahu semua kan, haha. Lucu, aneh, dan unik, kalau kata salah satu
narasumber, saya lupa siapa. Dan juga, saya suka gaya berbicara Pak Anies
Baswedan! (Serius, saya ngefans banget sama bapak ini, huaaaaaa). Saya suka
gaya bicaranya yang runtut dan jelas (tentu saja karena beliau seorang
pengajar), saya suka beliau dalam menyampaikan kalimat-kalimatnya, beda deh
sama narasumber yang lain. Kalau menurut saya, Pak Anies itu seperti punya
magnet tersendiri, ia punya kemampuan untuk menarik audience mendengar dan
memperhatikan ucapannya. Persuasif dan penuh makna, berbobot dan cerdas. Saya
tidak heran juga, karena mengingat beliau adalah seorang rektor dan pengajar
yang prestasinya amat gilang gemilang dan menjadi sorotan publik. Oiya, ada
salah satu quote Pak Anies yang nempel di otak saya. Jadi, sewaktu itu pak
Anies mengomentari gaya kepemimpinan pak Jokowi, beliau berkata:
“Saya melihat, Pak Jokowi ini
adalah seorang pemimpin yang tulus. Tulus adalah jika dipuji tak mudah terbang,
jika dicaci tak mudah tumbang….”
Kalimat itu seperti mak jleb dan pas
banget! Kemudian saya jadi introspeksi diri saya sendiri. Sudahkah, saya
melakukan segala sesuatu dengan tulus? Saya jadi berpikir, apakah kalau saya
melakukan sesuatu jika mendapat pujian langsung lupa daratan tapi ketika dicaci
langsung serasa jatuh tak punya harga diri? Benar, langsung nancep di hati
kata-kata pak Anies. As I said before, so persuasive :)
Setelah acara talkshow usai,
masing-masing narasumber mendapatkan hadiah lukisan wajah masing-masing dari
mereka dalam kanvas besar. Jadi, satu narasumber mendapat satu buah lukisan
wajah dirinya saja.
Akhirnya, talkshow pun berakhir. Banyak
beberapa penonton yang naik ke atas panggung berebutan berfoto dengan para
narasumber, tapi waktu mereka terbatas, sehingga mereka cepat-cepat
meninggalkan panggung. Kemudian setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembagian
doorprize oleh MC featuring mbak Najwa Shihab. Setelah pembagian doorprize
dilanjutkan penampilan Endah n Rhesa sebagai penutup. Setelah Endah n Rhesa
selesai menampilkan performanya, para penonton pun satu persatu meninggalkan
ruangan. Di luar hujan gerimis, mendung tebal, dan becek. Waktu sudah
menunjukkan pukul 17.45 sudah menjelang Maghrib. Akhirnya, saya pun pulang dan
menunaikan sholat Maghrib di rumah.
Sungguh hari itu benar-benar hectic
sekali. Tetapi, pengalaman ngantri nonton Talkshow yang ngantrinya mirip
ngantri nonton One Direction (memang nonton One Direction kan, tapi One
Direction Penebar Inspirasi *halah, garing, Mus!*) itu benar-benar merupakan
pengalaman yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya. Hehehe.
Oke, inilah cuap-cuap panjang nan lebar
membosankan dan menjengkelkan, tulisan agak absurd ala Musrifah semoga saja
tidak membuat kalian mabok laut, darat, dan udara *halah~*. Cukup sekian
postingan dari saya, ini sudah cukup banyak dan sangat nggilani kalau
diteruskan lagi hahaha.
Sampai jumpa di post selanjutnya… :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar