Halo semuanyaa…. Sudah terlampau lama
sekali terhitung hampir satu bulan lebih saya tidak meng-update content blog
saya sama sekali. Ya, ini akibat dari kesibukan saya – lebih tepatnya sok sibuk
– dengan segala aktivitas kampus di penghujung semester tiga sekaligus tahun
2013 ini. Selain itu, akhir-akhir ini saya sedang tidak mood untuk menulis,
kecuali menulis makalah *plak. Padahal di penghujung tahun 2013 banyak sekali
event-event yang sayang jika segera terlupakan.
Akibat blog saya sudah banyak sarang
laba-laba dan debu sudah setinggi mata kaki (ini debu apa banjir?), maka saya
memutuskan ini adalah waktu yang tepat untuk berposting ria kembali, mumpung
baru saja menghadiri sebuah event yang tak kalah keren. Yup, sudah ketahuan
banget dari judulnya, daripada bertele-tele, lebih baik kita langsung saja.
Hehehe.
Kemarin Jumat, 13 Desember 2013 adalah
hari yang spektakuler untuk saya. Tentu saja, karena hari itu adalah hari kedua
dari rangkaian acara Metro TV on Campus UNS 2013. Jadi, Metro TV mengadakan
roadshow di kampus-kampus seluruh Indonesia, salah satunya di UNS. Roadshow
Metro TV di kampus UNS tersebut berlangsung selama 3 hari, mulai Kamis 12
Desember lalu sampai Sabtu 14 Desember.
Duh, serius ini saya nulisnya kok berasa
kaku banget, ya. Seperti bukan tulisan saya banget. Oke, selanjutnya saya akan
menulis dengan menggunakan bahasa campuran antara formal dan non-formal
huehehe.
Nah, apa aja sih rangkaian acara roadshow
itu? Kamis lalu, merupakan acara pembukaan yang dibuka dengan penampilan
peserta stand up comedy. Sayang sekali, karena pada saat itu saya sedang ada
kuliah dan sedang ujian maka saya gak bisa ikut sebagai penggembira. Kemudian,
kemarin Jumat adalah hari kedua, acaranya adalah Pelatihan Jurnalistik bersama
para news anchor Metro TV yang cantik dan ganteng (hehehe *nyerot ingus*).
Selanjutnya, tanggal 14 Desember, hari Sabtu, merupakan acara puncak karena ada
Mata Najwa on Stage!
Jadi gini ceritanya…
Pukul 11.30, saya dan teman-teman berbondong-bondong
menuju auditorium untuk mengikuti acara Metro TV on Campus. Ya, kebanyakan
temen-temen yang ikut pelatihan jurnalistik itu karena pengen ketemu sama news
anchornya Metro TV. Oh iya, jadi yang jadi pembicara pelatihan jurnalistik itu
para news anchor Metro TV, antara lain: Zelda Savitri, Rory Asyari, Sumi Yang,
dan Prabu Revolusi. Kebayang, kan wajah mereka yang selalu menghiasi dunia
berita Metro TV. Pasti kalian sudah gak asing lagi sama Sumi Yang yang jadi
icon utama dari Metro Xin Wen (berita di Metro TV khusus berbahasa Mandarin)
dan Rory Asyari yang selalu ada di program Wide Shot. Nah, setelah sampai di
auditorium, kami masih menunggu hampir 45 menit lebih. Menunggu sang
pangeran berkuda putih membawa sebuket bunga dan cincin pintu auditorium
dibuka (sebenernya udah dibuka, tapi panitianya galak, kita gak boleh masuk.
Lagi check sound mungkin). Lalu, kami sholat Dhuhur di mushola rektorat seraya menunggu
pintu auditorium dibuka. Selesai sholat, kami bergegas stand by di pintu utama
auditorium. Di sana sudah penuh dengan peserta yang memadati teras auditorium,
mereka bernasib sama seperti kami, di-PHP-in panitia. Akhirnya, beberapa menit
kemudian, terdengar kasak-kusuk pintu akan dibuka. Kami mulai berjubel memadati
dua pintu masuk utama auditorium dan pada saat itu mengingatkan saya pada
premiere Harry Potter Deathly Hallow part 1 di Grand 21 beberapa tahun lalu,
hehe.
Kami sudah berbaris (agak) rapi di depan
pintu masuk, tetapi kemudian ada panitia yang berseru:
“Open gate, antri di tempat registrasi!”
Duh, mana tempat registrasinya di belakang, panas pula. Kami yang sudah terlanjur
di depan, berlari-lari kecil supaya gak dapet antrian paling belakang
(sekaligus biar masuknya duluan dan bisa duduk paling depan). Setelah
berpanas-panas selama tidak lebih dari lima menit, kami pun memasuki
auditorium, namun sayang sekali baris paling depan sudah penuh! Ah, tak apa,
untung saja kami mendapat tempat masih di deretan depan tapi bukan baris
pertama hehehe.
Acara dibuka pada pukul 14.30 kira-kira
dibuka dengan penampilan Voca Erudita (paduan suaranya UNS). Penampilan Voca
Erudita sukses membuat ratusan pasang mata terpana. Mereka menampilkan lagu
Roman Picisan dan Kopi Dangdut dengan menawan nyaris tanpa cela dengan style
paduan suara. Setelah itu, karena pembicara belum hadir, MC pun berusaha
mengulur waktu dengan sebuah game.
Beberapa menit kemudian, terdengar
kasak-kusuk dan jeritan tertahan dari para wanita di barisan belakang. Meinar –
teman saya yang duduk di samping saya – menyenggol lengan saya sambil berkata:
“Lihat sebelah sana tuh” seraya
mengarahkan kepalanya.
Huwooooo…. rupanya para news anchor yang
ganteng dan cantik nya cetar membahana sudah datang! Para gadis jejeritan saat
melihat mas Rory berjalan menuju ke barisan depan auditorium (saya juga ikut
jerit, dikit. Hehehe. Maaf, akibat pengaruh lingkungan, hehe). Absolutely,
ternyata mas Rory itu ganteng banget! Padahal kalo saya nonton Wide Shot
ngeliat dia biasa aja. Hahaha. Jadi inget Bapak saya pernah bilang kalo mas
Rory itu mirip mas Rifqi (kakak sepupu saya) hehe. Tapi saya bilang:
“Ah, enggak! Kayaknya
masih ganteng mas Rifqi, deh” (semoga kakak sepupu gak baca ini, saya malu
hehehe *plak).
Tetapi kemudian, setelah
saya ngeliat mas Rory secara live tanpa perantara layar kaca, kemudian opini
saya menjadi:
“Hmm… piye ya? Aaakkk aku
mimisan, Bapak! Tolong!” (Duh, alay kumat, maaf lagi deh hehehe).
Setelah para news anchor duduk di
barisan paling depan, MC pun mempersilahkan Pak Ravik memberikan sambutan. Saat
sambutan, Pak Ravik menyampaikan bahwa mas Rory adalah salah satu alumni
Komunikasi UNS. Sontak auditorium pun bergetar dengan sorai dan tepuk tangan
membahan para peserta yang didominasi oleh mahasiswa UNS – terutama anak
Komunikasi. Ternyata anak UNS yang kerja di Metro TV selain mas Rory ada lagi,
namanya mbak siapa gitu, lupa.
Setelah sambutan dari Pak Ravik, mbak
Zelda dipersilahkan MC untuk naik ke atas panggung. Mbak Zelda, sebagai
pembicara pertama pelatihan jurnalistik, menyampaikan beberapa hal-hal umum
dalam dunia berita dan jurnalistik, seperti proses produksi berita, proses
on-air berita di stasiun televisi itu bagaimana, proses melaporkan berita
secara live, dan lain-lain. Ceritanya, kita masih pengenalan dan pemanasan
sebelum masuk ke inti utama. Mbak Zelda menyampaikan materi dengan gaya
berbicara taktis dan tangkas. Ia memiliki gaya bicara yang cepat dan jelas.
Menurutnya, menjadi jurnalis itu dilatih untuk berbicara sambil berpikir. Biasanya,
apabila seseorang hendak berbicara, ia berpikir lama dahulu baru kemudian berbicara.
Namun berbeda dengan mbak Zelda, proses kognisi pengolahan bahasa di otak
berlangsung bersamaan dengan penyampaian komunikasi verbal. Selama sesi mbak
Zelda, waktu yang digunakan banyak disediakan untuk sesi tanya-jawab.
Setelah mbak Zelda, dilanjutkan dengan
pembicara kedua yaitu…. *jeng-jeng-jeng* mbak Sumi Yang! Aduh, kalo manggil
mbak kok berasa aneh, ya. Oke, diganti, kak Sumi Yang! Kak Sumi Yang ini
wajahnya khas oriental banget! Seriously cantik banget kayak boneka Jepang! Nah,
di sesi kak Sumi ini dibahas tentang jenis-jenis berita dan juga menjelaskan
beberapa program di Metro TV. Gaya bicara kak Sumi itu santai, pelan,
berintonasi jelas, mirip seperti pembawa acara formal. Ya, mirip seperti
pembawa acara di acara Festival Film Indonesia, Panasonic Gobel Awards, dan
acara-acara sejenisnya, hehehe.
Kemudian, pembicara ketiga adalah
pembicara yang ditunggu-tunggu oleh para gadis di seantero auditorium.
Pembicara ketiga adalaaaahhh… mas Rory Asyari! Aaaaaaaaaaaaa! Auditorium
bergetar. Peserta spontan bersorak riuh tatkala mas Rory melangkahkan kaki-kaki
kokohnya menuju ke atas panggung.
Tiba-tiba berasa kayak ada lagu Pretty
Boy nya M2M (aduh, saya jadul banget yak…) mengalun merdu: “Oh my pretty pretty boy I love you like I never ever loved no one
before you~”
“Aduh, meleleeehhh…” sahut teman saya
yang duduk di sebelah kanan saya.
“Aduuuhhh… huwaaaaa…” saya ikutan lebay.
“Aaaaaaaaa… kak Rory!” seru cewek-cewek
di barisan belakang, depan, kanan dan kiri saya.
Nah, kalian tahu posisi saya bagaimana
saat itu? Tentu saja, saya menjadi terpengaruh oleh lingkungan (baca:
konformis). Saya jadi ikutan heboh!
Pada sesi mas Rory ini, ia menjelaskan
tentang seluk beluk kegiatan jurnalis. Kami disuguhkan sebuah video tentang
betapa beresikonya menjadi seorang jurnalis, terlebih jika sang jurnalis
ditugaskan untuk meliput di daerah berbahaya seperti area perang, tempat
bencana yang beresiko terjadi bencana susulan, area demonstrasi dan kerusuhan,
dan lain-lain. Selain itu, kami juga mendapatkan ilmu tentang apakah suatu
berita itu bisa dijadikan live report (langsung dilaporkan saat itu juga) atau
tidak. Selain itu, kami juga diperlihatkan liputan mas Rory saat meliput
tragedi pesawat Sukhoi dan bencana badai Haiyan di Filipina.
Kemudian, sesi terakhir adalah sesi kak
Prabu Revolusi. Di sesi ini karena sudah sangat sore menjelang Maghrib,
beberapa kursi auditorium sudah ditinggalkan oleh penghuninya. Hmm… daritadi
para cewek memang mengincar mas Rory, setelah mas Rory selesai mereka satu
persatu meninggalkan auditorium. Auditorium masih terisi banyak peserta, karena
kak Prabu kan juga ganteng! (hehehe, *plak!). Pada sesi ini, kak Prabu
menjelaskan tentang seni menulis berita. Kami juga diajari cara menulis
kerangka berita yang biasanya digunakan oleh reporter di lapangan. Nah,
biasanya para reporter di lapangan itu kalau melaporkan berita mereka memiliki
script berisi point-point penting berita yang akan disampaikan. Hal itu
dilakukan supaya reporter tidak tiba-tiba berbicara out of topic atau kelupaan
menyampaikan salah satu point penting. Gaya bicara kak Prabu ini menarik.
Melalui cara bicaranya, ia mampu menarik atensi pendengar. Intonasi jelas dan
berirama, semacam trainer-trainer di seminar motivasi (bukan seminar MLM lho,
beda). Pada akhir sesi, ia mengatakan bahwa beberapa hari lagi ia akan mengisi
seminar public speaking yang diadakan oleh Akademi Berbagi di Solo juga. Wah,
pantas saja gaya bicaranya seperti itu, ternyata jago public speaking, hehehe.
Setelah sesi kak Prabu selesai, saya dan
teman-teman saya langsung keluar dari auditorium untuk melaksanakan sholat
Maghrib. Pasca sholat Maghrib kita kembali ke auditorium ternyata acara sudah
ditutup oleh MC. Kami melihat di depan pintu auditorium, nampak sebuah
kerumunan kecil yang riuh. Perlahan saya mendekati kerumunan kecil itu, ternyata
sejumlah mahasiswi berebut tanda tangan dan berfoto dengan kak Prabu. Kami
sebenarnya juga pengen foto bareng, tapi sayang, belum rejeki, ia sudah
buru-buru disuruh pulang oleh tim Metro TV *nangis ngesot* (lebay!)
Tetapi kami tak patah semangat. Kami
kembali memasuki auditorium yang sudah mulai lengang dan hanya tersisa panitia
dan petugas kebersihan. Niatnya sih, mau foto-foto di depan backdrop, tetapi
kami pun menemukan kerumunan kecil yang lain. Wah, siapa itu yang dikerubutin
cewek-cewek? Ternyata, kak Sumi Yang! Saya dan teman saya pun berebutan berfoto
bersama kak Sumi Yang. Tapi, lagi-lagi belum rejeki, kak Sumi Yang keburu
disuruh pulang juga. (Ini kayak Metro TV nya sensi ama saya, masa saya dateng
terus mereka disuruh pulang -_- hiks *meringis pedih*). Ya, mungkin belum
rejeki (lagi).
Anyway, niat foto-foto sama mereka itu
supaya ketularan pinter. Kalau foto-foto sama artis itu udah terlalu
mainstream, jadi kita foto-foto sama news anchor aja yang juga gak kalah
ganteng atau cantik sama artis ibukota. Bedanya, kalau news anchor itu artis
dunia intelektual, hehehe (bahasanya lebay banget, yak :p)
Okay, ini endingnya emang nggantung
banget. Soalnya saya udah capek ngetik nih. Hmm… baiklah para pembaca setia
blog saya, demikian cuap-cuap pertama saya di bulan Desember pasca vakum
beberapa minggu akibat dari padatnya rangkaian studi (lah!). Semoga kalian
tidak tambah enek dengan tulisan saya yang entah kenapa makin hari makin
amburadul saja, hiks (T.T).
Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar