Lagi-lagi,
jam digital di ponselku menunjukkan angka kembar. Aku tersenyum simpul.
Selintas memori berkelebat dalam ingatanku. Tentang mitos. Ya, mitos melihat
jam kembar.
Sudah
beberapa bulan belakangan mataku selalu memergoki jam digital ponselku menunjukkan
angka kembar. Selalu saja saat malam menjelang. Ya, memang sedikit banyak aku
tersugesti akan mitos itu. Sekelebat wajah selalu menghiasi pikiranku tatkala
mataku tak sengaja bertumbuk pada dua angka kembar itu.
Hmm,
mungkin ada dari kalian yang belum mengetahui tentang mitos jam kembar? Jadi,
mitos jam kembar itu – entah siapa yang memulai mitos mulut ke mulut ini –
berbunyi
“Jika
kamu melihat jam menunjukkan angka yang sama dengan menitnya, maka di luar sana
pasti ada yang sedang merindukanmu”
Hahaha…
terdengar konyol memang. Apa hubungannya jam berangka kembar dengan ada
seseorang di luar sana sedang merindukan kehadiranku? Kalian pasti akan menganggapku
bodoh jika aku mengaku bahwa aku benar-benar mempercayainya. Ya, sejujurnya,
aku (sedikit) mempercayainya.
Hei,
tapi tentu saja terasa aneh jika aku terlalu mempercayainya. Coba pikir, siapa
pula orang yang merindukanku, hah? Orang-orang terdekatku saja berada di
sekitarku. Ayah, ibu, adik, dan sanak-familiku tidak tinggal terlalu jauh dari
tempatku tinggal. Aku tidak memiliki teman sangat ‘spesial’ yang tinggal
terlalu jauh dari tempatku berpijak. Sangat ‘spesial’ di sini maksudnya sahabat
atau teman cewek yang selalu dekat denganku. Tolong jangan berpikiran
macam-macam…
Lantas,
siapa?
Maka
dari itu, sungguh konyol jika aku terus bertahan untuk mempercayai mitos aneh
itu.
Eh,
tetapi….
Ada
satu wajah yang sekejap melintas di benakku.
Dia.
Nafasku
tercekat seketika saat mengingat wajahnya. Duh, bukan ini yang sedang
kuinginkan terjadi.
Aku
tak berharap dia merindukanku. Merasa sangat konyol saja jika terus mengira
bahwa dirinya yang merindukanku saat tiba-tiba aku melihat jam kembar. Pikiran
itu pun sengaja aku tepis jauh-jauh, aku usir cepat-cepat. Jangan sampai
usahaku beberapa bulan belakangan ini luruh hanya karena terpengaruh oleh mitos
yang tidak jelas asal mulanya itu.
Dan
satu yang perlu aku tekankan: “Aku bukan seorang yang erotomania”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar