[source: www.tumblr.com] |
Bicara tentang tipe-tipe seperti
ini, terkadang saya agak bingung mau nulis apa. Seringnya, kalau nulis
tipe-tipe seperti ini, saya sering nulis yang menjurus ke too good to be true. Baiklah, demi challenge dan blog tidak semakin suwung, saya akan mencoba agak serius.
Ngomong-ngomong tentang cinta dan kekasih
idaman, sering sekali saya mendapati tulisan-tulisan sejenis yang beredar di dunia
maya. Mulai dari Line Today, Hipwee, hingga IDN Times, tulisan-tulisan ‘menjurus’
seperti ini memang sering dapat visitors yang lumayan banyak. Selain memang
menarik, kecenderungan manusia untuk penasaran mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan dirinya juga turut andil mempopulerkan jenis topik tersebut.
Seperti kalimat dalam salah satu artikel
yang saya baca di Line Today; seseorang cenderung memilih pasangan yang
memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Cewek lebih suka cowok yang mirip
ayahnya, sebaliknya cowok lebih suka cewek yang mirip ibunya. Mirip di sini
lebih dalam artian fisik, terutama struktur tulang wajah. Fakta sains juga
membuktikan, seseorang cenderung mencari pasangan yang memiliki kemiripan kode genetik.
Ibarat ngaca, pasangan kita kelak adalah pantulan dari diri kita. Kayak Mirrors-nya Justin Timberlake gitu deh…
It’s like you’re my mirror…
My mirror staring back at me…
(Kalau diteruskan, lama-lama jadi bikin konser)
Intinya, kekasih masa depan kita
memang nggak bakal jauh-jauh dengan diri kita saat ini. Secara nggak sadar
pula, kriteria kita juga sedikit nyerempet-nyerempet dengan fakta sains di
atas. Contohnya, sebagai berikut:
Pertama, biasanya kita akan memilih
pasangan yang seiman atau seagama. Jelas, kalau ingin langgeng
hingga jenjang pernikahan plus mendapat restu orang tua, faktor prinsip seperti
ini tidak boleh sekali-kali diterabas. Bagi saya, hal ini memang sangat
prinsip. Bahkan, saya sendiri menambahkan kriteria khusus; paham ilmu agama,
baik teoritis maupun aplikatif. Bagi yang ingin penjelasan lebih lanjut, mari
kita tukeran proposal… *Ups… Eh (?)
Kedua, memiliki good
attitude. Misalnya, kita sering mematok kriteria seperti bertanggung
jawab, pekerja keras, pendengar yang baik, sayang keluarga, dan berbakti kepada
orang tua. Bisa pula ditambahkan, misalnya, bukan pecandu film porno,
alkoholik, atau pecandu narkoba. Kriteria good
attitude ini akan semakin bertambah banyak ketika kita menyadari ‘we deserve someone better’.
Ketiga, memiliki
kelebihan dan keistimewaan. Kelebihan
di sini bisa dalam aspek fisik maupun psikis. Misalnya, memiliki paras rupawan
nan enak dipandang, tinggi yang proporsional, cerdas, nyambung ketika ngobrol
masalah serius dan tidak loading lama.
Menurut saya, buang-buang waktu menjalin hubungan dengan seseorang yang rupawan
tapi tulalit. Iya sih ganteng mirip Song Joong Ki atau cantik mirip Song Hye
Kyo, tapi ketika diajak ngobrol sejarah atau berita update terkini malah ngowoh sambil garuk-garuk kepala. Hadeuh…
Keempat, mau introspeksi dan belajar menjadi lebih
baik. Ini adalah kriteria yang saya tambah sendiri, sih. Hehehe. Hal ini
penting sekali, apalagi untuk pasangan seumur hidup. Ketika menjalani kehidupan
rumah tangga, mustahil tidak ada konflik. Nah, konflik pernikahan tersebut bisa
diminimalisasi jika masing-masing pihak mau introspeksi kekurangan diri dan
bersedia belajar menjadi lebih baik. Buat apa hidup dengan orang yang
antikritik plus bebal? Capek hati dan buang-buang waktu, kan?
Kelima, semua di
atas tidak akan berguna jika tidak berbeda
kelamin. Apalagi jika tujuan mencari pasangan adalah untuk menuju ke
jenjang pernikahan. Biasanya, orang yang menikah juga bertujuan untuk
melestarikan keturunan dari jenisnya. Kalau sama-sama cowok atau sama-sama
cewek, gimana caranya bikin anak? Wkwkwk.
Last
but not least, semua kriteria di atas juga perlu
diimbangi dengan kualitas dan kapasitas diri sendiri. Agak tidak realistis jika
kita mendambakan seseorang yang memiliki kualitas lebih dari kita, namun kita
lupa meng-upgrade kualitas diri sendiri.
Istilah kasarnya; ngaca woy!
Jadi, untuk
mencapai kriteria-kriteria impian tersebut, kita perlu banyak-banyak melihat ke
dalam diri kita. Jika saya ingin seseorang yang punya perilaku A, maka saya
juga harus berperilaku A. Seperti yang saya tulis di atas, hal-hal yang ada
dalam kekasih masa depan kita kelak tidak akan berbeda jauh dengan keadaan kita
saat ini. Karena laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik, begitu pula
sebaliknya.
Solo,
18 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar