Dear Kamu,
Apa kabarmu? Semoga selalu berbahagia
di setiap situasi dan kondisi. Bagaimana keadaanmu? Semoga sehat selalu. Ingatkah
kamu ketika kita pertama kali bertemu? Aku ingat sekali, kamu adalah gadis yang
asyik dan mudah bergaul. Kamu juga humoris dan sedikit sarkas. Setiap orang
mudah dekat dan nyambung denganmu. Sifatmu yang straight to the point memang kadang-kadang menyebalkan, tapi itu
lebih baik daripada ngomong di belakang. Kepribadianmu yang ekstrover membuatmu
jadi mudah populer di berbagai kalangan. Apalagi kamu sangat multitalent, semakin banyak yang senang
bisa berteman denganmu.
Namun, dirimu tetaplah manusia yang
tidak sempurna. Bahkan, teman satu kamar pun juga masih tidak percaya ada
rahasia yang kamu sembunyikan. Hingga akhirnya semuanya terkuak! Dua teman
sekamar kita yang pertama kali mengetahuinya. Diam-diam mereka sudah saling
waspada terhadapmu. Hingga akhirnya, demi kesejahteraan teman sekamarmu yang
lainnya, dua temanmu yang awalnya ingin menyembunyikan aibmu, memberitahukan
kepada tiga teman sekamarmu yang lain–termasuk aku. Saat itu, kamu sedang
pulang. Kami berlima berkumpul di kamar dengan pintu tertutup rapat, supaya
empat lelaki teman sekelompok kita di kamar sebelah tidak mendengar.
Dua temanmu mewanti-wanti tiga
temanmu yang lain supaya setelah mengetahui kejadian ini kami dilarang menjauhi
kamu. Pokoknya, jangan memperlihatkan gelagat bahwa kami berlima sebenarnya
sudah tahu rahasiamu. Lalu, dengan segenap rasa penasaran, kami bertiga (yang
belum tahu) mendengarkan dengan saksama. Dua temanmu itu pun mulai merendahkan
suara hingga hampir berbisik, supaya tidak terdengar sampai ke luar. Rahasiamu
sungguh mengejutkan, mengagetkan dan mencengangkan dunia seluruh perempuan yang
mendengarnya. Ternyata diam-diam kamu memelihara kutu di rambutmu!
Aku tercengang, tubuhku bergetar,
tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang berjalan di antara rambutku. Geremet-geremet! Rasanya kuingin teriak!
Rasanya kuingin menangis dalam hati! Sungguh, jika aku sampai tertular kutu,
itu artinya rambutku pernah kutuan tiga kali. Pertama waktu SD tertular teman
yang rambutnya kayak gembel, kedua waktu SMP karena tinggal di asrama, dan
ketiga waktu KKN karena tertular kamu! Allahu akbar!
Tiga teman yang lainnya juga terkejut,
tercekat, dan terpekik tertahan. Mimpi buruk setiap wanita seolah membayang di
depan mata! Tentu saja kami dilanda kecemasan, sebab kami sudah hampir sebulan
berbagi kamar denganmu, tidur di sampingmu, berbagi bantal denganmu! Dan setelah
mengetahui kejadian ini, masih ada beberapa minggu lagi sampai tanggal
penarikan dari pihak universitas. Cemas dan takut selalui menghantui sisa-sisa
hari kami menjelang tanggal penarikan. Dua temanmu yang lebih awal tahu, sudah
lebih dulu diam-diam membeli sisir serit (sisir bergerigi rapat). Diam-diam
mereka sudah saling mencari di antara rambut masing-masing, kalau-kalau ada
telur kutu, gabug (telur kutu yang
sudah menetas), kor (anak kutu),
ataupun induk kutu.
Setelah diberitahu hal itu, tiga
temanmu–termasuk aku–langsung buru-buru membeli sisir serit juga, tentu saja
tanpa sepengetahuanmu. Kami menyembunyikannya dengan rapi. Sesuai dengan janji
kami kepada dua temanmu, kami tetap baik padamu, tidak tiba-tiba menjauhi kamu,
dan tidak tiba-tiba kesal padamu. Hanya saja, satu perilaku kami yang jika kamu
amati akan sangat janggal; tiba-tiba kami semua tidur dengan memakai jilbab.
Salah satu upaya agar bisa tetap tidur di sampingmu tanpa tertular langsung
kutu rambutmu.
Selama hari-hari penuh kecemasan
itu, selalu terbayang di benakku masa-masa kelam ketika rambutku pernah berkutu. Saking frustrasinya, aku pernah mencuci rambutku dengan deterjen dengan harapan
supaya induk kutu sampai telur kutu yang belum menetas langsung mati tak bersisa.
Rambutku sampai jelek, kusut, dan bercabang akibat setiap seminggu sekali
kucuci pakai deterjen. Sungguh, saat itu aku sangat takut jika ternyata aku
tertular kutumu hingga beranak pinak dan banyak, sehingga susah diberangus meskipun
sudah pakai Peditox (obat kutu) sekalipun. Maka, sebelum benar-benar gatal
maksimal, kami melakukan tindakan pencegahan.
Kamu tahu tidak, bagaimana cemasnya
lima temanmu itu? Setiap kamu pergi keluar kamar, entah dapat jatah giliran
belanja, pulang sebentar ke rumahmu, diajak teman-teman lelaki ke kota,
menyempatkan ke kampus sebentar, atau ketika kamu sedang mandi, kami langsung
menutup pintu kamar rapat-rapat, melepas jilbab, saling mencari kutu di rambut masing-masing,
dan menyisir rambut menggunakan sisir serit. Kami akan terpekik sedih ketika
menemukan telur kutu yang belum menetas, lalu buru-buru menggilasnya dengan
kuku. Kami akan memasang wajah waspada ketika menemukan anak kutu atau induk
kutu, lalu buru-buru membunuhnya. Dan akan memekik keras ketika menemukan
sejumlah gabug-gabug yang berguguran
dari sisir serit. Tahu artinya, kan? Sudah banyak anak kutu yang menetas!
Ketika aku dapat jatah pulang
sebentar ke rumah, aku curhat dengan bapak dan ibuku. Bapak dan ibu malah
tertawa, lalu meledekku; “masih jaman anak kuliah rambutnya kutuan?”. Akhirnya,
aku memutuskan untuk beli Peditox di apotek terdekat. Sambil menahan malu,
karena mbak pegawai apotek menatapku dengan kening berkerut, seolah heran setua
aku ini masih bisa kutuan.
Hingga berakhir masa KKN kita, kelima
temanmu tetap tidak pernah menanyaimu terus terang. Sungguh, kami tidak suka
konfrontasi dan tidak tega, terutama untuk hal-hal sensitif bagi wanita
seperti; rambut berkutu. Tapi sungguh, empat lelaki teman sekelompok kita tidak
tahu rahasiamu. Jadi, kamu bisa bernafas lega tanpa harus takut jatuh image-mu, terutama pada lelaki pujaanmu.
Itu kejadian setahun yang lalu. Bahkan
sampai sekarang kamu tidak tahu kalau kami tahu rahasiamu. Alhamdulillah, pasca
penarikan dan pulang ke rumah, setiap sehari sekali aku memakai Peditox di rambutku,
rutin menyisir menggunakan sisir serit, dan keramas menggunakan sampo. Beberapa
hari kemudian, kutu-kutu yang pernah bersarang di kepalaku telah lenyap tak
berbekas. Aku lega. Namun, rekor rambutku pernah berkutu telah genap menjadi tiga
kali. Sungguh, pengalaman selama KKN yang menyedihkan sekaligus tak terlupakan.
Jika kamu membaca ini, aku sungguh
memohon maaf tidak pernah tega berterus terang padamu. Kami hanya sanggup
menyimpannya dan memasang wajah manis di depanmu. Semoga sekarang kutu-kutumu
sudah benar-benar lenyap dan tidak menular ke rambut teman perempuanmu yang
lain. Kami tidak menyalahkanmu dengan rambut berkutumu itu. Kami yakin, kamu
juga pasti sudah tertular kutu dari rambut lain. Mungkin saja, dari adikmu yang berambut
sedikit lebih aneh daripada kamu. Maaf ya, Temanku….
Solo, 26 Januari 2017
Memang horror... huhuhu
BalasHapusKamu bakal ngerasain KKN ga Vin? Kalo iya, kamu harus screening rambut2 temenmu cewek. Satu dari enam cewek di Indonesia rambutnya kutuan *survey ngasal wkwk 😂
Hapus