Sabtu, 08 September 2012

# Cinta # Random

Letter to Nobody

Lima itu banyak, bukan? Lima tahun? Tentu saja lama. Lama jika kita menghitung tiap detik dan menitnya. Lama jika kita melakukan sesuatu yang membosankan. Tapi tak cukup lama untuk mengubur bayang-bayang.

Seharusnya tak selama itu…
Jika saja cerita-cerita sialan itu tidak selalu memenuhi hari-hariku. Jika saja imajinasiku tak sebagus LCD proyektor dalam mempresentasikan setiap detail untaian kata dalam cerita itu menjadi sebaris film pendek dengan credit title unknown. Jika saja aku tak terlalu kreatif membubuhkan imajinasi-imajinasi sesat yang semakin merubah pandanganku terhadapmu. Jika saja aku tak dilahirkan untuk bertemu dengan manusia yang sebenarnya tak sempurna, tapi bagiku sempurna. Sangat sempurna! Bukan sempurna secara harfiah. Terlalu sulit untuk direfleksikan dalam barisan kalimat sok puitis ini.
Jika saja semua yang susah payah aku jabarkan panjang lebar di atas tak pernah terjadi padaku….
Mungkin aku terlalu naif untuk mengartikan hembusan angin yang terlalu dini muncul di hadapan seorang manusia yang tak terlalu mengerti apa-apa tentangnya. Mungkin juga aku terlalu sok tahu dan terlalu yakin bahwa sebenarnya hembusan angin itu juga kau rasakan, saat bertemu sosok Si Naif. Dan aku terlalu lelah  memenuhi otakku dengan berbagai macam spekulasi yang jawaban sebenarnya hanya bisa diketahui oleh Sang Pencipta. Dan aku selalu benci setiap menulis baris demi baris kalimat ini, sketsa lamamu muncul memenuhi kamar-kamar di sepanjang labirin otakku.
Dan aku selalu senang saat mataku terpejam, ribuan spidol dengan cepat menegaskan garis-garis yang membentuk sketsa dirimu… Dan ternyata “morfin” ini telah meracuniku terlalu banyak….
Tapi dengan munafik aku mengatakan, tentu saja tidak! Tapi… siapa yang tahu dalamnya hati? Siapa yang tahu suara lirih hati kecil ini yang susah payah kuredam, malah berkata yang sebaliknya… Penyimpangan titik ekuivalen hati ini semakin membuatku merasa berdosa.
Kejujuran itu pahit. Terpaksa aku katakan, tentu saja aku merindukan sosok nyatamu. Setelah sekian lama tak bersua. Hanya melalui cerita, itupun bukan dari mulutmu, tapi mulut orang lain!
Dan aku benci mengharapkannya… Mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi…  
Kau tahu kenapa? Bagaikan dua kutub magnet yang senama, tentu saja tak bisa disatukan. Dan tak akan pernah bisa. Tapi, sesekali ada salah satu yang ingin menyalahi takdir. Memutar waktu, kembali ke masa lalu, merubah segalanya. Kemudian kembali ke masa depan lagi… memulai lembaran baru. I wish I could….
P.S: Kau akan tahu apa itu “seseorang yang melankolis” setelah kau membaca ini 

*Melankolis adalah saya hehehehe.......*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar