Selasa, 30 Juli 2013

Temu Kangen dan Buber Kasmaji 2012

09:01 0 Comments


Buka Bersama adalah acara yang serasa menjadi trending topic seantero Indonesia jika telah memasuki bulan Ramadhan. Yap, ada yang buka bersama bareng temen sekantor, ada yang buka bersama bareng temen satu kelas di sekolah, ada yang buka bersama antar bermacam-macam klub, ada yang buka bersama satu angkatan di kampus, ada yang buka bersama satu keluarga, dan ada juga yang buka bersama satu kampung. Nah mungkin yang saya sebutkan di atas terlalu mainstream, biasanya kalau yang anti-mainstream itu buka ‘bersama’ di masjid dengan tujuan supaya dapet takjil gratis -_-. 

Pun tidak ketinggalan pula kami. Iya, kami adalah para manusia-manusia yang mengikuti trend buka bersama di penghujung bulan Ramadhan ini. Biasanya semakin mendekati akhir Ramadhan agenda buka bersama serasa mengejar-ngejar laksana debt collector yang sedang nagih utang. Yang buber angkatan kampus lah, yang buber klub apaan lah, yang buber ini lah, itu lah, mana sekarang sedang tanggal tua. Kalau lagunya Vidi Aldiano itu Cemburu Menguras Hati, nah kalau buber di penghujung bulan Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal tua menuju tanggal muda, kalau dibikin lagu pasti judulnya Buber Menguras Dompet. Pasti pada setuju, kan? Harus setuju! Huehehe. 

Nah, hal itu pula yang (mungkin) sedang terjadi pada kami. Kami dengan tertatih-tatih harus menghitung satu persatu uang kami supaya tidak defisit akibat agenda buber yang kian hari kian menumpuk (ini kenapa malah jadi curhat sih, elaaahhh). Dan, daripada terlalu lama saya mengumbar elegi menjelang buber dan yang pasti gak akan selesai-selesai kalau tidak segera dihentikan, lebih baik kita menuju ke topik utama, hehehe.

Kemarin, tanggal 29 Juli 2013 adalah hari spesial dan mengesankan menurut saya. Yap, hari Senin kemarin adalah acara Buka Bersama satu angkatan untuk Kasmaji 2012 yang dibalut dengan Temu Kangen (kata admin @kasmaji12 sih gitu, hehe). Yup, pada postingan kali ini saya ingin membuat postingan tentang acara buber yang emang tidak biasa ini. Tapi sebelumnya, mari kita flashback dulu. 

Nah, sewaktu undangan buber satu angkatan ini menyebar laksana radiasi nuklir di seluruh jejaring sosial, mulai dari twitter, facebook, whatsapp, line, dan SMS, saya pun mendadak galau. Bukan galau karena mau ketemu mantan gebetan. Bukan, bukan itu (lagian juga gak ada gebetan ataupun mantan gebetan). Tapi galau karena harus menganggarkan uang lagi. Iyalah, soalnya saya sudah terlanjur menganggarkan mau ikut Seminar Internasional sama Bedah Buku #UdahPutusinAja-nya Felix Siauw hehe. Maka dari itu saya harus benar-benar berhati-hati dalam pengeluaran akhir bulan saya ini, hmmm. Saya bingung dan galau mau ikut buber Kasmaji atau enggak. Maka dari itu saya pun meng-SMS dan me-Whatsapp teman saya (bukan sekelas waktu SMA), sebut saja A dan I, keduanya cewek, satu universitas juga.

Pertama-tama saya meng-SMS dan me-Whatsapp si I, saya tanya dia, apakah dia mau ikut buber atau tidak. Kenapa saya SMS I? Karena biasanya anak ini yang paling semangat kalau ada acara makan-makan, buber, ketemu temen, dan sejenisnya, hehe. Makanya saya memberanikan diri meng-SMS I dengan tujuan mendapatkan jawaban se-obyektif mungkin (dan juga cari barengan berangkat hehehe). Nah, pucuk dicinta ulam pun tiba, dia pun mereply Whatsapp saya, dia jawab: “Enggak ah, Mus. Aku lagi males, lagi ngurusin Osmaru juga”. Kemudian saya reply lagi, saya bujuk dia supaya ikut: “Ayolah, nanti kita kan bisa ketemu temen-temen,” dengan nada mengiba. Tapi dia tetep kekeuh tidak mau ikut buber. Yasudahlah, akhirnya saya pun berganti me-Whatsapp si A. Dan, sialnya, dia juga tidak mau ikut. Hiks, dia hanya berencana ikut buber dengan teman-teman sekelasnya waktu kelas sepuluh saja. Karena mendapat jawaban seperti itu, laksana teori konformitas dalam buku David G. Myers, saya memutuskan mending gausah ikut buber aja (dengan perasaan masih ngganjel).

Di tengah kegalauan itu, saya pun membuka-buka facebook dan twitter, sama mau ngecek notifikasi atau siapa tahu ada yang mention akun twitter saya gitu hehe. Karena tidak ada yang mention saya, saya pun buka-buka home twitter, baca-baca tweet-tweet following saya. Nah, tiba-tiba mata saya tertumbuk pada tweet-tweetnya @kasmaji12. Tweetnya berisi ajakan supaya teman-teman pada ikut buber. Bukan ajakan biasa, tapi dengan selipan tweet-tweet melankolis ala @kasmaji12 hehe. Sepanjang malam itu mereka mengetweet kata-kata mutiara menyentuh hati, yang semakin menambah kegalauan saya. Saya pun ingat, saya juga pengen banget ketemu temen-temen saya yang merantau, karena udah lama gak ketemu, lagipula ketemu satu angkatan kapan lagi kalau bukan pas acara itu? Kemudian saya pun SMS temen-temen sekelas saya waktu kelas 12, dan ternyata mereka banyak yang ikut! Maka akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut buber, hehehe (konformitas lagi -_-).

The day comes closer. Tibalah hari itu, hari Senin tanggal 29 Juli 2013. Karena di undangannya tertulis dimulai pukul 16.00, saya berangkat dari rumah pukul 15.30, setelah sebelumnya menunaikan sholat Ashar di rumah. Saya berangkat dengan mengendarai motor sambil membawa whatthefun tikar ini, karena memang per kelas disuruh bawa tikar buat duduk sekelas. Oh iya hampir lupa, karena acaranya ada di pelataran SMA saya yang biasanya dipakai untuk upacara, maka memang perlu tikar sebagai alas duduk secara lesehan.

Tibalah di SMA saya, saya lihat sekilas, masih lengang. Terlihat masih belum ada persiapan sama sekali di pelataran SMA, hanya ada beberapa anak laki-laki berusia 17-an sedang bermain basket di pelataran dan beberapa adik-adik SMA yang masih duduk-duduk nongkrong di gerbang depan, (mungkin) sambil menunggu jemputan. Saya merasa absurd karena repot banget bawa tikar ini, maka saya pun memutuskan menunggu di depan SMAN 2 Solo yang terletak bersebelahan dengan SMA saya. Saya SMS-an sama temen saya, eh malah ada yang masih di rumah, ada yang masih mandi, dan bahkan ada yang belum mandi. Hmm, padahal jam sudah menunjukkan pukul 15.55, tapi tanda-tanda kalau bakal diadakan acara buber masih belum nampak terlihat. Hmm… memang ternyata bukan waktu SMA saja saya datang terlalu pagi dan yang paling awal, waktu buber pun saya juga datang paling awal (untuk kategori peserta a.k.a tamu, maksudnya), saya kira jam segitu sudah open mic atau apalah itu namanya, ternyata belum ada sama sekali. Saya sempat su’udzon, kalau jangan-jangan saya dikerjain, atau jangan-jangan ada jarkom dadakan yang menginfokan kalau tempat buber dipindahkan tapi saya gak dapet jarkom, bzzzz.

Kemudian saya pun memindahkan motor bersama whatthefun tikar saya ini ke depan gerbang Smansa. Waktu berjalan sangat cepat, sudah pukul 16.15. Tapi teman-teman saya yang memang tergolong kategori ngareters deadliners masih belum terlihat batang hidungnya. Panitia sudah satu persatu melakukan persiapan awal, baru menggelar tikar -_-. Saya menunggu di motor, ketemu Anggra, tapi kemudian si Anggra main ke SSCI (tempat les) karena masih sepi. Dan alhamdulillah, tak lama berselang datanglah AJ, kemudian datanglah Luthfi, kami bertiga duduk-duduk di depan gerbang sembari menunggu panitia menyelesaikan pendekorasiannya. Tak lama datanglah Upik a.k.a Ulfah. Kemudian Endah, Novian dan Isti, lalu kami pun memarkir motor bersama-sama di parkiran dalam Smansa. Rasanya berasa balik SMA lagi karena parkir di parkiran itu :’). Hiks.

Di halaman Smansa pun sudah penuh teman-teman yang saling melepas kangen dan rindu. Saling berbagi cerita, bercanda, mengulang kekonyolan semasa SMA, saling berpelukan (cewek sama cewek lho ya, kalo cewek sama cowok bukan mahram -_-). Udah berasa reuni beneran ini, padahal baru aja setahun gak ketemu, tapi berasa lamaaaaaa banget. Itulah, We may have so many new friends, but old friends are unreplaceable. Karena acara menggelar tikar, dan panggung sederhana di bawah beringin keramat Smansa yang terkenal seantero Solo itu (lebay banget! :p) sudah selesai ditata, kami pun duduk di tikar sembari menunggu kedatangan teman-teman yang lainnya. Yap, suasana nostalgia mengulang masa SMA pun terasa, duduk lesehan beralaskan tikar sederhana beratapkan langit senja yang hampir beranjak petang. Walaupun kami tidak duduk di atas kursi empuk hotel, restoran mewah ataupun kapal pesiar, tapi kami sudah cukup bahagia mengadakan acara di halaman sekolah kami yang selalu kami rindukan suasananya. Kami (para cewek) saling berdesas-desus (kebiasaan jaman SMA) mengomentari penampilan masing-masing teman kami. Ada yang dulunya biasa aja sekarang tambah gemuk makmur bahagia sejahtera, ada yang dulunya gemuk kemudian jadi lebih kurusan walaupun dikit, ada yang udah gemuk dari dulu sekarang tambah bengkak, dan ada pula yang dulunya udah kurus gara-gara kuliahnya berat kali ya jadi semakin kurus (no offense pokoknya dah :p). Tapi ada juga yang badannya masih tetap sama semenjak lulus sampai sekarang. Kami saling berhaha-hihi menertawakan penampilan masing-masing, benar-benar mengulang kekonyolan masa SMA :).

Pertama-tama acara dibuka oleh MC dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia, Burhan. Kemudian setelah itu datanglah dua MC kocak itu, Faisal dan Ivan, bersamaan dengan itu datang bergelas-gelas teh hangat dan makanan pembuka a.k.a dessert (sok American style nih saya -_-). Karena sudah waktunya berbuka kami pun minum teh dan makan ditemani dengan dagelan srimulat ala stand up comedy dua MC yang lawakannya bikin keselek orang makan hahaha.

Setelah makan dessert sebagai ritual pembatalan puasa, kami pun menuju ke dalam Smansa untuk melakukan sholat Maghrib di masjid yang selalu saya rindukan :’). Memasuki bagian dalam Smansa memang tidak banyak berubah, hanya warna cat-nya saja yang terlihat semakin mengkilap, karena baru saja dicat ulang. Seperti biasa, suasana sekolah berwarna hijau muda itu selalu bersih dan tamannya tampak asri terawat :’). Bener-bener kangen Smansa!!! :”””)). Masjid pun juga tak banyak berubah, masih dengan karpet hijau tua dengan tempelan lakban hitam supaya shofnya lurus. Masih dengan tempat wudhu berubin hijau, masih dengan lemari mukena yang tempatnya belum dipindah lagi semenjak saya lulus. Masih dengan perpustakaan masjid yang tempatnya masih di situ hehehe. Rindu saat-saat sholat Dhuha, Dhuhur, dan Ashar di sana :’). Rindu saat-saat menjelang ujian selalu nongkrong di mushola, belajar sama temen-temen :’). Yap, masjid akhwat di lantai dua sedangkan masjid ikhwan di lantai bawah. Suasana Smansa senja itu yang biasanya tampak seram karena bangunannya yang memang bekas rumah sakit Belanda, tapi pada saat itu serasa memutar selaksa memori saat berjalan dan memandang koridor kelas, malah terasa syahdu hehehe.

Setelah kami selesai menunaikan sholat Maghrib kami pun kembali ke pelataran Smansa untuk menikmati hidangan berbuka puasa lagi. Dan, makanan kedua adalah…. *drums roll* SOP! Haha, saat beberapa petugas catering berseragam merah membagikan sop, saya pun berkata dalam hati, ini berasa di tempat mantenan ya, hehehe. Sembari makan kami pun dihibur dengan alunan musik akustik. Pertama, mereka menyanyikan lagu bahasa Jawa, saya gak tahu judulnya dan kemudian lagu kedua mereka menyanyikan Lucky, lagunya Jason Mraz ft. Colbie Caillat. Setelah akustik selesai, sambil menunggu adzan Isya’, dua MC kocak kembali lagi ke atas panggung dengan menampilkan stand up comedy yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal sampai sakit perut. Satu komentar untuk lelucon mereka, KERAS! Leluconnya keras sekali, dari yang nyindir-nyindir panitia lain, nyindir-nyindir peserta, saling membuat lelucon untuk para peserta lainnya, dan jenis-jenis banyolan yang membuat teman yang duduk di samping saya tertawa terpingkal-pingkal sampai adzan Isya’ berkumandang, hahaha. Kemudian acara dipending sejenak untuk menunaikan sholat Isya’.

Oh iya satu dagelan yang saya ingat adalah saat MC mengangkat tinggi-tinggi sebungkus tahu tuna yang katanya asli Pacitan itu sembari berseru (bahasa yang semula bahasa Jawa sudah dialihbahasakan)

“Siapa yang mau tahu tuna Pacitan, ayo ngacung!” tak lama kemudian ada seorang cewek dari kejauhan mengangkat tangan, kemudian disuruh maju oleh peserta, cewek itu bernama Vita.

“Ini tahu tuna dari Izat, lho” sang MC berkata.

Tiba-tiba si Vita nyeletuk kepada MC-nya: “Lha Izat nya mana?”

Kemudian MC pun mulai melancarkan dagelannya: “Lha kamu sebenernya mau tahu tunanya apa mau Izat-nya?” Eaaaaaa seluruh penonton langsung menyoraki sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Kemudian MC pun memangil Izat: “Zat, kamu ke sini dong!” Izat pun maju. Pada saat itu juga dua MC kocak itu berlari meninggalkan dua orang itu di depan dan membiarkan mereka berdua kebingungan sambil tersenyum malu di depan ratusan kepala yang tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah duo-MC dan dua korbannya itu. Suasana Smansa malam itu riuh memecah jalanan Monginsidi yang sudah mulai lengang.

Setelah selesai melakukan sholat Isya’, saatnya kami makan besar sembari dihibur dengan musik-musik akustik, mereka menyanyikan lagunya Gigi yang religi (saya lupa judulnya), kemudian lagunya Mr. Big – To be With You, Chrisye – Kangen, dan kemudian Payphone-nya Maroon 5. Mereka yang nyanyi tentu saja suaranya bagus-bagus membuat suasana acara buber beratapkan langit malam berhiaskan bintang gemintang semakin syahdu hehehe.

Kemudian dilanjut dengan acara stand up comedy lagi dan pembacaan quote-quote anak Kasmaji 2012 yang sudah mengirimkan quotenya ke akun twitter @kasmaji12. Sang MC pun memilih empat quote terbaik yang kemudian disuruh maju ke depan untuk bermain game. Gamenya ala-ala Eat Bulaga dan itu absurd banget. Hahaha. Permainan ini terdiri dari dua orang saling berhadapan, salah satu bertugas menebak kata-kata dan menanyakan cluenya dan yang lain hanya boleh menjawab: “iya”, “tidak”, “bisa jadi”. Karena gak punya topi kayak Eat Bulaga maka mereka hanya pakai selembar kertas dengan ditulisi kata-kata kemudian MC memegangi kertas itu di atas kepala anak yang disuruh menebak kata itu. Permainan itu sukses membuat tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah para pemainnya yang sama absurd-nya dengan MC nya hahaha. (Aduh maaf ya mas MC, hehehe). Permainan Eat Bulaga itu bersamaan dengan es buah yang dikeluarkan pada penghujung acara (benar, positif! Mirip acara mantenan :D).

Acara selanjutnya dilanjut dengan kesan pesan salah satu perwakilan Kasmaji yang dipanggil oleh MC, kemudian acara ditutup dengan penampilan ‘band’ paling bikin ngakak, karena sumpah gemblung, gendeng, dan wuedyaaan banget! Hahaha. Kenapa gemblung? Karena mereka menampilkan ‘band’ dengan ‘alat musik’ ala kadarnya. Iya, ala kadarnya. Karena alat musik mereka terbuat dari kardus! Gitar dan drum yang terbuat dari kardus dan masih mending kalo bentuknya masih kaku, lha ini, udah letoy gitu kardusnya. Sampai temen-temen semuanya pada ngakak-ngakak saking lucu banget. Nah, kalau alat musiknya dari kardus, pasti gak bisa bunyi, kan? Iya maka dari itu, mereka pakai musik dari laptop yang dicolokkan ke speker. Hahaha. Iya, benar sekali, LIPSYNC ala dagelan hahaha. Nah, musik pun dinyalakan dari laptop pastinya, sang gitaris gadungan pun beraksi sok-sokan main gitar ala gitaris professional, tentu saja dengan gitar kardusnya hahaha XD. Kemudian drummer gadungan juga sok-sokan beraksi layaknya drummer sungguhan, dan lucunya bisa pas gitu sama musiknya hahaha. Pada saat musik yang genrenya rock cadas itu mengalun dan para musisi lipsync beraksi menggila di depan ratusan kepala yang terperangah antara takjub dan geli, tiba-tiba musiknya tersendat-sendat dan berhenti, karena colokannya tidak tercolok dengan pas. Sontak semua penonton tertawa terpingkal-pingkal, saya pun sampai sakit perut gara-gara terlalu lama ketawa. Eh, tapi walaupun musiknya lipsync tapi mereka nyanyinya enggak lipsync lho, hahaha. Kemudian lagu pun diulang lagi, sampai selesai dan seluruh penonton riuh menyoraki dan bertepuk tangan untuk ‘band’ dagelan ini. Hahaha.

Kemudian setelah lagu pertama selesai, mereka melanjutkan dengan bernyanyi lagu absurd sedunia. Bagaimana gak absurd? Masalahnya, mereka berganti genre dari cadas ke dangdut koplo ala OM SERA. Mana pembukaannya ala-ala pertunjukkan dangdut koplo di alun-alun kabupaten gitu. Hahaha XD.

“Semuanya yang di sini yang di sana mari bergoyang yoookk…” kurang lebih seperti itu, saya juga gak begitu denger sih hehehe ._.v

Mereka menyanyikan lagu dangdut koplo, kalau gak salah denger judulnya Terminal Rejosari. Saat musik dangdut koplo mengalun, semula mereka (pemain ‘band’) yang berperilaku cadas langsung berubah joget-joget dangdutan koplo. Benar-benar menggila kayak nonton konser dangdut koplo. Mana beberapa cowok ada yang ikut maju ke depan bertingkah ala-ala tukang sawer masukin duit ke bajunya pemain ‘band’ atau ngelempar-lempar uangnya ke para pemain ‘band’ wahahahaha. Semua penonton tertawa terpingkal-pingkal saking lucunya tingkah mereka yang wuedyan banget hahaha. Haduh buber kali ini gak kenyang sama makanannya tapi malah kenyang sama dagelannya. Acara pun ditutup pada pukul 21.00 karena sudah diultimatum disuruh pulang sama Pak Yamto penjaga sekolah hahaha XD.

Oke, mungkin cukup segini dulu postingan saya kali ini karena udah panjang banget kayak cerpen. Oh iya, hari ini jam 14.00 saya mau ikut workshop nulis bareng @shitlicious di Amarelo Hotel, deket Matahari Singosaren, Jl. Gatot Subroto. Insya Allah besok akan saya posting pengalaman saya ikut workshop nulis yang notabene saya baru pertama kali ikutan workshop nulis hehehe. Okay, see ya to the next post… :)



P.S: Foto menyusul ya guys, soalnya gak punya dokumen fotonya hiks :’(

P.S.S: Bagi yang belum tahu, dagelan itu artinya guyonan, lelucon.

Sabtu, 06 Juli 2013

Blog and Diary

18:00 0 Comments


Ardi’s Zone (ardiloarmadillo.blogspot.com)

Posted on January 28th, 2007

Aku ingat saat pertama kali aku kenal kamu. Kamu hanyalah gadis biasa yang tidak cantik dan tidak mempesona. Kita memang satu sekolah, tetapi kita tidak begitu saling kenal dekat. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasakan ada hal yang aneh pada diriku. Tapi aku takut mengakuinya. Setiap aku berpapasan denganmu, ada semacam rasa aneh yang kurasakan. Walaupun kutahu kamu tak akan peduli itu.

Aku ingat hari itu, kamu dengan santainya melenggang di hadapanku, dan aku tahu kamu juga tak begitu pedulikan aku. Aku katakan sekali lagi, kita tak cukup dekat, bahkan sangat sangat jauh. Kamu juga tak akan peduli dan tak akan pernah mau tahu kalau rasa hati ini saat kamu berjalan di dekatku bagaikan sesuatu yang tak bisa terejawantahkan dengan sekumpulan kata-kata biasa. Sulit untuk jujur pada hati ini. Bahkan setiap malam dirimu selalu membayangiku. Walaupun kucoba tuk berbohong pada diriku sendiri kalau aku tak memiliki rasa itu. Sakit memang, kalau dipendam seperti itu. Dan semakin aku mengelak, rasa itu semakin membandel tumbuh subur bak jamur di musim hujan. 

Aku ingat hari itu, aku merasa ada yang tak beres dengan hati ini. Maka kucoba untuk menata hatiku kembali. Fokus pada tujuan akhirku di sini. Aku tak mau sesuatu seperti rasa ini melunturkan ambisiku. Dan aku sedikit demi sedikit belajar tuk membencimu. Karena dirimu telah mengganggu hidupku dengan cara yang lain. 

Walau sekuat tenaga aku selalu mendoktrin hatiku untuk selalu berkata ‘aku benci dirimu’ tapi sebagian hati yang lain seperti menjerit tak rela. Dan akhirnya aku bertekuk lutut dengan semua ini. Oh Tuhan, kenapa ini terjadi pada diriku?

Aku selalu berpikir, apakah kau tercipta untukku? Tapi pertanyaan gila itu selalu kutepis, dan mencoba untuk tak akan pernah memikirkan hal itu lagi. Tapi kenapa kamu selalu ada di setiap mimpiku? Muncul di saat aku sendirian dan sepi? Bahkan aku ingat juga saat aku menjadi salah tingkah saat bertemu denganmu. Tapi lagi lagi, kau juga tak akan peduli denganku.

Dan sering otakku melontarkan pertanyaan pertanyaan gila yang lain, aku selalu berpikir apakah kau juga pernah memikirkan diriku? Dan aku tau angan-anganku terlalu tinggi. 


***

28 January 2007 at 8.50 pm

Dear Kamu

Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu terbayang-bayang wajahmu. Untuk yang kesekian kalinya, aku melihat kau berjalan di koridor itu. Kau tahu, rasanya seperti sebuah hembusan angin. Membelai. Membuai. Melenakan siapa saja yang merasakannya. Dan itulah yang terjadi padaku.

Kamu itu misterius! Jujur saja aku menyukai style mu yang misterius itu. Kemisteriusanmu sungguh membuatku semakin penasaran akan dirimu. Sosokmu itu…. Bagaikan bayangan yang selalu hadir di setiap mimpiku. Kau tak pernah tahu kalau aku menyimpan rasa ini. Rasa yang begitu bodoh dan hina. Setiap aku melihatnya jantungku terasa ingin kubuang. Aku berharap tak memiliki jantung yang setiap bertemu denganmu selalu mengehentak rongga dada. 

Kuharap kau tak akan pernah tahu. Dibalik keacuhanku dan ketidakpedulianku akan kehadiran dirimu, dibalik itu pula aku menyimpan getar-getar yang memaksa setiap ujung lidahku untuk merangkai kata-kata indah, memaksa sudut bibirku untuk membuka, memaksa otak ini menyusun sebaris kata, yang mungkin bisa menggambarkan perasaanku kepadamu.

Kau tahu? Aku senang melihat senyummu. Senyummu itu benar-benar menyejukkan siapa saja yang melihatnya. Kau tahu? Setiap aku berjalan melewati dirimu rasanya aku ingin kabur saja. Aku malu. Aku grogi. Rasanya aku ingin berteriak memanggilmu dan mengatakan sesuatu yang menyesakkan rongga dada ini.
Memang kita tak saling kenal dekat. Memang kau dan aku jauh. Tapi apa aku salah kalau aku punya perasaan itu. Kuakui memang aku tak pernah mengenal sangat dekat sosok dirimu. Tapi apa aku salah kalau aku memiliki rasa itu pada seorang ‘asing’ yang belum aku kenal secara detail setiap inchi nya. Apa aku salah mengenalmu secara ‘buta’ saja. Secara universal saja. Kadang aku juga tak pernah habis pikir kenapa aku begitu menyukaimu. Kau memang bukanlah pangeran tampan seperti yang ada di cerita negeri dongeng. Tapi, pesonamu bukanlah ketampananmu. Itulah yang menggetarkan pintu hati ini, sosokmu menyeruak masuk menempati bagian hati ini yang memang masih kosong.

Kau dan aku jauh. Jauh fisik, dan perlu aku ingat kita tak pernah saling dekat satu sama lain. Tapi aku harap, hatiku dan hatimu menyatu... Aku tak pernah ingin berharap kalau kamu adalah bagian diriku tapi sebagian dari diriku ingin berkata: “semoga kamulah separuh dari diriku”. 

Kuakui memang aku bukanlah gadis idaman. Kuakui aku bukanlah siapa-siapa. Tapi bolehkah aku bermimpi untuk menjadi bagian dirimu? Dan pertanyaan bodoh ini memang selalu menggangguku di setiap waktu. 

Dan aku akan tetap menyimpan rasa ini di dalam hati. Biar saja, kita berjalan di sini sendiri-sendiri. Biar saja, jika Tuhan memang mengijinkan kelak aku dan kau bersama, suatu saat pasti akan terjadi. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, maka tolong Tuhan hapus semua bayang-bayang dia dari dalam otakku, hilangkan perasaan ini, jauhkanlah aku dari dia, biarkanlah diriku hidup tenang, dan pertemukanlah aku dengan seseorang yang tepat. Hapuskanlah dia dari ingatanku kalau memang dia bukanlah untukku…


P.S: Jangan su’udzon ini hanyalah cerpen karangan fiktif belaka. Ini cerpen ditulis waktu saya masih kelas 11 SMA (dua tahun lalu) dan baru dilanjutin tanggal 16 November 2012. Lantas, baru dipostkan di blog hari ini karena saya kurang pede hehe. Tenang, bukan kisah nyata penulis. Sekian. :) Inspired by: Crush – David Archuletta.

Jumat, 05 Juli 2013

Sebuah Cerpen

18:00 2 Comments


Mengapa rasa ini terasa begitu kuat? Tak kuasa aku untuk menahannya. Bukankah aku telah bersumpah untuk tak akan terpaut dengan hati yang baru? Bukankah aku telah membentengi diriku sendiri untuk tidak berangan-angan terlalu tinggi? Aku berjanji untuk tidak pernah jatuh cinta (lagi). Sudah cukup diriku meletakkan hatiku di tempat yang salah. Sudah cukup membalut diri dengan seribu dosa karena mengangankan dirinya yang bukan takdirku. Sudah cukup aku melayang kemudian terhempas seketika, saat kutahu kenyataannya tak seindah anganku. Aku tahu rasa kagum (atau mungkin cinta) ini adalah anugerah dari-Nya. Aku tahu rasa ini adalah rasa terindah yang diberikan-Nya untuk seluruh umat manusia. Tapi kenapa harus dia kemudian dia (yang lain)? Tapi kenapa ku harus mengagumi sosoknya yang bahkan mengenalku saja tidak. Rasa ini bagaikan candu. Rasa ini semakin lama semakin adiktif. 

Tahukah kau mengapa aku takut untuk jatuh cinta (lagi)? Karena aku rapuh. Kaulihat aku kuat. Tapi itu hanyalah topeng belaka. Tahukah kau mengapa aku takut untuk jatuh cinta (lagi)? Karena aku takut. Takut dia yang kuimpikan tak akan pernah menjadi milikku. Takut terlalu mengangankan dirinya terlalu jauh. Takut menghadapi kenyataan. Takut hatiku yang serapuh kaca ini hancur (lagi) berkeping-keping, seperti pertama kalinya aku mengenal cinta (yang semu). 

Dan aku memilih untuk menyimpan rasa ini sendiri. Mengagumi (atau mungkin Mencintai) dalam diam. Menyimpannya untuk diriku sendiri. Sakit memang. Sakit rasanya. Dia yang kukagumi mungkin tak bisa merasakannya. Dia yang selalu mengisi relung-relung hati ku yang kosong. Bayangannya yang selalu berputar-putar dalam pikiranku. Sakit rasanya, saat kutahu bahwa dia tidak mengetahui apa yang kurasa. Saat kutahu dia tidak merasakan apa yang kurasa. Sering kubertanya, adakah diriku di hatinya? Adakah diriku di pikirannya? Apakah dia memiliki rasa yang sama? Atau itu hanyalah sebuah impian semu belaka? 

Sindrom Obsessive-Compulsive yang saban hari menyerangku, hanya ingin tahu dia dimana? Dia sedang apa? Hanya ingin tahu, apa yang disukainya? Apa yang dibencinya? Kalau boleh jujur, semua itu kulakukan diluar area kesadaranku. Terjadi begitu saja. Oh, atau mungkin aku memang sudah gila. Dan inilah lelucon yang paling aku takutkan seumur hidupku. Gila karena dia. Gila karena cinta. 

Satu yang aku takutkan adalah kehilangan dirimu. Sering ku berkata bahwa memang mungkin aku benar-benar sedang gila jika benar aku takut kehilanganmu. Aku takut kalau kau bersama yang lain. Tapi, terkadang logika selalu menang, bisakah aku kehilangan apa yang tak pernah aku miliki?

Anonymous, on the edge of broken heart

Winter, New Year’s eve 2013


Postscript: Semoga mewakili perasaan para manusia-manusia galau di dunia. Iseng bikin cerpen bentuk narasi (tanpa dialog) yang lebih mirip curhatan colongan yang berasal dari hati hahahaha. Inspired by: Can’t Lose What You Never Had – Westlife :D


P.S.S: Cerpen ini dibuat delapan bulan yang lalu. Got it! Jangan su’udzon ini cuma cerpen. Cerpen ditulis pake tangan bukan pake hati :p. Maaf ya kalo menyayat hati *eh pede amat XD