Jumat, 02 Agustus 2013

Workshop Nulis Bareng Bang Alit a.k.a @shitlicious

07:17 0 Comments


Pada tanggal 30 Juli 2013, tepatnya hari Selasa, sehari setelah Temu Kangen dan Buber Kasmaji 2012, saya dan teman saya, Ain, mengikuti workshop menulis bareng Bang Alit, penulis novel SKRIPSHIT. Sebenarnya pembicaranya tidak hanya bang Alit saja, tetapi ada dua pembicara lainnya yang turut serta dalam workshop ini, mereka adalah Mas Doy, seorang penulis novel, dan Mbak Windy, seorang editor dari Gagas Media dan Bukune. Workshop yang bertajuk #CreativeCharity ini memang bertujuan mengajak belajar sambil berbagi, bekerja sama dengan @akbersolo (Akademi Berbagi Solo). Workshop ini diadakan di berbagai kota termasuk Solo, dan Solo merupakan kota terakhir sebagai penutup rangkaian acara #CreativeCharity.

Workshop yang saya ikuti ini GRATIS! FREE! Jadi, sebelumnya kami yang berminat ingin ikut workshop tersebut disuruh mengisi form online yang disediakan oleh @akbersolo. Karena peminatnya sangat banyak sedangkan kuotanya terbatas hanya sekitar 20-40 orang maka penyelenggara melakukan sebuah ‘penyeleksian’ katanya sih gitu, hehehe. Nah, kalau sudah denger kata seleksi itu saya tiba-tiba jadi minder dan kurang percaya diri, dan pas itu juga saya ngisi formnya gak serius hehe. Saya sempet mikir gini, yaudahlah gak kepilih juga gakpapa. Saya mah pasrah aja.

Setelah ‘tragedi’ pengisian form itu saya tiba-tiba lupa begitu saja, karena saya juga lagi sibuk sama target Ramadhan dan event-event nulis yang lain (ceilah sok sibuk banget -_-), hehehe. Nah, saya juga gak pernah ngestalk-in twitternya @akbersolo. Dan, TADA! Suatu malam, tiba-tiba saya dapat SMS dari @akbersolo kalau saya terpilih menjadi peserta workshop nulis bareng Bang Alit! Betapa bahagia tak terkiranya hati saya. Jelas, saya bahagia sekali waktu itu, karena ini adalah pengalaman saya mengikuti workshop menulis. Sebelumnya saya belum pernah sama sekali. Hei ingat, workshop sama seminar beda lho ya! Hehehe. Dalam SMS itu menyebutkan bahwa kami disuruh membawa sumbangan bisa berupa uang atau perlengkapan sekolah yang baru. Jadi kita bayar seikhlasnya saja, karena memang tujuan workshop ini untuk kegiatan amal. Oh iya, workshop ini bertempat di Amarelo Hotel, di seberang Matahari Singosaren. Bagi yang warga Solo pasti tahu Matahari Singosaren, kan? Nah, Amarelo Hotel itu dibangun di bekas tempat toko baju yang sudah bangkrut, Ginza.

Sewaktu akan berangkat workshop, saya merasa sangat malas. Karena semalam saya baru saja ikut Buber Kasmaji, mana sampai jam 21.00, badan saya waktu itu agak masuk angin gara-gara pulang terlalu malam hehe. Nah, karena saya tidak mau rugi juga, saya pun memutuskan untuk tetap berangkat. Saya berangkat dari rumah pukul 13.00, karena di undangannya tertulis pukul 14.00. Hari itu memang panas sekali, terasa menggigit permukaan kulit. Tapi demi mendapatkan ilmu baru, apa sih yang enggak? hehehe. Saya pun mengendarai motor melewati Smansa lagi, kemudian ke Proliman (deket Stasiun Balapan) karena Ain sudah menunggu saya di sana. Kami pun berangkat bersama berboncengan ke Amarelo Hotel.

Sampai di Amarelo sudah pukul 13.55, tapi lagi-lagi saya mendapati pengalaman saya sewaktu Buber Kasmaji 2012, sehari sebelumnya. Lagi-lagi, katanya jam 14.00 dimulai, dan kami harus datang tepat waktu, ternyata masih saja yang datang baru beberapa kepala saja, termasuk kami. Kami pun menunggu dengan sabar. Akhirnya setelah satu jam menunggu, sekitar pukul 15.00, Bang Alit dan kawan-kawan pun tiba. Setelah sebelumnya mereka sempat nyasar karena belum tahu posisi Amarelo Hotel itu di sebelah mana. Saya tahu karena saya mencuri dengar percakapan via ponsel antara panitia dengan Bang Alit cs. Hehehe.

Kemudian acara pun dimulai setelah Bang Alit cs. datang. Tetapi kemudian terjadi kasak-kusuk, filenya Mas Doy (yang sebenarnya menjadi pembicara pertama) raib dimakan anti-virus. Alhasil, akibat kebingungan berkepanjangan itu, acara tambah molor lagi. Setengah jam pun berlalu, Mas Doy pun mengalah, maka ia pun menyampaikan materi tanpa slide. Walaupun tanpa slide tapi itu benar-benar suatu ilmu yang bermanfaat. Mas Doy menjelaskan tentang tulisan Fiksi. Ia menceritakan tentang tips-tips menulis fiksi, macam-macam genre tulisan, cara menyampaikan cerita menggunakan gaya bahasa yang seperti apa, dan lain sebagainya. Kalau saya tuliskan akan panjang sekali, hehe.

Setengah jam kemudian, berganti giliran Bang Alit yang menyampaikan materi. Bang Alit menyampaikan tentang tips-tips menulis, bagaimana supaya pembaca itu tertarik dengan tulisan kita sejak kalimat pertama? Bang Alit menyampaikan materinya dengan gayanya yang kocak dan lelucon cerdas yang membuat kami tertawa terpingkal geli.

Kemudian termin terakhir adalah giliran Mbak Windy. Mbak Windy yang notabene seorang editor tentu saja menjelaskan tentang seluk beluk dunia penerbitan, khususnya penerbitan naskah fiksi layaknya novel. Mbak Windy menjelaskan tentang tips bagaimana supaya naskah kita diterima penerbit, langkah-langkah memasukkan naskah ke penerbit. Dan saya sangat excited dengan materi ini, karena menjawab segala pertanyaan saya yang berhubungan dengan publikasi naskah, hehe. Maklumlah, pengen banget bisa menerbitkan hasil pikiran saya, ingin berbagi pikiran dan kebahagian dengan dunia hehe (ceilah bahasamu, Mus…).

Oh iya, di sini saya juga ingin berbagi ilmu tentang workshop kemarin untuk para pembaca yang budiman, khususnya yang merupakan para penulis pemula yang baru saja belajar (seperti saya ini, hehehe). Saya hanya menuliskan beberapa materi saja, karena kalau ditulis semua bisa panjang dan saya juga capek ngetiknya.

Ini materi dari Bang Alit:

Nulis Asik yaitu membuat tulisan yang membuat pembaca itu gak bosen membaca tulisan kita dari awal sampai akhir tanpa skip. Selain membuat pembaca tidak bosan tentunya juga supaya kita, sebagai penulisnya, merasa enjoy saat menulis cerita tersebut. Maka untuk menciptakan itu, ada tips-tips pra-menulis dari Bang Alit:

  1. Sebelum menulis kita harus mengenali diri sendiri.
Kita harus bisa mengenali gaya menulis kita, gaya bahasa apa yang sering kita gunakan dan membuat kita nyaman dalam menulis. Sebagai seorang penulis, kita tidak boleh mengikuti gaya penulisan penulis favorit kita. Ciptakan gaya menulis kita sendiri. Menulis yang baik adalah, menulis yang membuat nyaman dan kita tidak bosan melakukannya.

  1. Sebelum kita melakukan sesuatu pikirkan manfaatnya untuk orang lain.
Kalau menurut Bang Alit: “Jangan mikirin royalti!”. Karena apa? Karena kalau kita menulis dan terlalu fokus pada royalti, ketika kita mendapatkan royalti yang tidak sesuai dengan harapan kita (misalnya nilainya lebih kecil, serasa kurang seimbang dengan hasil kerja keras kita), maka hal tersebut akan menyebabkan kita jadi kapok untuk berkarya atau kurang bersemangat dalam berkarya. Jadi, royalti itu belakangan, lakukan yang terbaik itu yang paling penting :).

  1. Inspirasi
Nah, sebelum menulis cerita pastinya kita membutuhkan inspirasi. Inspirasi itu sebenarnya ada di mana saja, tapi kita belum menyadarinya. Inspirasi itu bisa datang dari diri sendiri ataupun orang lain. Kalau misalnya kita mendapatkan inspirasi yang tiba-tiba, segeralah catat ide itu, apapun itu langsung catat! Jangan malas melakukannya! Peristiwa di sekitar kita bisa kita jadikan inspirasi asal kita lebih jeli melihatnya daripada orang lain.

  1. Emosional
Sebelum menulis kita juga melibatkan sisi emosional dalam diri kita. Misal, kemarahan, ketakutan, kesukaan, kebencian, keresahan. Tujuannya supaya tulisan yang kita hasilkan juga dapat dirasakan juga oleh pembaca, jadi feel-nya dapet, hehehe.

  1. Swap.
Swap, menukarkan seorang tokoh di kondisi yang salah dan waktu yang salah. Biasanya ini ada di tulisan komedi. Misal:

Kondisi yang salah:

Syahrini terlihat anggun dengan pakaiaannya yang glamour dan blink-blink, tak lupa jambul khatulistiwa menghiasi rambutnya, serta bulu mata anti badainya yang mengganggu pandangan mata, melambai seiring dengan gerakan tubuhnya yang tergopoh-gopoh mengangkat sejumlah beban yang terlihat sangat berat. Peluhnya menderas menyebabkan maskaranya luntur dan make up-nya berantakan, rupanya Syahrini sedang kerja part-time di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai kuli angkut, karena sampai saat ini tidak ada satu stasiun televisi pun memberinya orderan menyanyi. (Maaf ya absurd banget ini, ga biasa nulis komedi, hahaha).

Waktu yang salah:

Syahrini bernyanyi dengan suara yang mendayu-dayu manja, membuat seluruh makhluk hidup yang mendengarnya terdiam. Tak ada seorang manusia purba pun di sana, apalagi manusia modern, yang ada hanyalah sejumlah spesies dinosaurus yang memandangnya takjub (atau mungkin geram). Saat Syahrini mencoba bernyanyi dengan nada falsetto, seekor T-Rex berlari menghampirinya kemudian menerkamnya. Mungkin T-Rex itu nge-fans sekali dengan Syahrini. (Hahaha, bukan penulis komedi jadi garing banget -_-).

Kemudian setelah melakukan persiapan Pra-Menulis, mari kita Start writing!

  1. Hook: memancing
Sebelum memulai menulis cerita, kita harus memikirkan bagaimana cara menarik pembaca supaya dari kalimat awal mereka tertarik untuk menyelami lebih dalam tulisan kita. Maka, awali paragraf pertama tulisan kita dengan kalimat yang memancing rasa penasaran pembaca. Bisa memulai dengan action yang membuat penasaran. Contoh (saya pakai contoh tulisan saya “The Last Two Years”, maaf kalau ga penasaran hehe):

“AWAS!” teriakan seorang wanita membelah keheningan malam. Lelaki pirang itu tak menggubrisnya terus saja ia berjalan cepat tanpa memedulikan teriakan itu. Ia berusaha berlari meraih kotak merah itu. Sedetik kemudian…

Kalau mau membaca lanjutannya klik di sini.

  1. Delivery: menyampaikan
Membuat pembaca supaya bisa masuk ke dalam imajinasi penulis. Jadi seperti menyamakan persepdi pembaca dengan persepsi penulis. Cara menyampaikan cerita ada dua cara:
-  Telling: menyampaikan seperti bercerita langsung kepada sesorang yang memang sudah kenal dengan kita. Contoh:

Ayahku seorang kuli bangunan. Kemarin ia pulang terlihat sangat letih sekali. Bajunya kotor dan sepatunya penuh dengan percikan semen yang sudah mengering.

-  Showing: menunjukkan kondisi dengan sesuatu secara DETAIL. Biasanya digunakan untuk pembaca yang memang belum kenal dengan penulis. Contoh:

Malam itu, ayahku pulang dengan raut wajah letih. Gurat-gurat penuaan pada wajahnya terlihat semakin menonjol di antara tulang pipinya yang terlihat kurus. Wajahnya yang hitam legam karena saban hari selalu bermandikan teriknya raja siang berusaha menyembunyikan keletihannya. Ia tersenyum memandangku, sisa-sisa ketampanan masa mudanya masih terlihat jelas meski umurnya yang sudah kepala lima itu melunturkan lapisan kolagen pada kulit pipinya. Ia duduk bersandar di sofa tua yang sudah sobek di sana sini. Sepatu bootsnya tampak kotor terkena percikan semen yang sudah mengering, bajunya terlihat kusam terkena debu-debu serpihan kayu dan butiran pasir yang menempel tipis pada serat kainnya. Aku duduk di sampingnya seraya meletakkan segelas teh hangat kental di atas meja. Ia meraih teh hangatnya dan meneguknya untuk melepaskan dahaga yang sedari tadi menggelayuti kerongkongannya.

Bisa dibedakan, lebih dapet feel-nya yang bagian mana? :)

Kalau dalam penyampaian menggunakan dialog juga ada dua cara:

-      Telling:

“Kau sendirian di sini?” tanya gadis asing itu.
“Uh… eh… menurutmu?” jawab Kian datar.
“Boleh, kan, kalau aku duduk di sini?” Gadis itu tersenyum. Kian hanya terdiam lantas mengedikkan bahunya.
“Terima kasih” sahutnya lagi sambil tersenyum tipis.
“Eh… aku harus memanggilmu siapa?”
“Annabeth…” jawabnya, “kau sendiri?” tanyanya kemudian.
 “Kian. Kian Egan…”

-     Showing: diambil dari “The Last Two Years”

…………………
“Kau sendirian di sini?” suara lembut asing mengagetkan Kian. Daun Maple itu perlahan terlepas dari tangannya, lantas kepalanya menoleh mencari sumber suara itu. Seorang gadis tinggi semampai berdiri di belakangnya seraya tersenyum ramah. Rambut panjang coklat sepunggungnya terurai menjuntai indah.
“Uh… eh… menurutmu?” Kian memasang wajah datar sambil mengamati dari ujung kaki sampai ujung kepala gadis itu. Siapa gadis ini?, pikirnya.
Gadis itu tersenyum lagi, lantas duduk di samping Kian sambil menyelonjorkan kedua kakinya. “Boleh, kan, kalau aku duduk di sini?” ujar gadis itu kemudian. Kian hanya memandang gadis itu datar kemudian menaikkan kedua alisnya dan mengedikkan bahunya. Gadis itu tersenyum, lagi.
“Terima kasih” sahutnya sambil tersenyum tipis.
Gadis itu mengeluarkan buku gambar sketsanya dan peralatan menggambarnya. Ia perlahan mulai menggoreskan tipis ujung runcing pensilnya di atas buku gambarnya yang masih putih bersih itu. Kian sedari tadi memandang penuh tanda tanya kepada gadis itu. Suasana seketika hening sampai tatkala Kian membuka percakapan.
“Eh… aku harus memanggilmu siapa?” ujar Kian, masih dengan wajah datar menyembunyikan kebingungan dan rasa penasaran terhadap gadis itu.
“Annabeth…” jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dan ujung pensilnya dari buku gambar. “Kau sendiri?” lanjutnya tiba-tiba lantas memandang sekilas kepada Kian yang masih mengamatinya. Kemudian pandangan matanya sekejap beralih ke buku gambarnya lagi.
“Kian. Kian Egan…” jawabnya seraya mengalihkan pandangan matanya ke gitarnya kemudian meraihnya kembali, memangkunya. 
………….

Nah, sekian postingan kali ini, mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Sebenarnya masih banyak materi yang gak kalah keren dari ini, terutama punya Mbak Windy, tentang tata cara penerbitan naskah novel. Tapi apadaya, karena tangan saya capek ngetiknya. Bagi yang mau tahu lebih lanjut boleh hubungi saya. Okay, see ya to the next post… :)

P.S: Maaf postingnya telat dua hari dari waktu yang direncanakan. Biasalah kemarin lagi gak mood nulis nih hehe.