Senin, 19 Januari 2015

# Movie

[Movie Review] The Sixth Sense (1999)

source: www.google.com
Akhirnya, setelah sekian lama mengisi konten blog dengan catatan perjalanan yang menurut kalian nggak penting, tapi menurut saya penting, saya pun kembali mengupdate konten blog saya dengan movie review. Tempo hari, saya baru membangkitkan minat nonton film saya setelah beberapa lama lebih suka baca novel. Ya, film pertama yang saya pilih, sebagai appetizer untuk membangkitkan gairah nonton film saya, adalah The Sixth Sense. Sebenarnya, sudah lama sekali saya ingin menonton film ini. Tapi, entah kenapa, akhir-akhir ini saya takut nonton film yang berbau horor sendirian, di depan laptop, dan saat malam hari. Padahal, kemarin-kemarin biasa-biasa saja nonton film horor, sendirian, di laptop, malam hari pula. Maka, saya memutuskan untuk menonton film ini saat siang bolong. Hehehe. Anyway, daripada terus berpanjang lebar, inilah review film saya yang pertama di tahun 2015!
The Sixth Sense adalah sebuah film thriller supranatural arahan sutradara M. Night Shyamalan yang berkisah tentang seorang anak-agak-bermasalah berusia 10 tahun. Ya, ibunya merasa bahwa anaknya memang memiliki perilaku menyimpang dan sangat berbeda dibandingkan anak normal lainnya. Ibunya merasa bahwa anaknya kurang mampu bersosialisasi, dijauhi teman-temannya, karena mereka menganggap bahwa anak itu aneh. Sedikit gila, lebih tepatnya.
Cole Sear, anak berusia 10 tahun itu, kemudian didatangi oleh seorang psikiater, bernama dr. Malcolm Crowe, yang berniat membantu mencari solusi dari permasalahannya. Berulang kali sang psikiater mencoba membangun rapport yang baik untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari Cole. Akhirnya, Cole pun mau memberitahu hal-hal yang mengganggu hidupnya selama ini. Seringkali Cole merasa gelisah setiap malam, bahkan sepanjang hari, karena arwah-arwah penasaran selalu mengusik kehidupannya. Berbagai fenomena supranatural sering dialami Cole, mulai dari penampakan roh yang mencoba berkomunikasi dengannya sampai munculnya luka lebam dan memar pada tubuhnya akibat dari perlakuan roh jahat yang mencoba menyakitinya. Hal itulah yang seringkali membuat Cole bersikap aneh dan sering dianggap gila oleh teman-temannya.
Film yang dibintangi Bruce Willis–sebagai dr. Malcolm Crowe–ini menyajikan ending yang suspense. Mengejutkan. Bahkan di luar praduga saya. Maka, sungguh tidak mengherankan apabila film ini menuai rating 8.2/10 di situs IMDb dan 85% di Rotten Tomatoes.
Sebenarnya film ini menyajikan alur yang lumayan datar-datar saja di sepanjang ceritanya. Kecuali di bagian penampakan hantu, sih. Hehehe. Bahkan saya sempat bosan ketika film sudah 60 menit berjalan. Padahal film ini berdurasi sekitar 107 menit. Saya terlalu berekspektasi akan dimanjakan oleh adegan klimaks heroik, mengagetkan, atau memacu adrenalin ketika cerita akan mencapai ending. Justru, di situlah keunikan film ini. Ketika kita terlalu berekspektasi terhadap plot cerita, lantas alur film tersebut menyajikan sesuatu di luar dugaan, berarti film itu telah berhasil membelokkan perspektif penonton.
Ya, saya adalah salah satu penonton yang berhasil dibelokkan perspektifnya. Padahal di menit-menit awal, film ini sudah menampilkan petunjuk tentang ending apa yang bakal mereka sajikan. Namun, saya terlampau terkecoh dengan alur yang dibangun sangat apik oleh Pakde Shyamalan ini. I think, it was such a great movie!
Sebuah film dengan ide sederhana–seperti halnya film-film horror Hollywood kebanyakan, yang mengangkat tema 'kemampuan melihat hantu' beserta segala penampakkannya–mampu menyajikan alur yang berhasil membawa penonton terhanyut mengikuti jalan cerita. Sebuah poin plus yang patut diapresiasi. Saya sempat mengira bahwa ending film ini akan datar saja, namun ternyata tebakan saya sepenuhnya salah.
Yup, saya tidak mau berpanjang lebar tentang film ini dengan memberikan beberapa spoiler cerita. Saya akan membiarkan kalian, para movie buff, menonton film ini sendiri dan bermain tebak-tebakkan ending dengan daya imajinasi kalian. Halah.
Film yang mendapatkan enam nominasi dalam ajang Academy Award ini memang sangat recommended ditonton. Tidak terlalu mengagetkan dengan penampilan hantu-hantu berwajah hancur seperti Insidious, namun twistnya mampu mengedikkan bulu roma kalian.
Sekian movie review saya kali ini. Di postingan selanjutnya saya akan mengulas sebuah film yang dimainkan oleh aktor dan aktris Indonesia dan Hollywood. Penasaran? Ikuti tulisan movie review saya selanjutnya. Hehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar