Minggu, 15 Maret 2015

[Movie Review] The Maze Runner (2014)

11:11 0 Comments
www.google.com
Senin malam lalu di tengah kepenatan mengerjakan tugas-tugas sambutan semester enam yang mulai membadai, saya menyempatkan diri–lebih tepatnya maksa menyempatkan diri–menonton The Maze Runner. Bagaikan kebelet pup yang sudah di ujung tanduk, saya sudah tidak bisa menahan diri menunggu weekend untuk menontonnya. Hehehe.
Film yang disutradarai Wes Ball ini diadaptasi dari novel young adult tahun 2009 karya James Dashner. Genre science fiction dystopian action thriller yang diusung film ini membuatnya menduduki puncak box office. Atau mungkin juga karena andil versi novelnya yang best-seller sehingga film ini juga menuai kesuksesannya. Juga, salah satu film, yang katanya, paling baik untuk versi film adaptasi novel young adult. Berhubung saya belum pernah membaca novelnya, maka saya percaya saja, sih. Hehehe.
Awal kisah film ini bermula saat seorang remaja lelaki bernama Thomas (Dylan O’Brien) tiba-tiba terbangun dalam sebuah elevator–semacam kerangkeng besi–dalam keadaan linglung dan tidak mengingat apapun. Elevator itu membawanya sampai ke sebuah tanah lapang luas yang dikelilingi oleh tembok-tembok beton tinggi menjulang. Tanah lapang luas itu memiliki banyak sekali penghuni dan semuanya adalah laki-laki. Tanah lapang luas itu disebut oleh penghuninya sebagai Glade. Sedangkan penghuninya sendiri disebut Gladers.
Tembok beton yang mengelilingi Glade sebenarnya adalah sebuah labirin. Setiap menjelang malam, pintu di setiap sisi tembok itu akan menutup. Gladers percaya bahwa setiap malam Grievers–makhluk penghuni labirin–akan keluar dari sarangnya mencari mangsa. Setiap orang yang masuk ke labirin itu pada malam hari dijamin tidak akan kembali hidup-hidup.
Thomas, yang memiliki keingintahuan besar, selalu merasa penasaran dengan apa yang ada di labirin itu. Sampai suatu sore, Minho (seorang runner) tertatih-tatih menyeret Alby (pemimpin Glader) yang sekarat karena tersengat Grievers. Mereka berusaha keluar dari labirin sebelum matahari terbenam dan pintu yang menjadi jalan keluar satu-satunya tertutup rapat. Di sini kejadian dramatis terjadi. Pintu pun perlahan menutup, sedangkan Minho masih beberapa meter jauhnya. Gladers bersorak berusaha menyemangati Minho. Mereka tidak bisa membantu karena Gladers dilarang memasuki labirin kecuali ia adalah seorang runner. Melihat itu, Thomas, dengan segala keberanian dan kegilaannya, nekat menerobos gerbang labirin yang makin lama makin menciut. Ia pun berhasil masuk, pintu tertutup, terjebak bersama dengan Minho dan Alby yang sekarat melewati malam mencekam. Yup, petualangan seru Thomas dimulai dari sini. Melewati malam mencekam, dikejar-kejar Griever yang kelaparan, dan lain-lain.
Film ini sangat keren, menurut saya. Keren banget! Sejak awal, film ini telah menyuguhkan banyak teka-teki. Salah satunya, tentang tembok beton menjulang yang mengelilingi Glade itu. Pertanyaan berkecamuk di benak saya ketika menonton film ini, berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ada sekelompok manusia, satu persatu, dikumpulkan dalam satu tempat luas, namun dikelilingi oleh tembok dan labirin yang rumit sekali. Seolah mereka di sana sedang dikurung, ditantang untuk mencari jalan keluar dengan melewati lika-liku labirin yang setiap jamnya susunan pintunya berubah.
Labirin, sebagai fokus utama dalam film ini, mengingatkan saya pada sebuah eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner, seorang psikolog Harvard. Percobaan itu menggunakan seekor tikus yang ditantang untuk membuka pintu kandangnya supaya dapat memakan secuil keju yang ada di luar kandang. Setelah berulang kali berloncatan, berjalan mengitari kandang, akhirnya si tikus menemukan tuas yang kemudian dapat membebaskannya dari kandang menuju makanannya.
Sebenarnya, percobaan kandang tikus di atas tidak terlalu berhubungan dengan film ini. Atau, jika nantinya kalian sudah menonton filmnya hingga ending, mungkin saja kalian bisa menemukan sedikit hubungan antara dua hal yang berlainan dan sangat jauh itu. Hahaha.
Okay, cukup sekian movie review saya kali ini. Movie review terpendek dalam sejarah blog ini. Halah. Sampai jumpa di movie review saya selanjutnya… ;)