Sabtu, 29 Desember 2012

Kau

19:39 0 Comments
Kau bagaikan angin musim semi. Hangat. Menghangatkan jiwa yang sedang gamang dalam penantian.

Kau bagaikan kupu-kupu yang beterbangan kesana kemari. Keelokan warna-warni sayapmu menggodaku untuk mengambilmu dan menggenggammu erat-erat.

Kau bagaikan hantu. Bayanganmu selalu menghantuiku. Membuatku selalu berhalusinasi tentangmu. Sosokmu selalu mengikutiku kemanapun aku pergi.

Kau bagaikan kunang-kunang. Terbang membawa sedikit cahaya terang dalam pekatnya kegelapan. Memberi secercah illuminasi dalam kalbu.

Kau bagaikan angin. Kedatangannmu menyejukkan. Segala kepenatan dunia sirna tatkala hembusanmu serasa membungkus sukma. 

Kau bagaikan rinai hujan. Melihatmu dan merasakan kehadiranmu membuat jiwaku damai. Dan membuat otakku memutar segala kenangan. Kenangan indah ataupun kenangan yang sama sekali tak pernah aku inginkan hadir dalam hidupku.

Tapi….

Kau bagaikan asap. Wujud nyatamu bisa kusaksikan. Tapi tak pernah bisa kugenggam.

Kau bagaikan bunga mawar. Menginginkanmu sama saja melukai diriku.

Kau bagaikan langit senja. Indah dipandang. Tapi perlahan kau pergi digantikan rembang petang.

Kau bagaikan kabut yang mendekap dinginnya rembang fajar.  Membutakanku sementara. Membuat seluruhnya tampak samar-samar. Seakan semuanya menjadi tak terlihat.

Kau bagaikan aroma harum semerbak parfum Raja dan Pangeran dari negeri dongeng. Bisa kurasakan kehadiranmu. Tapi tak pernah bisa terlihat nyata untukku.

Kau bagaikan seorang kafilah. Menetap sementara di persinggahan. Kemudian setelah kau singgahi kau tinggalkan begitu saja. Jejak-jejak bekas kedatanganmu tak akan pernah bisa terhapus.

Kau bagaikan embun. Saat pagi hari saja kau menyejukkan. Tapi ketika matahari telah sepenggalah naik, kau hilang begitu saja. Tak berbekas.

Kau dan aku bagaikan dua kutub magnet yang senama. Iya, senama! Senama secara harfiah, sangat mudah untuk dianalisis maknanya. Kita tak akan pernah bisa disatukan. Karena takdir yang berbicara demikian.

Sebenarnya, Kau itu tak nyata. Kau hanyalah hasil pemikiran utopis dari seorang melankolis.