Sabtu, 08 September 2012

Letter to Nobody

19:28 0 Comments
Lima itu banyak, bukan? Lima tahun? Tentu saja lama. Lama jika kita menghitung tiap detik dan menitnya. Lama jika kita melakukan sesuatu yang membosankan. Tapi tak cukup lama untuk mengubur bayang-bayang.

Seharusnya tak selama itu…
Jika saja cerita-cerita sialan itu tidak selalu memenuhi hari-hariku. Jika saja imajinasiku tak sebagus LCD proyektor dalam mempresentasikan setiap detail untaian kata dalam cerita itu menjadi sebaris film pendek dengan credit title unknown. Jika saja aku tak terlalu kreatif membubuhkan imajinasi-imajinasi sesat yang semakin merubah pandanganku terhadapmu. Jika saja aku tak dilahirkan untuk bertemu dengan manusia yang sebenarnya tak sempurna, tapi bagiku sempurna. Sangat sempurna! Bukan sempurna secara harfiah. Terlalu sulit untuk direfleksikan dalam barisan kalimat sok puitis ini.
Jika saja semua yang susah payah aku jabarkan panjang lebar di atas tak pernah terjadi padaku….
Mungkin aku terlalu naif untuk mengartikan hembusan angin yang terlalu dini muncul di hadapan seorang manusia yang tak terlalu mengerti apa-apa tentangnya. Mungkin juga aku terlalu sok tahu dan terlalu yakin bahwa sebenarnya hembusan angin itu juga kau rasakan, saat bertemu sosok Si Naif. Dan aku terlalu lelah  memenuhi otakku dengan berbagai macam spekulasi yang jawaban sebenarnya hanya bisa diketahui oleh Sang Pencipta. Dan aku selalu benci setiap menulis baris demi baris kalimat ini, sketsa lamamu muncul memenuhi kamar-kamar di sepanjang labirin otakku.
Dan aku selalu senang saat mataku terpejam, ribuan spidol dengan cepat menegaskan garis-garis yang membentuk sketsa dirimu… Dan ternyata “morfin” ini telah meracuniku terlalu banyak….
Tapi dengan munafik aku mengatakan, tentu saja tidak! Tapi… siapa yang tahu dalamnya hati? Siapa yang tahu suara lirih hati kecil ini yang susah payah kuredam, malah berkata yang sebaliknya… Penyimpangan titik ekuivalen hati ini semakin membuatku merasa berdosa.
Kejujuran itu pahit. Terpaksa aku katakan, tentu saja aku merindukan sosok nyatamu. Setelah sekian lama tak bersua. Hanya melalui cerita, itupun bukan dari mulutmu, tapi mulut orang lain!
Dan aku benci mengharapkannya… Mengharapkan sesuatu yang tak akan pernah terjadi…  
Kau tahu kenapa? Bagaikan dua kutub magnet yang senama, tentu saja tak bisa disatukan. Dan tak akan pernah bisa. Tapi, sesekali ada salah satu yang ingin menyalahi takdir. Memutar waktu, kembali ke masa lalu, merubah segalanya. Kemudian kembali ke masa depan lagi… memulai lembaran baru. I wish I could….
P.S: Kau akan tahu apa itu “seseorang yang melankolis” setelah kau membaca ini 

*Melankolis adalah saya hehehehe.......*

Unaddressed Letter

18:26 2 Comments


Dear Somebody Outside There,

Hei, bagaimana kabarmu? Terlampau lama, terhitung tahunan, aku tak pernah bisa melihat senyum indahmu. Bagaimana kabarmu merantau di kota besar? Kau menikmatinya bukan? Semoga Tuhan melindungi setiap langkahmu selalu. Bagaimana kehidupanmu disana? Menyenangkan? Pemandangan indah dan makhluk-makhluk lembut yang konon terkenal kecantikannya karena nenek moyangnya dari keturunan kerajaan Cina, amat bertebaran disana bukan? Bagaimana imanmu? Apa kau tergoda? Maaf bukan maksudku lancang, hanya sekedar ingin tahu banyak tentang dirimu….
Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu teringat dengan postur tegap mu. Dengan senyuman ramahmu. Dengan pandangan binaran matamu. Yang selalu aku cari di sela-sela kerumunan manusia di suatu tempat awal dan akhir. Kita bertemu di waktu dan tempat yang salah. Seharusnya ini tidak terjadi! Tapi karena ketololanku, aku memaksa takdir untuk mendesain peristiwa ini sedemikian rupa.
Aku tahu kita tak pernah saling bicara satu sama lain. Bahasa antara kita hanya pandangan mata spontanitas yang buru-buru dialihkan ke objek lain. Bahasa isyarat binaran matamu yang memandangku, dan aku tahu itu walaupun kautahu bahwa aku tak pernah sekalipun menatapkan mataku ke binaran matamu. Tapi aku punya sudut mata… Senyum indahmu saat kau memandangku, yang selalu membuat desiran darahku melaju dengan kecepatan satuan knot. Yang selalu memberikan sensasi angin dingin di musim salju. Kau menciptakan kupu-kupu di dalam perutku, seperti kata orang Amerika bilang….
Kau tahu? Lima tahun berlalu tapi siluetmu tak pernah beranjak dari singgasana alam bawah sadarku. Susah payah aku mengusirnya… tapi saat keadaan kosongku dominan, kau kembali menempati relung jiwaku yang kosong!  Tapi kenapa? Kenapa dalam pikiran kosongku hanya ada siluetmu? Kenapa selama bertahun-tahun terakhir siluetmu seakan menjelma menjadi hantu bawah sadarku? Kenapa setelah kau tak pernah terlihat dalam wujud kasarmu, postur siluetmu selalu hadir di kala otakku dalam keadaan Beta dan mataku terpejam…
Hanya ini yang bisa kutuliskan. Memang, aku tak pandai merangkai kata-kata untuk melukiskan emosi ini. Tapi semoga saja kau yang ada disana menyadari ini. Getaran alamiah yang tersalurkan lewat kekuatan telepati kimiawi, yang seharusnya telah sampai detik ini ke rongga jiwamu… Yang bagaikan kode-kode biner melesat melalui gelombang elektromagnetik kasat mata. Yang sewajarnya otakmu menerima respon kimiawi ini dan secara inisiatif membuka pesan yang tujuannya tak bertuan ini…. Dan hei mungkin salah satu dari pembaca ini adalah dirimu... Aku selalu menunggumu di tempat yang sama…

Sincerely, You know who I am :) 

*Tebaklah ini Fiksi atau Nyata? ...... hehehehe *