Selasa, 24 September 2013

RED!

20:20 0 Comments



Loving him is like driving a new Maserati down a dead end street.
Faster than the wind. Passionate as sin, ended so suddenly
“Semua ini terjadi begitu singkat. Tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Laksana kilat, menyilaukan mata sekejap. Meninggalkan bunyi gemuruh memekakkan gendang telinga. Dimulai dalam satu kedipan mata, berakhir dalam satu tarikan nafas”

Loving him is like trying to change your mind.
Once you’re already flying through the free fall.
Like the colors in autumn. So bright just before they lost it all.
“Semua ini begitu rumit. Mencintainya tanpa sebuah alasan, seperti kehilangan separuh kesadaran. Semuanya terasa begitu menyenangkan sampai semuanya sekejap menghilang”
Losing him was blue like I’d never known
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red. Loving him was red.

Touching him is like realizing all you ever wanted was right there in front of you.
“Menyadari kehadirannya adalah suatu keindahan dan kebahagiaan yang tak pernah ada tandingannya”
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favorite song.
“Mengingat semua kenangan tentang dirinya semudah mengetahui semua hal yang ada dan pernah kau lalui dalam hidupmu”
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there’s no right answer.
“Berkonflik dengannya seperti memecahkan masalah yang tiada habisnya. Tak mendapatkan satu jawaban apapun. Tak ada jawaban yang tepat”
Regretting him was like wishing you never found out that love could be that strong.
“Menyesali semua yang terjadi seperti menyesali sebuah hal yang sia-sia”
Losing him was blue like I’d never known
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red. Oh red burning red.

Remembering him comes in flashbacks and echoes
“Mengingatnya kembali laksana memutar drama klasik. Bergaung, berdengung memenuhi setiap rongga otakku”
Tell myself it’s time now, gotta let go.
“Berusaha menyadarkan diri, bahwa inilah saatnya. Inilah saatnya untuk benar-benar merelakannya. Merelakan seseorang yang mungkin saja tak pernah menyadari kehadiranmu lagi”
But moving on from him is impossible. When I still see it all in my head.
“Mencoba melupakan semua memori tentang dirinya terasa sangat tidak mungkin. Kenangannya terlanjur menancap, bercokol dalam relung hati yang paling dalam”
Burning red! Loving him was red!

Oh, losing him was blue like I’d never known.
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
Cause loving him was red. We’re burning red.

And that’s why he’s spinning round in my head.
“Itulah mengapa bayangannya selalu berputar-putar menghantui setiap detik yang kulalui. Dirinya sudah terlalu membekas, meninggalkan guratan kepedihan. Sangat perih”
Comes back to me burning red.
“Mengharapkanmu kembali mengisi relung ini? Semoga ini bukanlah harapan yang bodoh…”

His love was like driving a new Maserati down a dead end street…
***
“Mencintainya laksana menggenggam api”


P.S: Buat para galauers. Special untuk teman saya yang lagi patah hati huehehe. Ini bukan apa-apa, karena blog udah lama gak diurusin alhasil malah bikin postingan gaje kayak gini. Haduh tak tahulah ini saya lagi kesambet apaan pas nulis ini hehe.


Senin, 23 September 2013

HEART ATTACK!

19:19 0 Comments



“Putting my defences up,  ‘cause I don’t wanna fall in love!
If I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”

Sebaris kalimat yang selalu aku dengung-dengungkan. “Jika aku pernah melakukan itu, mungkin aku sedang terkena serangan jantung”. Haha, memang menyedihkan dan terkesan konyol di telinga kalian. Tapi, tidak untukku. Ini bukan lelucon, I’m absolutely serious!
***

“Never put my life out of the line, never said yes to the right guy” 

Kau lihat buku-buku tebal dan bertumpuk-tumpuk ini? Kau lihat kertas-kertas yang berserakan ini? Kau lihat pena yang kelihatan sudah usang tapi sebenarnya baru saja dibeli? Apa yang bisa kau simpulkan?
Kau lihat bagaimana aku menggunakan pakaian? Terkesan out-of-date, aneh, dan naif? Kau lihat bagaimana aku menata rambutku? Ikat ala ekor kuda atau kubiarkan tergerai berantakan. Semakin terlihat pathetic saat musim gugur datang, hembusan angin yang terlampau kencang selalu saja membuat rambutku berantakan tak karuan. 
Kau lihat bagaimana aku merias wajahku? Kau lihat bagaimana gadis-gadis ‘normal’ di luar sana melakukannya? Berbeda bukan? Ya, kau pasti akan mengira aku bukan gadis ‘normal’. Kalian pasti akan seperti mereka yang meneriakiku seperti ini, “Oh, ayolah. Lupakan buku-buku, tinggalkan sejenak. Bersenang-senanglah, berpesta sampai pagi, berkencan dengan belasan pria. Kau tahu, kau tak akan menikah dengan buku!”
Hell yeah! Kalian menyedihkan sekali, tolol! Bukan karena aku akan menikahi buku-buku tebal ini. Tapi semua ini demi ambisiku!
Kau tahu? Aku tak pernah suka pergi ke salon atau beauty center atau apalah-itu-namanya. Menurutku itu adalah tempat paling menyedihkan yang pernah aku kunjungi. Wanita-wanita rela merogoh dompetnya sampai jebol untuk berdiam diri sambil membaca majalah membiarkan rambut mereka atau salah satu anggota tubuh mereka diremas-remas oleh yang katanya para ‘pakar kecantikan’? Mau saja dibohongi para penipu ulung seperti mereka? Bah, persetan dengan kecantikan artifisial! Apa itu perawatan anti-aging? Tetap saja saat umur mereka menginjak 50 ke atas wajah akan tampak berkerut sangat nyata!

“Never had trouble getting what I want. But when it comes to you I never good enough”

Selama ini aku memang terkesan tidak peduli, cuek, dan malas menanggapi komentar-komentar mereka. Akupun juga tidak peduli apa itu pria? Bukan, bukan karena aku penyuka sesama jenis. Kurasa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk memikirkan makhluk dari Mars itu…
Tetapi, semua berubah tatkala aku melihatmu disana…
Semua benteng dan perisai yang susah payah kubangun tinggi nan kokoh tak mampu menangkal radiasi pesonamu. Semua upaya pertahanan diri ini langsung meleleh saat memandang parasmu. Mataku terbelalak, mulutku menganga, tenggorokanku kering. Speechless!
Aku ingat, kau berdiri di sana…
Ya, kau berdiri di sana. Di antara puluhan makhluk Mars yang lain. Tapi, lensa mataku yang memfokuskan mataku pada sosokmu. Siluetmu tepat jatuh di retinaku, melesat menuju ke saraf optikus. 
***

“When I don’t care, I can play ‘em like a Ken doll. Won’t wash my hair, then make ‘em bounce like a basketball”

Banyak pria yang tentu saja menaruh hati padaku, bahkan tak segan-segan menunjukkannya dengan ‘berani’ kepadaku. Tapi semuanya perlahan mundur teratur setelah melihat kelakuanku yang aneh, setelah melihatku yang terkesan sangat tidak peduli dan malas menanggapi mereka. Tentu saja itu semua tidak mempan! Karena perisai ini terlalu kuat untuk ditaklukkan oleh mereka. Karena aku yakin sekali, perisai ini sudah kokoh, tak akan pernah ada seorang pun yang mampu meruntuhkannya!
Tetapi…
Semuanya perlahan runtuh dengan sendirinya. Kau tidak melakukan apapun, tetapi sinarmu yang melakukannya! Kau tidak seperti mereka yang melancarkan rayuan gombal picisannya. Kau tidak seperti mereka yang menghujaniku dengan beribu hadiah saat Valentine tiba. Kau berbeda…
Kau di sana, berdiri dengan gagahnya. Kau di sana, di antara puluhan makhluk Mars yang lain. Kau di sana, dengan parasmu yang tampan. Kau di sana, laksana pangeran yang sedang menunggu seorang putri.
Spontan batinku berteriak: “I WANNA BE YOUR PRINCESS!!”
Ups!!

“But you, make me wanna act like a girl. Paint my nails and wear high heels”

Semenjak itu aku semakin menjadi aneh. Mungkin menurut gadis lain itu normal, tetapi menurutku aneh. Perubahan ini sungguh drastis!
Aku semakin menyukai pergi ke salon. Aku mati-matian menabung untuk membeli baju yang up-to-date. Tidak ada kaos kusam atau jeans belel. Tidak lagi memakai setelan yang saling tabrak warna. Aku semakin peduli dengan my damn hair! Aku semakin peduli dengan bibir dan lip gloss yang dulunya selalu aku pandangi dengan jijik. Aku semakin menyukai blush on. Aku semakin menyukai semua yang pernah aku tolak mentah-mentah.
Ugh… kurasa aku menjilat ludahku sendiri…

“Yes you, make me so nervous that I just can’t hold your hand”

Dan aku pun sadar, semua perubahan ini ada katalisnya. Semua perubahan ini ada pemicunya. Semua perubahan ini, kusadari semenjak kehadiranmu mewarnai hari-hariku.
Saat kau berlalu di depanku, peluhku menderas, tubuhku bergetar hebat. Tanganku mendadak dingin, ujung-ujung jemari kakiku seperti sudah tak kuasa menahan massa tubuhku.
Saat kau berpapasan denganku, aku tak kuasa menahan gejolak dalam tubuhku. Jantungku berdebar hebat, adrenalin menyeruak semakin mempercepat hentakan jantungku tatkala kau semakin mendekat ke arahku. Perutku bergejolak. Bukan karena aku ingin muntah, tetapi karena saking groginya, saking gembiranya, semua bercampur aduk jadi satu sampai aku bingung bagaimana mengungkapkannya.

“You make me glow…. But I cover up won’t let it show”

Kau benar-benar mengalihkan duniaku. Pesonamu seakan membuat luntur ambisiku. Dan parahnya, sampai aku merasa telah menjilat ludahku sendiri. Ugh, pathetic!
Susah payah aku menutupi perubahanku yang sangat drastis ini supaya kau tak menyadari keanehanku. Susah payah aku menutupinya, berharap berjalan seperti normalnya. But, I’m feeling abnormal!

“So, I’m putting my defences up. ‘Cause I don’t wanna fall in love. If I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”

Kubangun kembali sisa-sisa reruntuhan pertahananku yang ambruk. Sambil terus berusaha mengingat semua ambisi-ambisiku yang hampir terlupakan karena ini semua. Sambil terus berusaha mengais-ngais sisa-sisa kehidupan normalku yang susah payah kucoba bangun kembali. Kusadari, mungkin aku benar-benar sedang terkena serangan jantung!
***

“Never break a sweat for the other guy. When you come around, I get paralyzed”

Tidak pernah aku seperti ini. Tidak pernah keringat sebesar biji jagung bermunculan membasahi seluruh keningku saat dari kejauhan aku melihat seorang lelaki. Tapi berbeda jika lelaki itu kau.
Kehadiranmu membuatku lemas seketika, seakan tubuhku tak berada di tanah, melayang beberapa jengkal. Kerlingan matamu, senyum menawanmu, sungguh tepat membidik pusat jantungku! Aku benar-benar terkena serangan jantung! 

“And everytime I try to be myself. It comes out wrong like a cry for help”

Kucoba untuk menjadi diriku, semua ini menyakitkan. Kepura-puraan dan keanehan ini menyakitkan. Ini bukan diriku!
Tapi…
Menjadi diri sendiri itu sama susahnya saat aku berhadapan denganmu…

“It’s just not fair. Pain’s more trouble than love is worth. I gasp for air. It feels so good, but you know it hurts!”

Semua ini tidak adil! Pedih ini semakin menyiksaku. Karena aku tak bisa menjadi diriku sendiri saat berhadapan denganmu. Ini lebih menyakitkan dan lebih menyedihkan daripada semua yang kulakukan mati-matian demi dirimu…
Dan aku tahu, kau tak pernah sekalipun menghiraukannya. You don’t ever notice me…
Karena aku berusaha ‘menutupi’ semuanya…

“But you make me wanna act like a girl. Paint my nails and wear perfume”

Pelan tapi pasti, pesonamu seakan menghipnotisku. Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi ini nyata! Aku tak bisa bertindak ‘normal’ saat di depanmu. Laksana diriku telah kehilangan separuh akal sehatku.
Entahlah, kau mungkin mengambilnya bersama pesonamu yang melemahkanku…

“Yes you, make me so nervous and I just can’t hold your hand”

Ya, benar. Kau yang mengambil separuh akal sehatku. Kau seakan membiarkanku terlunta-lunta menderita, merasakan keanehan yang terus berkecamuk. Mencoba normal, tapi seakan semuanya sudah terlanjur. Terlanjur kepalang basah, susah dikembalikan…

“You make me glow…. But I cover up won’t let it show”

“So, I’m putting my defences up. ‘Cause I don’t wanna fall in love! If I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”
***



“The feelings got lost in my lungs. They’re burning, I’d rather be numb. And there’s noone else to blame”

Perasaan ini sudah merasuk sampai ke dalam jiwaku. Menyatu, bersenyawa dengan sebagian diriku. Serasa valium yang membius setiap jengkal area kesadaranku.
Ini salah siapa? Mungkin saja salahku, terlalu sombong dan terlalu yakin tak akan pernah tergoda dengan percikan pesonanya.
Tak ada orang lain yang bisa dipersalahkan…

“So scared I take off and I run. I’m flying too close to the sun. And I burst into flames!”

Susah payah aku meyakinkan diriku, bahwa ini bukanlah virus merah jambu. Tak sadar aku telah terlanjur terjebak dalam kerumitan dinamika perasaan gila ini. Aku takut untuk berharap, takut untuk terjatuh.
Ternyata aku telah melangkah terlalu jauh, terlalu dekat-dekat dengan api, membiarkan api membakar separuh yang tersisa!

“You make me glow…. But I cover up won’t let it show”
“So, I’m putting my defences up. ‘Cause I don’t wanna fall in love! If I ever did that, I think I’ve had a HEART ATTACK!”

Dan mungkin memang ini benar-benar serangan jantung!
***

Inspired by: Heart Attack - Demi Lovato 

P.S.: Bukan pengalaman pribadi penulis :3 huehehehe

Minggu, 22 September 2013

Rindu...

18:18 0 Comments

Teruntuk dirimu yang sedang merindukan seseorang
Janganlah engkau bimbang
Sampaikan salam rindumu kepada Yang Maha Penyayang
Menguntai ke langit, membumbung tinggi, menembus bintang gemintang

Duhai, rindu…
Selalu saja urusan itu membuat ribuan raut wajah berubah sendu
Membuat jutaan pasang mata berair menangis tersedu
Hanya karena rindu…
Rindu pada dirinya yang jauh di sana…

Oh, Sayang…
Bukan karena aku seorang pujangga
Yang mampu merangkai sejumlah kata menjadi barisan kalimat penuh makna
Barisan kalimat yang serasa mendekap sukma
Mencairkan bekunya jiwa…
Dan bukan karena aku seorang penyair
Yang mampu mendendangkan kidung rindu dalam syair
Syair yang serasa menyibak tabir
Tapi, Sayang…
Aku hanyalah seorang hamba
Yang hanya mampu mencurahkan gulana hanya kepada-Nya
Biarkan Dia yang mendesain semuanya
Karena janji-Nya itu nyata…

Teruntuk dirimu yang sedang menunggu
Menunggu datangnya ‘Sepotong Hati’ dalam hidupmu
Bersabarlah… karena Tuhan sungguh tahu
Siapa yang sedang kau tunggu
Siapa yang sedang kau rindu…

Oh tetapi, Sayangku…
Janganlah tergesa-gesa…
Jangan biarkan perasaan itu meluber kemana-mana
Jalani saja hidupmu dengan semestinya
Menunggulah dengan ikhlas dan lapang dada…

Teruntuk dirimu yang sedang menantikan hadirnya ‘Sepotong Hati’
Teruslah senantiasa perbaiki diri
Mengabdi untuk mengharap ridho Ilahi
Jalani kehidupan dengan rendah hati
Karena janji-Nya itu pasti
Tak ada yang bisa mengingkari…

Teruntuk ‘Sepotong Hati’-ku nun jauh di sana…

Inspired by: “Sepotong Hati yang Baru” – Tere Liye

P.S: Efek setelah menyelesaikan membaca Sepotong Hati yang Baru-nya Tere Liye. Tiba-tiba inspirasi bikin puisi aneh ini langsung mak cling! Akang Ilham dan Pakde Wangsit datang membawa berkah :D

P.S.S: Puisi nya emang bukan ala-ala Chairil Anwar gitu ya, tapi sejak SMP memang saya suka banget bikin puisi. Jadi inget waktu SMP pernah bawa buku notes kumpulan puisi (made by myself) ke sekolah. Tiba-tiba langsung diambil pak guru saya, dibaca-baca -___-. Mana isi puisinya… ya gitu… absurd-ers galau-ers. Mana saya malu banget waktu itu gara-gara pakai adegan rebutan dulu sebelum pak guru berhasil mengambil dan membaca SEMUA isinya! *ini kenape malah curhat sih, Mus. Ealah!

P.S.S.S: Makasih udah baca puisi absurd eike ya, bok! :p *ketjup basah para pembaca :3