Minggu, 31 Desember 2023

My 2023 Life Recap~

23:23 0 Comments

Disclaimer: It’s gonna be the longest post I’ve ever made. I’m gonna tell you my whole life during my amazing 2023. Once you decide to read it, there’s no way back. Enjoy~

 

Sejujurnya saya lagi di fase CAPEK NULIS BANGET! Kenapa? Simply, karena saya baru banget menyelesaikan lima laporan PKPP sayaaaa~ sungguh sangat membuat gumoh. Wkwkwk.

“PKPP? Apa sih PKPP?” saya tahu kalian akan bertanya-tanya, terutama yang bukan anak Psikologi. Jadi… PKPP itu singkatan dari Praktik Kerja Profesi Psikologi, Gais. Sebagai mahasiswa angkatan pamungkas di sistem kurikulum Magister Psikologi Profesi ini memang harus super ngebut dan bekerja keras, bener-bener harus punya persistensi dalam bekerja. Intinya, nih, kalo dites pakai Kraepelin, aspek Ketahanan Kerjanya harus BAIK. Minimal CUKUP lah. Wkwk.

Anywaaaay…. seperti kebiasaan saya di tahun-tahun sebelumnya (sejak menjadi budak korporat then budak birokrat) alias nulis blog cuma pas di akhir tahun saja, saya memaksakan diri untuk nulis di sini. Meskipun rasanya enek banget sumpah lihatin tulisan panjang-panjang, tapi nggak apa-apa karena menulis adalah salah satu bentuk healing terfavorit saya. Sekaligus, saya juga lagi pengen banget merefleksikan seluruh experience apa saja yang sempat saya alami dan rasakan serta membuat momen tersebut menjadi lebih eternal.

Tahun 2023 adalah tahun ternano-nano saya karena banyak experience baru yang saya alami.

Dimulai di bulan Januari. Saya menemukan diri saya tiba-tiba daftar jadi salah satu pengurus di Kelurahan LPDP kampus saya. Tahu-tahu daftar, tahu-tahu keterima aja. Ini mungkin gara-gara saya tertarik dengan salah satu program/misinya si Lurah terpilih waktu itu, yaitu konseling kesehatan mental. Jiwa altruis saya yang memang suka sok jadi pahlawan kesiangan ini tergelitik. Sudah lamaaaa banget saya nggak jadi konselor sebaya. Sejak saya mulai kerja di korporasi dan pindah ke birokrasi malah saya jadi yang butuh dikonselingin. Hahaha.

Dulu, loooong ago, waktu saya freshgraduate, saya pernah jadi volunteer di salah satu platform konseling gratis gitu. Volunteer ya, Gaes, nggak dibayar sepeserpun. Sekarang platformnya sudah nggak ada kayaknya, soalnya udah nggak pernah dengar lagi. Jadi ya, kayak momen kuliah ini, ketika kondisi mental saya masih adem ayem, saya lumayan siap untuk coba lagi jadi konselor sebaya. Seru banget. Saya merasa bahwa menjadi konselor itu membahagiakan, meskipun kadang menemukan masalah klien yang agak triggering, tapi as long as I can handle it well, I’m still okay with that. Overall, pengalaman yang sungguh membahagiakan, seperti memberi makan jiwa juga, apalagi ketika mereka bilang “Makasih, Kak, aku merasa lega…”. It was priceless… :’)

Next, kita langsung move ke momen seru selanjutnya. Memasuki bulan Maret ketika persiapan penyambutan Awardee LPDP baru di kampus kami. Biasa, pasti kami bikin semacam kepanitiaan ala-ala acara penyambutan mahasiswa baru gitu. Agak jauh di luar prediksi BMKG juga, saya mencoba salah satu bidang baru yaitu Sie PDD alias Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi.

Hmmm…. seumur hidup, selama kepanitiaan sana-sini, saya nggak pernah mencalonkan diri saya atau menginisiasi diri saya untuk jadi tukang bikin desain flyer, pamflet, pokoknya yang hubungannya sama estetika lah. Never in my life! Saya merasa nggak ada bakat di situ dan saya memang nggak bagus-bagus amat di bidang desain mendesain. Saya dulu lebih suka mengerjakan proposal, laporan pertanggungjawaban, surat-menyurat, gitu-gitu lah alias kegiatan mengetik dan menulis. Tapi…. sepertinya saya memang sudah bosan dengan rapi-rapiin format dan margin laporan yang bentuknya gitu-gitu aja, apalagi sejak bekerja di dunia birokrasi, lhaaa kerjaan saya itu bikin-bikin surat dinas mulu sampai gumoh.

Intinya, saya lagi men-challenge diri saya untuk mencoba hal baru. Semampu apa sih, gue? Let’s see. Then, turns out, it was not that bad, anyway. Cenderung lumayan lah. Lumayan banget untuk kategori si yang nggak pernah sama sekali terjun di dunia desain grafis dan si yang kalau mata pelajaran menggambar selalu nilai 7, mentok 7,5 lah.

I love technology so much, my honorable mention to The Creator of Canva! Thank you for your creativity in presenting this kind of easiest-way-to-design thingy.

Bener-bener terbantu banget sama si Canva ini. Mulai dari bikin presentasi di kampus (sampai sudah melekat nih gelar si tukang bikin presentasi estetik) sampai bikin infografis, opening slide video, pamflet, flyer, et cetera. Sampai akhirnya “mainan” Canva menjadi salah satu healing terbaikku ketika udah gumoh banget nih bikin makalah laporan tugas kuliah. Wkwkwk. BIG THANKS TO CANVA. So much loooveee!!!

Cuma mau nunjukin hasil kerja bikin presentasi saya hehehe

Next, experience yang menyenangkan di tahun 2023 adalah jadi member di sanggar senam. Ini lebih ke resolusi 2023 yang ingin lebih sehat dan mengurangi perut buncit tipikal PNS yang keseringan rapat di hotel. Wkwk. Rasanya semakin bertambah usia, metabolisme tubuh semakin melambat, jadi makanan tuh nggak langsung dibakar jadi energi malah numpuk jadi lemak dulu. Mengsedih nggak, sih~ huhuhu.

Lalu kemudian akhirnya, saya memutuskan ikut kelas rutin di tempat senam itu, mulai dari zumba, pilates, yoga, aeroswing yang super susah, mixed aerobic (mix kardio dan power). Bahkan kadang sesekali ikut badminton. Sungguh super aktif ya, Bun. Selama semester dua kuliah super rajin banget sama olahraga. Waktu bulan Ramadhan pun, setiap seminggu tiga kali rajin banget olahraga. Super seru banget memang kalau habis olahraga, karena hormon endorfin jadi meningkat. Bahkan pernah, habis olahraga meskipun badan rasanya capek banget apalagi kalau habis zumba atau pilates, otak masih bisa aktif ngerjain tugas. Bener-bener se-powerful itu efek olahraga.

Sayangnya, kerajinan dan ketagihan olahraga ini harus di-pending dulu waktu PKPP, sebab harus move ke Jakarta dulu.

Next, masuk ke bulan Agustus, semester kuliah berganti ke semester tiga. Saatnya terjun langsung ke lapangan buat PKPP. Jadi, saya dan tiga rekan sekelompok adalah satu-satunya kelompok yang PKPP di instansi pemerintah, sedangkan kelompok lainnya mayoritas PKPP di privat sector atau BUMN. Kenapa pilih instansi pemerintah? Simply, karena saya PNS tentu saja, lebih ke supaya kami tidak roaming ketika harus kembali ke kantor lagi.

Alhamdulillah wa syukurilah, kami PKPP di suatu instansi yang sempat punya andil besar terutama waktu zaman nge-trend vaksin Covid-19. Udah tahu lah ya, kantor apa? Wkwkwk. Hmm… pasti kalian bertanya-tanya, kenapa kok nggak di kantor sendiri? Jawabannya adalah: biar nggak disuruh kerja. Wkwkwk. Ya, kan saya tugas belajar, ngapain di kantor sendiri, malah nanti disuruh kerja dong. Jadi, lebih baik di kantor orang biar dapat pengalaman baru (dan juga membandingkan dengan kantor sendiri)

Intinya, saya super happy banget bisa PKPP di kantor ini. Semua pegawainya ramah banget, terbuka, sat set. Padahal kami sangat merepotkan, apalagi waktu ambil data. Minta peraturan ini lah, minta laporan survey itu lah, biar bisa dipelajari. Minta data itu lah, buat diolah dan dianalisis. “Maksa” pegawainya buat isi kuesioner, wawancara individu, FGD. Bener-bener super ngerepotin sih kami ini.

Tapi… waktu tanggal 29 Desember 2023 kemarin di hari terakhir kami di sana, kami bahagia banget bahwa kami diapresiasi di sana. Kami memang nggak hanya ambil data, tapi kami juga memposisikan diri sebagai semacam “pengamat dari luar” yang berusaha (sedikit) membantu mereka melihat organisasi ini dari sudut pandang berbeda. Nah, hasil pengamatan kami yang lebih objektif tersebut (karena tidak ada beban kepentingan dan orang luar juga) kemudian kami rumuskan untuk dasar pembuatan rancangan intervensi bagi instansi ini. Bagi saya, apa yang kami sampaikan untuk mereka nggak terlalu banyak, tapi mereka sungguh baik banget mengapresiasi kehadiran kami. Bahkan kami merasa terharu banget di sana. Apalagi waktu minggu-minggu terakhir kami di Biro SDM. Rasanya kayak dapat keluarga baru di sana. Terima kasih banyak buat instansi ini. Love banget, nggak akan pernah saya lupakan jasa mereka yang bantu kami dan selalu menerima kami dengan tangan terbuka :’)

NEXT!!! PUNCAK DARI MY AMAZING 2023 RECAP IS….

KONSER COLDPLAY!!!

Nggak tahu harus se-excited apa, ya Allah! Jujur banget ini sangat amat tidak menyangka bahwa saya dapat tiket COLDPLAY di H-14 konsernya!!! Kok bisa? Begini ceritanya…

Sebenarnya sih waktu war tiket bulan Mei (kalau nggak salah) saya sama sekali nggak dapat. Udah pasrah banget, soalnya war tiketnya sadis banget dan banyak calo yang dapat. Surprisingly, teman saya malah dapat, tapi begonya malah saya nggak nitip dia. Well, udah pasrah bukan rezeki gue. Waktu itu saya mikir kayak gitu. Kayak, ya udahlah, nggak apa-apa. Nggak mati juga kalau nggak nonton Coldplay secara live. Tapi agak kecewa, dikit. Tapi, berusaha Ikhlas, nggak apa-apa.

Lalu, kehidupan saya berjalan seperti biasanya… sampai akhirnya salah satu temen yang beli tiket barengan sama temen saya yang dapet tiketnya bilang kalau dia nggak bisa ke konser Coldplay. Memang waktu itu dia jarak satu bulan lahiran anak pertamanya. Alasan terbesar dia adalah dia nggak tega ninggalin anaknya yang masih bayi banget. Okelah, akhirnya dia hibahkan tiketnya ke saya (tapi saya transfer ke dia juga lah, wkwk). Finally, akhirnya bisa nonton Coldplay!!! THANKS BANGET buat Yaya!!! :’))

Sungguh bela-belain banget sih. Waktu itu hari Rabu. Habis ambil data asesmen individu buat laporan individu PKPP, langsung pesen ojol cus berangkat ke GBK. Udah ketar ketir karena kalau datang mepet open gate bakal macet banget di jalan sekitar Sudirman. Selama di atas motor, saling kirim live location sama Mbak Yuni (ini temen yang berhasil beliin tiketnya). Sempet kejebak macet di daerah Manggarai, tapi Alhamdulillah dapat Pak Gojek yang super sat set dan ngerti jalan. Hampir semua jalanan merah di Google Maps. Udah ketar-ketir. Sudah hampir dekat ke GBK, udah mlipir ke jalan sana-sini, menghindari daerah macet lah kalau kata Pak Gojek-nya, tetap sajaaa namanya juga semua orang tumpah ruah di sana buat nonton konser. MACET TOTAL! Tapi akhirnya berhasil sampai! Memang nggak diturunin di depan main gate-nya GBK, agak jauhan dikit alias di depan Senayan Park, nggak apa-apa tinggal jalan kaki. THANKS BANGET BUAT PAK GOJEK!

Sampai di main gate tentu pintunya masih jauh, Gaes! Sepanjang jalan dari main gate sampai pintu stadion tuh banyak banget muda-mudi ngemper di sana. Kurasa ini mereka yang nggak dapat tiket dan berharap bisa beli tiket on the spot. Akhirnya sampai juga di tempat scan barcode tiket. Memang scan barcode tiket harus bareng-bareng karena beli tiketnya juga barengan. Sampai di dalam masih sempat foto-foto dulu, beberapa menit kemudian adzan Maghrib, sholat dulu dong. Habis itu masuk ke venue stadion dari jam 19.00. Coldplay-nya baru keluar di jam 21.00.

The venue and the crowds were super amazing, incredible, and fascinating, no words can describe!!! OMG! I can’t! I LOVE THE ATMOSPHERE SO MUCH! IT WAS INCREDIBLE!!! Unforgettable experience in my life!!!

Harusnya ya, Gaes, my first international concert should be Westlife. Tapi ya, karena waktu Westlife rajin ke sini, kayak nggak pernah tepat momennya saya bisa attend to their concert gitu. Tapi nggak apa-apa. Konser Coldplay adalah konser musisi internasional pertama saya yang tidak mengecewakan. I enjoyed the vibes for the rest of concert! Sing along sama semua penontonnya dengan happy banget! Sebab saya hapal banget sama semua lagu di Music of The Sphere Tour Setlist-nyaaaa. AAAKKKK!!! Kok bisa sih? Suka Coldplay pas masih SMA, itu juga waktu tiba-tiba denger Clocks sama Viva La Vida. Eh, tahunya malah ngikutin dari sekarang. Hampir hapal semua lagunya dong… OMG!!!

Satu lagu yang SUPER DUPER AMAZING vibesnya dan memang Chris Martin jago banget handling the crowds-nya beserta jajaran tim kreatifnya adalah: SKY FULL OF STARS! Inget banget ini lagu populer banget circa 2013-2014 (probably). Waktu saya masih kuliah S1. Salah satu lagu yang super keren banget waktu di konser itu karena ada momen the lights went out, gelap total waktu after line: “I think I saw youuuuu~”

Lalu Chris Martin bikin aba-aba “One, Two, Three, Go!” Lampu di gelang penonton sama panggung langsung nyala kayak bertabur bintang gitu pokoknya. Ah susah lah mendeskripsikan. Sudah banyak fancam di Youtube kalau mau lihat lagi keseruannya. Wkwkwk. Dan waktu di lagu ini memang vibes-nya tuh dibikin spektakuler karena ada kembang apinya jugaaaa. KEREEENNN BANGETTT!!! MAU NANGIS RASANYAAA!!!

INTINYAAAA KONSER COLDPLAY KEREN BANGET!!!! ABSOLUTELY SPECTACULAR! Memang agak lebay, too much exaggeration in the air, tapi ya memang gitu rasanyaaaa~

Benar-benar momen 15 November 2023 yang tidak terlupakan.

Selesai konser sekitar jam 00.00, udah masuk hari Kamis. Pagi jam 08.00 harus masuk kantor. Tentu saja waktu bubaran konser susah banget dapat taksi online karena di sekitaran GBK dan FX Sudirman super padat udah kayak malam tahun baru. Akhirnya aku, Mbak Yuni, sama Mas Wikky (mereka adalah teman-temanku nonton konser dan sing along sepanjang konser) dapat taksi Blue Bird modal nyetopin di tengah jalan. Kami bertiga pindah ke Pusat Jajanan Menteng yang di deket hotel Ibis Styles, makan dulu karena laper banget belum makan malam. Habis itu baru balik ke kosan masing-masing. Tada! Sampai kosan jam 02.00 dini hari. Terkocak, rekor pulang pagi saya, ya Allah! Wkwk.

Oh iya, sebelum saya nonton Coldplay, sempet juga saya dan Mbak Yuni nonton Eras Tour Concert Movie. Nah ini sama asiknya meski nggak nonton konser Taylor Swift secara langsung, nggak apa-apa masih bisa nonton konsernya dalam bentuk layar bioskop. Agak sedih sih, tapi di momen nonton yang kayak gini masih bisa direkam dan sing along berisik selama di bioskop. Kalau nonton film biasanya kan nggak boleh begini, Gaes. Hahaha.

Bulan paling keren dan amazing di 2023 adalah NOVEMBER! No doubt! SUPER HAPPY!!!

Next, bulan Desember! Sampailah di penghujung tahun 2023. Akhirnya demisioner dari kepengurusan Kelurahan LPDP. Akhirnya juga sudah selesai menyusun laporan PKPP dan persiapan buat exit presentation. Akhirnya semester tiga sudah mau kelar, masuk ke semester empat, persiapan buat bikin tesis. Bismillah!

Anyway, tulisan ini dibuat menjelang pergantian tahun. Jadi, detik-detik menuju pergantian tahun ke 2024 ini, all I wanna say is….

TERIMA KASIH BUAT SELURUH KERABAT KERJA DI TAHUN 2023! Terima kasih untuk semua orang-orang yang pernah saya temui dan bekerjasama dengan saya. Terima kasih buat teman-teman seangkatan Magister Profesi, teman-teman Awardee yang juga pengurus Kelurahan LPDP 2023, teman-teman kepanitiaan, teman-teman PKPP (ini honorable mention sih), dan teman-teman yang masih mau jadi teman saya sampai 2023 dan seterusnya. Semoga kita selalu sukses dan segala resolusi tahun depan dapat tercapai. Aamiin.

Resolusi 2024?

Apa yaaa…???

Yang jelas ujian HIMPSI lancar, tesis lancar, sidang tesis lancar, nambah gelar M.Psi., Psi. dengan hasil yang memuaskan. Aamiin.

Satu lagi, semoga waktu Wisuda S2 tahun ini nanti bisa nambah personil baru (sesuai doa Bapak dan Ibu). Biar foto wisudanya bisa pakai baju couple. Wkwkwk. AAMIIN PALING SERIUS! Bismillah. Wkwkwk, jadi pengen ngakak!

 

Cheers,

Happy New Year 2024! Semoga tahun 2024 kita more incredible and amazing yea~

 

Jakarta, 31 Desember 2023

23.23 WIB

 

P.S.: Bonus venue Coldplay di GBK dan foto sebelum konser hehehe~

Lupa ini waktu lagu apa hehe~
Biar mukanya lelah, tapi tetap semangat nonton konser~



Kamis, 24 November 2022

New Wave

03:03 0 Comments

https://pbs.twimg.com/media/FeHOEhyUYAAVchl.jpg

Bukan. Tulisan ini bukan memprediksi badai pandemi kopid baru ya, Gaes~

Naudzubillahi min dzalik~

Anyway, sudah setahun lebih lamanya saya hiatus menulis di sini. Lebih seringnya saya curhat dengan bahasa sok bijak di akun Tumblr saya. Tahun lalu terlalu banyak hal yang terjadi dan selalu menyelipkan hikmah, jadi saya bisa sok bijak gitu, deh.

Jadi, saya overview tahun sebelumnya dulu, meskipun sebenernya saya sudah tulis perihal ini di Tumblr, sih. Hahaha.

Intinya, tahun lalu terlalu banyak kejadian fluktuatif yang sedikit banyak menempa kematangan pribadi saya yang pemuja hore-hore ini. Berawal dari struggling dengan perubahan organisasi di kantor saya, adaptasi yang lumayan menguras energi fisik dan mental saya. Lalu, memutuskan konseling ke psikolog karena Jakarta (dan kondisi kantor serta hal-hal lain) telah begitu bikin saya fucked up. Hahaha. Hingga kemudian tiba-tiba termotivasi daftar Beasiswa LPDP dan diterima.

Antara kayak takjub dan bingung sendiri. Betapa mak jebret jalan hidup saya itu berbelok. Awalnya saya hanya mikir kerja eight to four (tapi seringkali overtime sih) yang sangat monoton, di Jakarta pula yang super hectic dan menyebalkan kalau udah masuk di jam rush hour. Sekampret-kampretnya Jakarta dan kenangan di dalamnya (Asseeeek~), percayalah saya tetap merindukan city light sepanjang Sudirman-Thamrin. Saya tetap merindukan kemudahan akses KRL dan segala transportasi tersentralisasinya. Merindukan strolling around daerah SCBD dan Dukuh Atas sebelum populer dengan Citayam Fashion Week-nya. Wkwkwk. Merindukan nonton film di CGV Grand Indonesia dan Djakarta Theater, also Metropole. Merindukan view Perpustakaan Nasional dan Monas yang selalu kelihatan kalau naik KRL dari Juanda atau Gondangdia. Merindukan Holywings. Serta, merindukan bakso tusuk yang sering banget saya beli setiap habis pulang kantor di Stasiun Kalibata. Bapaknya pasti lagi mikir nih, soalnya saya sudah nggak beli lagi sejak Juli 2022. Wkwkwk.

Yup, sebenernya sejak pertengahan tahun 2022, tepatnya bulan Agustus, saya hijrah sementara ke daerah pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan studi di sini. Meski sebenarnya saya juga diterima di kampus Depok, tapi saya lebih memilih kampus Sleman. Hahaha. Akhirnya, Surat Tugas Belajar saya turun di akhir Juli, kemudian pindahan besar-besaran dari Jakarta ke Jogja. Welcome, Jogja~

Alasan saya milih ke sini? Nanti aja ceritanya kalau udah longgar, ya, Bestie~

Anyway, saat ini saya lagi kebangun akibat ketiduran bersama migrain. Benar, saat ini saya dan kawan-kawan seperjuangan Magister Psikologi Profesi Industri dan Organisasi sudah berada di penghujung semester pertama. Sebagian besar dari kami sedang merasakan gejala-gejala psikosomatis pasca menamatkan Blok Psikodiagnostika dengan proyek Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologis dan kemudian semakin akut lagi sejak memasuki Blok Intervensi dengan segambreng tugas bikin modul intervensi. Asli sampe kena PTSD denger kata ‘Modul’ doang. Hahaha.

Nggak, sih, lebay aja biar dramatis~

Tapi nggak sepenuhnya salah, sih, Gaes~

Kenapa tulisan ini jadi kemana-mana, deh~

Baiklah, jadi intinya di sini saya hanya ingin curhat colongan saja, sih. Selama kuliah ini saya banyak mengambil hikmah. Sebagai yang sudah terlalu lama kerja, lalu bergaul dengan teman seangkatan yang mayoritas dedek-dedek selisih dua hingga enam tahun di bawah, saya merasa menjadi semakin muda. Tapi, memang saya awet muda kok, bapak-bapak ojol aja sering kira saya mahasiswa S1. Wkwkwk. Terima kasih Avoskin dan Somethinc, sebentar lagi saya beli SK-II biar nggak kalah sama Ibu Negara South Korea~

Selain itu, saya juga kadang sempat merasa insecure. Saya merasa mentah banget teori psikologi industri dan organisasi ini. Waktu S1 skripsi saya jauh banget dari tema keindustrian, malah lebih ke psikologi sosial. Lalu, selama S1 saya lebih suka banget tema-tema mata kuliah yang nyerempet ke psikologi klinis. Bahkan, rasa penasaran dan obsesi saya terhadap psikologi forensik nggak pernah pudar. Hal yang membuat saya berminat ke psikologi industri karena simply muncul sejak saya memasuki dunia kerja dan punya harapan bisa berkontribusi lebih baik terhadap proses manajemen sumber daya manusia, apalagi kantor saya kementerian pusat. Secara praktikal saya paham, tapi secara teori, sumpah saya merasa begoooo banget ya Allah~

Sampai akhirnya saya curhat dan sambat sama teman kantor saya. Lalu mikir, bahwa sambat doang nggak menyelesaikan masalah, tetap harus dikerjakan dan dihadapi (meski sambil nangis, wkwk). Meski saya merasa, setiap saya mengikuti proses pembelajaran sebagai mahasiswa Magister Psikologi Profesi ini rasanya seperti terseok-seok, tapi setiap berhasil menyelesaikan satu tugas yang diberikan dosen, saya merasa Alhamdulillah banget. Yaaa, yang penting Alhamdulillah udah kelar, bisa pindah ke tugas lain. Nggak tahu, deh, bener apa nggak, at least sudah berusaha semampu kapasitas otak saya yang nggak seberapa ini. Huhuhu. Nangis~

Kalau kalian yang baca ini dan mikir:

Halah, merendah untuk meroket. Masa keterima beasiswa LPDP bilang otaknya nggak seberapa?

Asli, Gaes, saya juga kaget kok saya bisa lolos beasiswa ini. Bahkan kadang saya sempat mikir saya beruntung doang. Kayak, semesta mendukung aja gitu, terus tahu-tahu lolos. Nggak tahu, saya akhir-akhir ini selalu merasa hal yang saya dapatkan selama ini karena bantuan doa-doa Bapak Ibu saya dan orang-orang baik yang pernah saya tolong. Saya merasa usaha saya biasa saja, saya melakukan semua semampu saya aja. Meski saya ngerasa saya banyak dosanya, kalau ngomong suka sembarangan, tapi ternyata masih ada orang-orang baik yang doa-doanya didengar Allah dan secara nggak langsung membawa saya sampai ke sini.

Alhamdulillah ‘alaa kulli haal…

Dan… meski sudah hampir menyelesaikan semester pertama ini, saya masih merasa kurang dengan ilmu yang saya usahakan ini. Saya merasa saya harus memperdalam teori dengan banyak baca buku psikologi industri. Saking banyaknya tugas, kadang untuk baca materi demi memperdalam teori saja rasanya kayak nggak sanggup. Ya Allah, kapan aku Netflix-an~ Huhuhu

Ya Allah, kapan saya baca buku dan novel dengan tenang, damai, dan tanpa merasa bersalah karena nggak baca buku diktat kuliah. Huhuhu.

Asli, sih, awal kuliah saya membayangkan bisa dengan bahagia dan semangat membaca buku kuliah dan buku non-kuliah yang mayoritas masih dibungkus plastik itu. Lalu saya bisa dengan bahagia bikin tulisan di blog, tumblr, atau coba balik nulis fiksi lagi kayak waktu kuliah S1 dulu. Tapi memang ekspektasi tidak seindah realita, Bestie. Baiklah, apapun yang terjadi tetap harus dihadapi~

Suatu hari salah satu teman sekelas saya bertanya:

Mbak, kalau dibanding kerja, lebih stress dan capek mana antara kerja dan kuliah?

Momen saat pertanyaan itu dilontarkan adalah pasca kami selesai mengerjakan tugas kelompok di kelas, bersama dengan sejumlah teman kelompok lain, pada pukul 20.00. Saat itu saya dengan percaya diri bilang:

Lebih stress kerja. Sebab kerja itu stress-nya lebih ke drama kantornya aja. Kalau kerjaan itu bisa lah kelar. Hal yang bikin capek itu karena tekanan mental kantornya aja. Apalagi aku ngurusin pegawai, dari yang modelnya bangsat kayak dajjal sampai yang modelnya kayak malaikat. Kalau kuliah, iya aku sekarang stress sama tugasnya yang segambreng ini. Tapi rasanya beda, lebih bernilai dan worth it aja.

Kurang lebih saya jawab seperti itu. Ketika kerja saya selalu diribetkan oleh drama kantor yang sebenernya nggak perlu lah dibesar-besarkan, nggak perlu diberi concern yang serius juga karena sepele. Istilah Bahasa Jawa-nya itu kriwikan dadi grojogan gitu, lho. Hal yang kecil tapi dibesar-besarkan. Itu yang bikin males kalo di kantor.

Nah, kayak contohnya si bos bertitah suatu hal yang nggak substansi dan nggak penting bagi keberlangsungan pegawai, tapi karena itu perintah (balik lagi saya kerja di birokrasi yang budayanya “Yes, Sir” dan dilarang membantah) ya tetap harus dikerjakan. Betul atau salah, berguna atau nggak, kalau bos sudah bersabda, ya pokoknya harus dikerjakan. Itu hal yang bikin saya stress di kerjaan sih.

Iya, sebagai anak rebel pasif agresif memang sebenernya lumayan ngeyelan deep inside. Kalau bos mulai bikin kebijakan offside, rasanya ingin meluruskan. Tapi apalah atuh aing cuma umbi-umbian. Istilahnya, semacam strata terbawah dari perbirokrasian ini. Kami nggak ada kewenangan, meskipun kami tahu argumen kami masuk akal, tetap saja ujung-ujungnya dipandang sebelah mata dan dimentahin aja. Capek akutuuuuh~

Nah, makanya saya usaha cari beasiswa biar bisa tugas belajar alias sekolah lagi. Saya merasa, kalau saya sekolah, saya tidak akan jadi umbi-umbian busuk yang terjebak dengan segala kebodohan kantor. Saya nggak mau menua di kantor dengan goblok. Jujur, awalnya saya memang lumayan menjadikan tugas belajar ini untuk escape for a while to pursue my internal zen. Hahaha.

Lalu, kemudian salah satu teman kantor saya yang dapat beasiswa LPDP lebih dulu daripada saya menasehati:

Luruskan lagi niat sekolahnya. Jangan karena kamu capek di kantor terus pengen melarikan diri dari sini. Sebab sekolah juga nggak mudah.

Kurang lebih seperti itu dia bilang. Seperti ditampar, saya benar-benar meresapi kalimat itu hingga sekarang.

Ya, hingga saat ini saya merasakan betapa sekolah ini berat, penuh perjuangan, so much pain. Hahaha. Namanya juga sedang berproses untuk berubah, mana ada sih perubahan bikin nyaman. Perubahan itu menimbulkan gejolak, tentu rasanya nggak nyaman. Sebab dalam perubahan, kita bergerak dari suatu keadaan statis, menuju keadaan yang dinamis.

Gilaaa keren banget gue. Apakah ini efek kuliah Filsafat Ilmu? Wkwkwk.

Benar banget, sih, kata teman saya itu. Sejak saat itu saya pelan-pelan meluruskan niat, hingga ketika saya menemui kesulitan-kesulitan selama berproses dalam pembelajaran ini saya kembali merenungi tujuan dan niat saya ke sini. Sejauh ini, hal itu cukup berhasil membuat saya tetap berdiri tegak dan berusaha bangkit, meski rasanya kayak ingin mengibarkan white flag.

Iya, setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Sekolah S2 adalah pilihan besar yang saat ini saya pilih. Sebab dalam pilihan ini akan mengarahkan jalan hidup saya ke depan nantinya.

Okelah, akan saya hadapi sisa dua minggu semester pertama ini dengan Bismillahirohmanirrohim~

Bismillah, yuk bisa yuk!

Meskipun selama seminggu ini setiap dosen selesai kasih materi, saya selalu anxious dengan bentuk tugas apalagi yang akan disumpalkan ke kami. Hahaha. Sampai dengar kata ‘Tugas’ sudah cukup membuat otot leher saya tegang dan mata saya pedih, hingga timbullah migrain.

Meskipun sebenernya saya ragu dengan performa tugas saya selama semester ini. Sudah di tahap tawakkal banget deh menyangkut nilai di semester ini. Bismillah lah semoga baik-baik saja, nggak ada yang fail. Agak takut, tapi tetep optimis meski tipis-tipis.

Semangaaaat, bentar lagi liburan, bisa Netflix-an sak jebolmu, Rif~

Semangat juga buat kalian, terutama teman-temanku sekelas. Badai pasti berlaluuu~~

Selamat menyambut liburan.

Habis UAS semoga bisa piknik sekelas ke candi untuk melihat kinerja kita selama satu semester yang sering banget dapet tugas per-candian. Wkwkwk.

 

Yogyakarta, 24 November 2022

 

P.S.:

1.  Tulisan ini dibuat pukul 23.45 hingga 01.14, khawatir kalau nggak one shot nanti nggak ada waktu lagi karena keburu males

2.   Candi adalah terminologi yang kami buat merujuk pada tugas-tugas kuliah dengan deadline mendadak seperti deadline bikin paparan esmelon, mintanya jam 08.00 dipakai rapat jam 09.00. Wkwkwk. Salam, Umbies~