Selasa, 11 Juni 2013

Edisi Gak Penting

20:52 0 Comments


Alohaaa! Kembali lagi bersama saya. Kali ini saya mau pake bahasa yang immature karena hari ini adalah hari kemerdekaan saya. Soalnya habis kelar ngerjain ujian Kepribadian sama ujian Kode Etik. Tugas akhir pun juga udah finish. Udah bisa sedikit bernapas lega. Fuuuuhhh…

Kenapa postingan kali ini saya beri judul Edisi Gak Penting? Iya emang sebenarnya bahan postingan kali ini enggak begitu penting-penting amat buat dishare-kan. Tahu gak kenapa? Karena ini postingan dibikin akibat request dari temen saya. Yaaa… bukan itu juga sih…. Postingan ini dibuat bertepatan dengan hari lahir saya yang ke TUJUH BELAS!!!! YAAAAYYY!!! *sadar Mus, sadar umur*

Well, iya, saya ngaku deh. Iya, umur saya masih ENAM BELAS kok… tiga tahun lalu wueehehehehe. Kalo tiga tahun lalu umur enam belas, sekarang umur berapa hayoo?? Pasti bisa ngitung kan? That’s right! NINETEEN! It means that ROAD TO ‘KEPALA DUA’! Almost TWENTY! For God’s sake! Ternyata SAYA UDAH TUAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Alhamdulillahirabbil ‘alamin… saya masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Allah pada tahun yang kesembilan belas ini. Bersyukur, sangat bersyukur. Apalagi bentar lagi RAMADHAAAANNN!!! YAAAAYYY!!! RAMADHAN SEBENTAR LAGIIII!!!! *Alay kumat, mulai ga sadar sama umur*

Umur Sembilan Belas itu artinya udah memasuki akhir remaja. Udah masuk masa awal dewasa. Maka di umur Sembilan belas ini saya berusaha untuk bisa lebih tidak immature, lebih dewasa, lebih bijaksana, dari sebelum-sebelumnya. Aamiin. Mohon doa dan bantuannya ya teman-teman… :*

Kemudian di hari yang membuat saya ‘bertambah tua’ ini saya pun jadi mikir. Sebenarnya apa aja sih yang harus saya lakukan untuk menyongsong umur kepala dua? Apa aja sih yang sudah saya lakukan sebelum umur kesembilan belas ini? Apa aja sih yang belum sempat dilakukan? Maka saya mencoba merenung. Ternyata, apa yang saya lakukan itu lebih sedikit daripada apa yang belum saya lakukan. Masih banyak beberapa keinginan dan planning-planning yang direncanakan akan dilakukan dalam waktu dekat ini, tapi sampai sekarang masih belum kesampaian. Masiiiihhh… banyak sekali. 

Oh iya, karena biasanya ritual bertambah umur saya itu muhasabah diri, daripada saya tuliskan di sini dan bikin para pembaca yang budiman jadi tambah galau ikut mikir, mending di-skip aja ya. Pertanyaan yang di atas itu cukup biar saya saja yang jawab huehehehe. 

Well, hanya mau membagi cerita yang sebenarnya sama gak pentingnya dengan judul postingan kali ini (Ingat! Judul kali ini postingan Edisi Gak Penting. So, suka-suka saya mau posting-posting gak penting, atau cerita-cerita gak penting edisi saya mueheheh). Hari ini walaupun katanya hari spesial, tapi sama sekali biasa aja, sama kayak hari-hari biasa. Ada sih yang bikin beda, dikit. Yang bikin beda tuh, ucapan-ucapan ‘Happy Birthday, Wish You All The Best’ yang selalu memenuhi wall facebook dan mention twitter saya. Bahkan Whatsapp pun gak kalah ramenya -_-. Bahkan di kampus pun juga (berasa artis sehari). Kayaknya saya harus non-aktifin reminder ultah di facebook deh, biar keliatan siapa yang inget dan siapa yang engga inget ultah saya mehehehe. Tapi sayangnya, cara non-aktifinnya itu saya gak bisa -_-. Biasa sih, karena orang rumah pada gak inget ini tanggal 11 Juni. Hiks. Kalau itu emang udah biasa. 11 Juni itu kayak hari-hari biasa gitu deh… Lagian saya udah tua, mana mungkin orang rumah pada ngasih kue kayak anak-anak TK lagi ultah aja. Hmmm… 

11 Juni 2013 itu sebenernya nothing special. Just like 11 Juni tahun-tahun sebelumnya. Why? Karena momen yang sebenernya saya tunggu, berharap ada sesuatu special terjadi pada saya, sampai jam ini, menit ini, detik ini pun tak ada yang special. Yah… berharap ada Pangeran bermobil Porsche berkuda putih datang ke rumah saya sambil bawa satu kerdus coklat Cadburry satu buket bunga kemudian berkata: 


“It’s a beautiful night, we’re looking for something dumb to do. Hey baby, I think I wanna marry you…”  


Ngek banget! Itu mah yang dateng Bruno Mars bukan White-Horsed Prince -_-. (*eh salah fokus. Maaf saya lagi error).

Yaa… seperti itulah… nothing special karena ada yang masih cuek-cuek aja tuh… 

Teruss…. Sebenarnya postingan ini bakal ngegantung dan gak ada klimaks ataupun ending yang jelas. Udah gini doang, dan ini mungkin akan jadi postingan terabsurd sepanjang karir saya dalam dunia blogging-memblogging. 

Okay, mungkin cukup segini aja. Saya biarkan postingan ini menggantung. Namanya aja postingan Edisi Gak Penting. Udah isinya gak penting, endingnya gak penting pulak. Ckckck parah bener yak… 

Okay, See ya di post selanjutnyaaa… :*

P.S: Oh iya, hari ini juga bertepatan dengan ulang tahunnya Sherina Munaf dan Shia LaBeouf lhoo..  Selamat Ulang Tahun untuk Shia LaBeouf dan Sherina Munaf!!! :)
Pada kenal Shia LaBeouf ga? Itu lhooohh… aktor Disturbia sama Transformer. Yang gak tahu, katrok! Muehehehe. 

P.S.S: Maaf ya penulisnya lagi gangguan. P.S yang di atas tadi gak penting abaikan aja. Oh, udah terlanjur kebaca ya? Yaudah gakpapa hehehe.

P.S.S.S: Maaf lagi jayus banget. Kalo mau nimpukin boleh kok :*

Senin, 10 Juni 2013

The World Needs You

12:07 0 Comments
Ingin rasanya saya membuat postingan ini berbahasa lebih merakyat dan ABG banget seperti halnya postingan-postingan saya yang sebelumnya. Tapi entah kenapa, saya merasa absurd dan ridiculous kalau kembali mengulangi bentuk tulisan saya yang cenderung immature seperti sebelum-sebelumnya. Maka mungkin pada postingan kali ini saya akan menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan masih menyenangkan untuk dibaca.

Kenapa postingan kali ini saya menggunakan judul yang kedengaran cetar membahana ini? Karena saya terinspirasi dengan judul seminar yang baru saja saya ikuti. Seminar ini bertema Kepemudaan. Sebenarnya judul dengan isinya mungkin tidak akan berkolerasi banyak karena apa yang akan saya jabarkan di sini tidak mutlak sepenuhnya berisi materi seminar. Hanya saja saya ingin membagi pengalaman saya mengikuti seminar ini, karena seminar ini mungkin akan jadi salah satu momen yang paling berkesan bagi saya. Hehehe.

Nah, pada postingan kali ini saya hanya ingin menceritakan tentang pengalaman saya mengikuti sebuah Seminar Nasional yang diadakan oleh sebuah universitas swasta di kota Solo. Seminar? Iya, seminar. Pasti kalian bertanya-tanya, apa asiknya seminar ini sih sampai-sampai harus dituliskan dan diberikan sebuah space khusus di dalam sebuah blog. Mungkin ada juga sebagian dari kalian yang menganggap bahwa seminar adalah acara duduk manis yang membosankan. Tak ada bedanya seperti kuliah umum. Well, hal itu memang benar adanya. Tapi bukan sifat-sifat umum seminar ini yang akan saya bicarakan. Seminar yang akan saya bahas ini berkaitan dengan tema (dan pembicaranya juga sih). Hehe.

Well, sebuah seminar pada dasarnya diukur dari menarik atau tidaknya suatu tema dan selain itu seberapa terkenal atau tidak terkenalnya pembicara yang mengisi seminar itu. Apalagi cakupan dari seminar tersebut, apakah itu Seminar Regional, Seminar Nasional, ataupun Seminar Internasional.

Sedangkan pada seminar yang baru saja saya ikuti hari Ahad, 9 Juni 2013 memang memiliki tema yang lumayan menarik. Bertema tentang pemuda, generasi penerus bangsa.  Calon pemimpin dunia. Pemegang kunci peradaban. Lantas, sejauh mana kiprah kita sebagai pemuda pemudi bangsa saat ini?  Apakah kita hanya bertopang dagu, ongkang-ongkang kaki. Lantas berpuas diri hanya menjadi penonton saja? Itulah gambaran singkat dalam seminar tersebut. Itulah menariknya seminar pada kemarin pagi.

Well, sedikit mengaku, sebenarnya bukan karena tema saja. Biasanya kalau saya akan menghadiri sebuah seminar, saya selalu melihat pembicaranya. Yap, pembicara memang sesuatu yang sering dijadikan parameter apakah seminar tersebut akan menarik atau tidak. Banyak peminatnya atau sedikit peminatnya. Tentu seminar yang sukses, selain mengusung tema yang up to date tentu saja disokong dengan mengundang seorang pembicara yang tak kalah up to date, terkenal, dan sedang booming. Perlu kalian ketahui, seminar bukanlah sebuah panggung konser, dan di sini mungkin kalian tidak akan menemukan semacam penyanyi Korea, girlband maupun boyband asal Negeri Ginseng dan segala hal-hal booming yang selalu kalian anggap sebagai sesuatu yang update dan lagi ngetren (ini kenapa jadi out of topic (?)). Yap, tulisan ini dirasa semakin bertele-tele saja, langsung saja kalau begitu (kebiasaan kalau bikin postingan, preambule-nya selalu kepanjangan).

Sebenarnya di sini saya hanya ingin mengatakan, kenapa seminar ini terlihat menarik (menurut saya)? Karena salah satu dari tiga pembicaranya adalah seorang penulis novel favorit saya, yang statusnya selalu saya share di facebook, yang fanpage-nya selalu enak untuk di-stalking hehe. Yap, salah satu pembicaranya adalah Tere Liye. Muehehe. Saya di sini tidak akan membahas panjang lebar tentang materi dari seminarnya, karena kalau dituliskan terlalu panjang. Mungkin hanya beberapa materi yang dirasa penting untuk dibagikan, akan saya tuliskan. 

Yap, langsung saja, pasti sudah paham semua kalau Tere Liye itu laki-laki. Tapi mungkin ada beberapa orang yang mengira Tere Liye itu perempuan. Hahaha, lucu sekali. Lalu apa hubungannya dengan seminar ini? Sebenarnya tidak ada hubungannya jenis kelamin dengan seminar ini. Saya juga bingung kenapa saya menulis itu -_-. 

Hmm… jujur saja, ini kali pertama saya mengikuti seminar yang pembicaranya Tere Liye. Karena sebenarnya saya sungguh penasaran dengan penulis satu ini. Pengen banget ikut seminarnya tapi selalu saja kehabisan tiket. Saking banyak peminatnya kali yak… Dan Alhamdulillah rasa penasaran saya terjawab sudah setelah saya mengikuti seminar ini.

Kalau dilihat dari tulisan-tulisannya di fanpage dan novel-novelnya yang selalu dalam, menyayat hati, dan selalu-gue-banget itu pasti akan memberikan kesan bahwa Tere Liye itu orangnya… yah… semacam melankolis, agak feminim, perfeksionis, dan segala bentuk atribusi-atribusi awal yang mengira-ngira bagaimana kepribadian penulis satu ini. Dan, rasa penasaran akan Tere Liye terjawab sudah dengan nyata dan jelas, karena sangat terpampang nyata. Rasanya antara pengen ketawa, takjub, surprise, dan segala campur aduk saat pertama kali lihat style-nya Tere Liye. Bagaimana tidak? Karena penulis satu ini bener-bener lucu sekali, dua pembicara yang lainnya menggunakan pakaian formal (kemeja batik, celana bahan warna hitam, dan sepatu kerja), sedangkan Tere Liye? Tentu saja siapapun yang melihat akan kaget dan tidak percaya (apalagi seperti saya ini yang selalu tak pernah absen menge-stalk fanpage beliau). Beliau hanya memakai kaos lengan panjang seperti sweater, celana jeans dan SANDAL JEPIT! Iya, kalian gak salah baca, dan saya juga tidak salah nulis kok. SANDAL JEPIT! Oh Gosh! Bener-bener kayak baru aja bangun tidur terus berangkat ke acara seminar. Tentu saja saya gak salah lihat karena saya berada di barisan paling depan, barisan pertama dari panggung. Apa yang dipake Tere Liye jelas banget lah, lagian mata saya masih normal, enggak minus.  Sungguh, penulis satu ini sangat eksentrik.  Dalam hati saya bilang: “How wonderful! Gue suka gaya loe, Pak!” wkwk. Karena dengan gaya yang terkesan slengekan itu yang membuat dirinya unik dan berbeda dari yang lain. Hahaha. Maka dari itu, seharian tadi saya takjub, aahhh… pokoknya speechless mau ngomong apa. Gaya nya Tere Liye itu… KECE BANGET!!! :D 

Bytheway saya jadi inget waktu dr. Tonang (dosen FKUNS yang juga salah satu pembicara seminar tersebut) sampai bilang: “Kayaknya saya salah kostum…” sambil tertawa seraya melihat Tere Liye. Tere Liye juga ikutan senyum-senyum hahaha. 

Dan satu lagi yang membuat saya kaget adalah gaya bicaranya. Yah… saya kira beliau akan berbicara dengan bahasa melankolis seperti halnya tulisan-tulisannya yang penuh dengan nuansa melankolis. Hei, tapi ternyata sungguh berkebalikan dengan apa yang saya bayangkan. Gaya bicaranya sangat kece lagi! Sekali lagi, kece banget! Langsung straight to the point, tidak bertele-tele, dan tidak penuh dengan ameliorasi konotatif sebagai bentuk penghalusan. Benar-benar apa adanya. Benar-benar tipikal gaya bicara orang eksak. Ya, karena memang beliau adalah orang eksak, maka tidak heran juga kalau gaya bicaranya seperti itu. Hahaha. Yap, seperti itulah kesan pertama saya terhadap penulis tersebut :D

Yap, anyway, kalau dipikir-pikir, gaya bicara dan style nya Tere Liye itu mirip banget sama Pak Jokowi. Tahu kan Pak Jokowi kalau ngomong kayak gimana? Semacam apa yang ada dalam pikirannya itu dikeluarkan semuanya. Kalau lagi ngomong gitu walaupun nge-jleb dan sarkastisnya bener banget tetapi memang benar adanya. Memang kenyataannya seperti itu. Nge-jleb tetapi lucu. Aaahhh… yaaahh… tipikal seperti itulah saya juga bingung cara pendeskripsiannya seperti apa hehe.

Anyway, bagi yang pernah atau sering datang ke seminar yang Tere Liye jadi pembicaranya, mungkin sudah tidak asing dengan preambule nya Tere Liye yang super duper menyindir banget hahaha.

“Siapa yang datang ke acara seminar ini cuma mau ketemu saya?”
Dalam hati saya jawab: “Saya! Hehehe”
“Siapa yang datang ke acara seminar ini karena mau minta tanda tangan di buku saya?”
Dalam hati saya jawab: “Oke pak saya ngaku, hehe”
“Siapa yang datang ke acara ini karena mau cari ilmu?”
Dalam hati saya jawab: “Yah… cari ilmu sama mau ketemu Tere Liye ehehe”
“Siapa yang datang ke acara seminar ini yang sudah like fanpage saya?”
Saya jawab: “Iye pak saya lagi, hehe” sambil ngacung
“Tapi kenapa kalian masih mau datang ke sini? Sebenarnya apa yang saya sampaikan tidak jauh berbeda dengan apa yang saya tuliskan di facebook”
Saya hanya nyengir “Hehehe” semua peserta seminar tertawa.
Terus beliau tanya lagi: “Siapa yang sebelumnya udah pernah datang ke acara yang saya juga jadi pembicaranya?”
Tiba-tiba ada cowok yang ngacung. Terus beliau tanya: “Emang kamu gak bosen, mas?” semua peserta tertawa. Hahaha.

Nah, mungkin cukup segitu saja cerita tentang Tere Liye nya. Oh iya saya juga mau membagikan sedikit tentang apa yang telah disampaikan oleh Tere Liye beserta pembicara-pembicara yang lainnya saya padatkan jadi satu. Semoga tulisan saya ini dapat menginspirasi para pembaca yang budiman.

Masa muda itu masa keemasan. Kenapa? Karena pada masa ini kita, selaku pemuda, masih memiliki fisik dan mental yang kuat. Pada masa ini, fisik kita telah melalui perkembangan yang pesat. Biasanya para pemuda memiliki badan yang sehat. Selain badan yang sehat mereka juga memiliki mental yang kuat. Dijatuhkan sekali maka mereka akan berusaha untuk bangkit lagi. Lantas, kita yang sekarang berada pada masa keemasan ini apa yang telah kita lakukan? Apa yang telah kita lakukan sesuai dengan keistimewaan yang ada pada kita para pemuda? Sebenarnya untuk menjadi pemuda yang bermanfaat itu tidaklah muluk-muluk. Seperti kata Tere Liye, langkah-langkah menjadi pemuda sejati itu adalah:

1.    Semua dari kita itu spesial
Tentu saja diri kita itu spesial. Seberapa pun anehnya kita, tetap diri kita itu spesial. Tidak usah muluk-muluk menjadi spesial untuk semua orang. Kalau kita tidak menjadi spesial di antara yang spesial, maka sebenarnya kita itu masih spesial di mata keluarga dan orang tua kita. Namun jikalau mungkin kalian merasa kita belum menjadi spesial untuk orang tua dan keluarga kita, maka kita bisa menjadi spesial menurut kita sendiri. Gigit pemahaman ini baik-baik, karena sebenarnya kebahagiaan yang hakiki itu terletak pada hati dan diri kita masing-masing. Bukan terletak seberapa kaya atau kerennya kita.

2.    Taklukkan kemalasan.
Ini memang yang paling berat. Karena kata Tere Liye, musuh terbesar kita adalah kemalasan. Tapi terkadang kemalasan itu bisa menjadi teman baik kita. Mau gak mau sifat malas itu harus ditaklukkan. Jangan mudah terbuai dengan kenikmatan-kenikmatan yang melenakan. Karena sebenarnya waktu terbaik untuk menyiapkan sesuatu itu jauh-jauh hari dari sebelumnya, minimal 20 tahun sebelumnya.

3.    Kompetitor terbesar kita adalah diri sendiri.

Karena di dalam diri sendiri itu terdapat pikiran-pikiran yang bisa saja menghambat kita untuk maju. Kemalasan pun juga berasal dari diri kita. Maka sebaik mungkin kita dapat menaklukkan diri kita dan melakukan semuanya dengan baik. Pemahaman yang tidak boleh dilupakan adalah, kebahagiaan itu berada dari diri kita sendiri. 

4.    Ketekunan adalah kunci dari segalanya.

Barangsiapa senantiasa tekun dalam melakukan sesuatu maka ia akan mendapatkan buahnya berupa hasil yang diharapkan. Selalu tanamkan pemahaman tentang ‘tekun’ itu baik-baik.

5.    Lakukan yang terbaik, tidak ada resep spesial untuk menjadi spesial!
Kalau yang sering membaca tulisan-tulisan di fanpage Tere Liye maka penjelasan-penjelasan tersebut mungkin sudah tidak asing atau bahkan khatam dan hapal mati haha. Lakukan yang terbaik itu sebenarnya tidak muluk-muluk. Karena orang yang senantiasa melakukan segala pekerjaannya dengan sebaik-baiknya maka ia akan mendapatkan apa yang terbaik. Sebagai pemuda, apapun cita-cita kita itu tetap bagus. Tetap lakukan yang terbaik. Nikmati sebuah proses dengan melakukan yang terbaik. Kita tidak perlu menjadi sesuatu yang lain untuk menjadi hebat. Hidup kita itu dinilai bukan dari seberapa kayanya kita, tetapi sejauh mana kebermanfaatan kita terhadap orang-orang di sekitar kita. 

Well, mungkin cukup sekian postingan saya kali ini, semoga para pembaca setia blog saya yang budiman tidak bosan walaupun tulisan saya kadang-kadang absurd dan gak jelas ataupun out of topic. Semoga tulisan saya kali ini dapat kalian baca dan kalian dapat menggigit pemahaman ini dengan sebaik-baiknya (seperti kata Tere Liye). Walaupun saya tidak pandai berbicara (biasanya saya berbicara terlalu cepat karena otak saya berjalan lebih cepat daripada mulut saya, untuk mengimbanginya maka saya sering ngomong cepat kalau lagi presentasi hehe) maka cara saya menyalurkan ilmu yang telah saya dapatkan adalah dengan menuliskannya dan membagikannya kepada kalian semua. Terima kasih. See ya di post selanjutnya… :)