Selasa, 21 Juli 2015

Serial Detektif Fenomenal Sepanjang Masa, Sherlock (2010)

09:09 2 Comments
Postingan pertama di bulan Juli, akibat terlampau sibuk dengan rutinitas magang dan Ramadhan. Begitu pula, saat Ramadhan saya mengalihkan kebiasaan menulis saya di tumblr. Yup, tumblr tersebut memang saya khususkan untuk berbagi tulisan inspiratif, sedangkan blog ini lebih bersifat curcolan pribadi dan showing off tentang ketertarikan pribadi. Hehehe. Selain itu pula, saya sedang tidak ada bahan untuk menulis di blog. Lebih tepatnya, sedang menghentikan aktivitas nonton film selama bulan Ramadhan. Eh, tapi tidak sepenuhnya sih, awal Ramadhan lalu saya masih sempat menghabiskan serial drama Korea, Pinnochio. Hehehe.
source: www.imdb.com
Setelah Ramadhan hampir usai saya pun menyempatkan menonton serial lagi, kali ini bukan drama Korea. Yup, saat ini saya sedang gandrung dengan serial Sherlock Holmes. Anyway, ini bukan film Sherlock Holmes yang dimainkan oleh Robert Downey Jr. Ini berbeda, karena Sherlock Holmes di sini diperankan oleh Benedict Cumberbatch.
Saya sudah lama mengincar film ini, serta sudah masuk dalam daftar want-to-watch saya sejak SMA. Namun, baru di semester tua masa kuliah, saya baru sempat menonton filmnya. Hm, sungguh menyedihkan, sangat terlambat.
Buah karya tak lekang oleh waktu Sir Arthur Conan Doyle ini memang memiliki sejumlah penggemar lintas generasi. Meskipun di setiap generasinya, Sherlock Holmes telah dibuat berpuluh-puluh film dan serial dengan ide cerita sama, namun tidak cepat membuat penontonnya menjadi bosan karena selalu menghadirkan nuansa yang berbeda.
Pertama kali menonton Sherlock ala Benedict Cumberbatch ini benar-benar membuat hati saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Oke, mungkin terdengar berlebihan, namun, oh ayolah, dengan aksen British kental serta suara berat dan dalam itu, wanita mana yang tidak terpikat? Oke, ini alamiah, kenapa wanita menyukai suara pria yang dalam dan berat, karena hal itu mengindikasikan level testosterone yang tinggi. Maaf, ini memang agak out of topic. Hahaha.
Selain karena sentuhan aksentuasi British tersebut, sejak duduk di bangku menengah pertama saya telah menyukai karakter fiksi Sherlock Holmes ini. Saya tidak kecewa dengan live action ini meskipun Sherlock Holmes dikisahkan hidup di abad 21, bukan Sherlock Holmes abad 19 yang selama ini saya kenal. Sherlock Holmes memang salah satu karakter detektif yang fenomenal dan hampir tak habis digerus masa. Serta, kebrilianan Sherlock Holmes dalam mengungkap kasus selalu membuat saya tercengang-cengang. Yeah, my heart has stolen by Sherlock Holmes, successfully. Haha.
Yup, serial ini masih memiliki tiga musim (artinya masih ada musim keempat, namun entah kapan rilisnya) yang memiliki tiga episode di setiap musimnya. Ending musim pertama ditutup dengan ulah Jim Moriarty yang membuat setiap penonton, siapapun, di manapun, dan kapanpun mereka berada, mendadak tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat memikirkan kelanjutan episode di musim kedua. Halah.
Benedict Cumberbatch. (www.imdb.com)
Musim kedua Sherlock Holmes berubah menjadi sangat berbeda dibandingkan musim pertama. Musim kedua mengungkap bahwa di balik karakter Holmes yang datar, kaku, dan kharismatik itu tersimpan sosok lelaki biasa yang memiliki sisi emosional pada umumnya. Ah, pasti kalian sudah tahu yang saya maksudkan. Ya, ketertarikan terhadap lawan jenis. Cinta. Romansa melankolis. Terbukti di episode Scandal in Belgravia di mana Sherlock bertemu dengan Irene Adler yang membuat saya tiba-tiba jadi cemburu. Halah. Sampai segitunya, karena Sherlock Holmes tiba-tiba menjadi detektif galau yang menciptakan lagu balad dengan biolanya. Bagaimana mungkin Sherlock Holmes jadi lemah terhadap wanita, hah? Sempat saya berpikir seperti itu. Hahaha. Well, cemburu sekali, karena hal itu membuat saya menjadi insecure. Lalu saya pun berpikir, lelaki pintar akan tertarik dengan wanita yang memiliki kemampuan sama dengan dirinya, hingga membuatnya penasaran. Hm, lalu kemudian saya merasa bahwa saya tidak terlalu pintar dan itu artinya saya sulit untuk mendapatkan lelaki pintar. Ah, sudahlah, abaikan bagian ini.
Martin Freeman as Dr. Watson.
Selain Sherlock Holmes, karakter utama kedua yang tidak kalah penting adalah karakter dr. John Watson, seorang dokter militer yang telah pensiun dari dinas militernya. Sherlock Holmes featuring Dr. John Watson semacam satu paket. Sherlock Holmes tanpa Dr. John Watson bagaikan sayur tanpa garam, seperti ada yang kurang, rasanya hambar. Mereka saling melengkapi. Huehehe. Meskipun, dua orang sahabat yang tinggal dalam satu flat ini sering disangka pasangan gay. Ini akibat cerita yang berlatar abad 21, di mana sesama jenis tanpa ikatan keluarga yang tinggal dalam satu rumah sering disangka pasangan gay. Huft, itu membuat saya menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Huahaha.
Sampai saat ini saya sudah menonton serial ini hingga musim ketiga. Masih dua episode lagi, itu artinya cepat atau lambat saya akan menyelesaikan menonton serial ini. Lagi-lagi saya terjebak hangover dan saya tidak mau cepat-cepat menyelesaikan menonton serial ini. Musim keempat, cepatlah datang!
Oh iya, satu lagi, di serial ini Sherlock Holmes diceritakan memiliki sebuah website The Science of Deduction. Lalu, suatu malam pasca menonton Sherlock Holmes, saya iseng-iseng googling tentang serial ini. Tiba-tiba saja saya dikejutkan oleh sebuah website yang masuk di daftar pencarian paling atas, The Science of Deduction itu. Langsung saya klik, kemudian saya pun makin terperangah karena website itu benar-benar ada. And I wish Sherlock Holmes were not fiction character too. Oke, mungkin saya terlalu terbawa suasana. Huft. Sampai saat ini, rating IMDb serial Sherlock ini sudah mencapai 9,3/10. Sungguh, saya sangat menantikan serial di musim keempat.
Anyway, ngomong-ngomong tentang Benedict Cumberbatch, saya penasaran apakah suara aslinya benar-benar dalam dan berat serta terkesan sangat cool and sexy. Sayangnya, saya belum menonton filmnya yang lain, The Imitation Game. Selama menonton serial ini, saya selalu kepikiran, suara Benedict Cumberbatch mirip sekali dengan suara Professor Severus Snape. Halah. Hahaha. Lalu, saya jadi berpikiran kalau struktur wajah Benedict Cumberbatch ini mirip sekali dengan vokalis Coldplay, Chris Martin. Tulang pipi menonjol, wajah tirus, iris mata berwarna terang, kulit pucat, rambut sedikit ikal. Hm, mirip sekali. (Ini kenapa malah jadi mirip-miripin wajah orang, sih?)
Hm, satu lagi, saya suka sekali penggambaran Sherlock Holmes yang kurus tinggi, gemar memakai tuksedo tanpa dasi, syal yang melingkupi lehernya, serta mantel panjang dengan kerah leher dinaikkan. Such a good-looking man… :3
Okay, mungkin cukup segini saja ulasan dan curcolan mengenai serial Sherlock ini. Lumayan, buat nambah-nambahin isian blogspot yang semakin suwung. Jika kalian merindukan postingan saya, sedangkan di blogspot tidak ada postingan baru, silahkan mampir di tumblr saya saja. Hehehe.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya… :)

Ini keren! Source: www.imdb.com

P.S.: Bahkan komikus sekelas Aoyama Gosho juga penggemar Sherlock Holmes. Terbukti dengan karakter Shinichi Kudo yang menggunakan nama Conan serta memiliki ketertarikan mendalam dengan segala hal yang berbau Sherlock Holmes. Halah. Oke, mungkin sudah banyak yang tahu masalah ini. Hehehe.