Kamis, 26 Januari 2017

# Kampus Fiksi

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge] Day #8 – Sebenarnya Saya…

Sebenarnya saya mirip Felicity Jones *dirajam massa* [source]
Sebuah pertanyaan yang cukup sulit, membuat saya menggali ingatan-ingatan tentang pendapat sejumlah orang mengenai diri saya. Sejujurnya, saya tidak begitu yakin karena semacam lupa-lupa ingat dengan kesan awal beberapa orang yang kenal dengan saya. Baiklah, saya akan mencoba menulis lima opini orang lain berdasarkan memori yang berhasil saya ingat, tapi tidak sesuai dengan fakta tentang saya sebenarnya.
Opini 1: Pendiam dan Kalem. Fakta: Cerewet dan Galak
Banyak yang bilang awal kenal dengan saya, kesan yang ditampilkan adalah pendiam dan kalem. Sesungguhnya, itu hanya pencitraan. Hahaha. Akibat wajah saya yang bertipe melas dan menyedihkan ini jadi banyak yang menganggap saya pendiam. Awalnya, memang saya pendiam, sebab saya belum benar-benar mengenal lawan bicara saya dan saya nggak bisa ala-ala sok kenal sok dekat. Tapi setelah kenal, kalian akan tahu betapa cerewetnya saya. Kadang (atau sering) saya galak pada hal-hal yang menuntut saya untuk bersikap agak galak. Halah. Tapi saya nggak gigit, kok.
Opini 2: Kaku. Fakta: Cengengesan
Hanya karena saya suka belajar, bukan berarti wajah saya mirip buku diktat. Hanya karena saya menyukai ketepatan waktu, bukan berarti saya nggak bisa fleksibel. Hanya karena saya suka membaca hal-hal serius, bukan berarti saya nggak bisa bercanda. Saya malah nggak suka suasana kaku, dingin, dan mencekam. Suasana itu malah membuat saya tercekat, grogi, dan cemas. Saya malah suka suasana yang hangat dan penuh humor. Teman-teman saya pun banyak yang bertipe cengengesan. Ah, kalau kalian sudah kenal dekat dengan saya, mungkin akan paham betapa cengengesannya saya. Bahkan cengengesan saya sudah menular ke adik saya. Hmmm….
Opini 3: Cuek. Fakta: Sebenarnya peduli, hanya saja sengaja nggak kentara~
Kalau ada yang bilang saya cuek dan nggak peka, mungkin dia belum mampu menembus kepribadian INFJ saya yang super misterius. Saya suka mengamati tingkah laku orang-orang, gaya berbicara mereka, gaya berpakaian mereka, ekspresi wajah mereka, bahkan hingga bahasa yang mereka gunakan ketika chatting. Beware, I can see through your soul! Bentuk kepedulian saya memang tidak pernah saya tunjukkan terang-terangan, karena saya berusaha supaya nggak kelihatan mencolok sekali. (Halah, alasan! Bilang saja gengsi kalau kelihatan peduli banget!). Eh, tapi kadang-kadang saya cuek untuk hal-hal yang saya anggap nggak penting, sih. Daripada buang-buang waktu, lebih baik cuekin saja. Jadi, cuek atau peduli? Saya juga bingung sebenarnya. #krik
Opini 4: Rajin. Fakta: Prokrastinasi
Bukan berarti jika saya melakukan hal-hal produktif secara berkala itu tergolong rajin. Saya malah lebih sering menjadi deadliner, menyelesaikan sesuatu ketika detik-detik terakhir. Prokrastinasi itu memang enak di awal, tapi menderita di akhir. Saat ini saya juga sedang berjuang untuk memanajemen prokrastinasi saya supaya tidak terlalu parah. Untuk mengatasi prokrastinasi, biasanya saya suka mencicil pekerjaan sedikit-sedikit dari awal, hingga ketika menjelang deadline tinggal menambah yang kurang. Salah satu hal yang membuat saya kadang prokrastinasi adalah sifat perfeksionis saya yang kadung mendarah daging. Perfeksionis berlebihan itu melelahkan, Kawan. Kadang-kadang bikin pekerjaan jadi lama selesai karena terlalu kepikiran dengan hasil akhirnya, apakah sesuai ekspektasi atau tidak. Saya bisa tiba-tiba bad mood kalau baca buku banyak salah eja dan langsung gelisah kalau menemukan satu typo dalam tulisan saya. Huft, melelahkan!
Opini 5: Pintar. Fakta: Gampang penasaran (atau kalian kena hallo effect)
Saya mah apa atuh, hanyalah butiran molekul gas kentut orang yang habis makan jengkol. Bukan berarti saya pintar kalau buku yang saya baca (agak) banyak. Justru baca buku tersebut hanya untuk memuaskan rasa penasaran saya yang menggunung ini. Justru karena saya sebenarnya tidak banyak tahu dibanding kalian, maka saya merasa harus baca banyak buku. Intinya, saya tidak pintar! Masih lebih pintar kamu. Iya kamu, cucunya Einstein. Wkwkwk.

Akhirnya, selesai juga tulisan yang membuka aib diri sendiri ini. Baiklah, cukup sekian lima opini orang yang berlawanan dengan lima aib saya. Tentu saja sebenarnya aib saya masih banyak. Jelas nggak saya tulis semua. Nanti kalau suatu hari calon suami saya baca (kalau calonnya sudah ketemu), bisa anjlok image kalem saya. Huahaha.


Solo, 25 Januari 2017

6 komentar:

  1. setahuku Musrifah pintar, rajin (kalau nggak percaya lihat ini blognya banyak tulisan. kalau nggak rajin mana bisa?), cuma yang agak mengejutkan dia itu DOYAN PEDAS. setidaknya, pernah makan bareng dan ternyata dia doyan pedas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau doyan pedas adalah fakta yg sungguh2 benar! Huehehehe. Ah, Mba endah kok ingat kebiasaanku suka makan pedas. Jadi malu wkwk 😄

      Hapus
  2. Waaah Rifa INFJ!!! Tidak mengherankan ngambilnya jurusan psikologi XD

    BalasHapus