Sabtu, 06 Juli 2013

# Cerpen # Cinta

Blog and Diary



Ardi’s Zone (ardiloarmadillo.blogspot.com)

Posted on January 28th, 2007

Aku ingat saat pertama kali aku kenal kamu. Kamu hanyalah gadis biasa yang tidak cantik dan tidak mempesona. Kita memang satu sekolah, tetapi kita tidak begitu saling kenal dekat. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasakan ada hal yang aneh pada diriku. Tapi aku takut mengakuinya. Setiap aku berpapasan denganmu, ada semacam rasa aneh yang kurasakan. Walaupun kutahu kamu tak akan peduli itu.

Aku ingat hari itu, kamu dengan santainya melenggang di hadapanku, dan aku tahu kamu juga tak begitu pedulikan aku. Aku katakan sekali lagi, kita tak cukup dekat, bahkan sangat sangat jauh. Kamu juga tak akan peduli dan tak akan pernah mau tahu kalau rasa hati ini saat kamu berjalan di dekatku bagaikan sesuatu yang tak bisa terejawantahkan dengan sekumpulan kata-kata biasa. Sulit untuk jujur pada hati ini. Bahkan setiap malam dirimu selalu membayangiku. Walaupun kucoba tuk berbohong pada diriku sendiri kalau aku tak memiliki rasa itu. Sakit memang, kalau dipendam seperti itu. Dan semakin aku mengelak, rasa itu semakin membandel tumbuh subur bak jamur di musim hujan. 

Aku ingat hari itu, aku merasa ada yang tak beres dengan hati ini. Maka kucoba untuk menata hatiku kembali. Fokus pada tujuan akhirku di sini. Aku tak mau sesuatu seperti rasa ini melunturkan ambisiku. Dan aku sedikit demi sedikit belajar tuk membencimu. Karena dirimu telah mengganggu hidupku dengan cara yang lain. 

Walau sekuat tenaga aku selalu mendoktrin hatiku untuk selalu berkata ‘aku benci dirimu’ tapi sebagian hati yang lain seperti menjerit tak rela. Dan akhirnya aku bertekuk lutut dengan semua ini. Oh Tuhan, kenapa ini terjadi pada diriku?

Aku selalu berpikir, apakah kau tercipta untukku? Tapi pertanyaan gila itu selalu kutepis, dan mencoba untuk tak akan pernah memikirkan hal itu lagi. Tapi kenapa kamu selalu ada di setiap mimpiku? Muncul di saat aku sendirian dan sepi? Bahkan aku ingat juga saat aku menjadi salah tingkah saat bertemu denganmu. Tapi lagi lagi, kau juga tak akan peduli denganku.

Dan sering otakku melontarkan pertanyaan pertanyaan gila yang lain, aku selalu berpikir apakah kau juga pernah memikirkan diriku? Dan aku tau angan-anganku terlalu tinggi. 


***

28 January 2007 at 8.50 pm

Dear Kamu

Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu terbayang-bayang wajahmu. Untuk yang kesekian kalinya, aku melihat kau berjalan di koridor itu. Kau tahu, rasanya seperti sebuah hembusan angin. Membelai. Membuai. Melenakan siapa saja yang merasakannya. Dan itulah yang terjadi padaku.

Kamu itu misterius! Jujur saja aku menyukai style mu yang misterius itu. Kemisteriusanmu sungguh membuatku semakin penasaran akan dirimu. Sosokmu itu…. Bagaikan bayangan yang selalu hadir di setiap mimpiku. Kau tak pernah tahu kalau aku menyimpan rasa ini. Rasa yang begitu bodoh dan hina. Setiap aku melihatnya jantungku terasa ingin kubuang. Aku berharap tak memiliki jantung yang setiap bertemu denganmu selalu mengehentak rongga dada. 

Kuharap kau tak akan pernah tahu. Dibalik keacuhanku dan ketidakpedulianku akan kehadiran dirimu, dibalik itu pula aku menyimpan getar-getar yang memaksa setiap ujung lidahku untuk merangkai kata-kata indah, memaksa sudut bibirku untuk membuka, memaksa otak ini menyusun sebaris kata, yang mungkin bisa menggambarkan perasaanku kepadamu.

Kau tahu? Aku senang melihat senyummu. Senyummu itu benar-benar menyejukkan siapa saja yang melihatnya. Kau tahu? Setiap aku berjalan melewati dirimu rasanya aku ingin kabur saja. Aku malu. Aku grogi. Rasanya aku ingin berteriak memanggilmu dan mengatakan sesuatu yang menyesakkan rongga dada ini.
Memang kita tak saling kenal dekat. Memang kau dan aku jauh. Tapi apa aku salah kalau aku punya perasaan itu. Kuakui memang aku tak pernah mengenal sangat dekat sosok dirimu. Tapi apa aku salah kalau aku memiliki rasa itu pada seorang ‘asing’ yang belum aku kenal secara detail setiap inchi nya. Apa aku salah mengenalmu secara ‘buta’ saja. Secara universal saja. Kadang aku juga tak pernah habis pikir kenapa aku begitu menyukaimu. Kau memang bukanlah pangeran tampan seperti yang ada di cerita negeri dongeng. Tapi, pesonamu bukanlah ketampananmu. Itulah yang menggetarkan pintu hati ini, sosokmu menyeruak masuk menempati bagian hati ini yang memang masih kosong.

Kau dan aku jauh. Jauh fisik, dan perlu aku ingat kita tak pernah saling dekat satu sama lain. Tapi aku harap, hatiku dan hatimu menyatu... Aku tak pernah ingin berharap kalau kamu adalah bagian diriku tapi sebagian dari diriku ingin berkata: “semoga kamulah separuh dari diriku”. 

Kuakui memang aku bukanlah gadis idaman. Kuakui aku bukanlah siapa-siapa. Tapi bolehkah aku bermimpi untuk menjadi bagian dirimu? Dan pertanyaan bodoh ini memang selalu menggangguku di setiap waktu. 

Dan aku akan tetap menyimpan rasa ini di dalam hati. Biar saja, kita berjalan di sini sendiri-sendiri. Biar saja, jika Tuhan memang mengijinkan kelak aku dan kau bersama, suatu saat pasti akan terjadi. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, maka tolong Tuhan hapus semua bayang-bayang dia dari dalam otakku, hilangkan perasaan ini, jauhkanlah aku dari dia, biarkanlah diriku hidup tenang, dan pertemukanlah aku dengan seseorang yang tepat. Hapuskanlah dia dari ingatanku kalau memang dia bukanlah untukku…


P.S: Jangan su’udzon ini hanyalah cerpen karangan fiktif belaka. Ini cerpen ditulis waktu saya masih kelas 11 SMA (dua tahun lalu) dan baru dilanjutin tanggal 16 November 2012. Lantas, baru dipostkan di blog hari ini karena saya kurang pede hehe. Tenang, bukan kisah nyata penulis. Sekian. :) Inspired by: Crush – David Archuletta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar