Minggu, 05 Januari 2014

# Movie

[Movie Review] Memento (2000)



Rating IMDb: 8.6/10
Setelah selama beberapa hari terakhir berfokus pada tulisan konyol, aneh, dan tidak jelas, maka saya pun kembali menulis sesuatu yang lebih jelas dari sebelumnya. Halah -_-. Daripada berlama-lama, langsung saja, deh…
Beberapa hari yang lalu, saya menonton film yang, ya… bisa dibilang keren banget! Ini ikhlas kok nulis ‘keren banget’-nya hehehe. Oke, saya mencoba tidak terlalu alay seperti tulisan-tulisan Movie Review saya sebelumnya. Hehehe.
Yup, film yang saya tonton beberapa hari lalu adalah Memento. Film arahan sutradara kondang, Christopher Nolan ini memang berciri khas film Pakde Nolan banget. Tentu kita tidak lupa dengan filmnya yang menuai banyak pujian, Inception, yang menuai rating 86% pada Rotten Tomatoes dan rating 8.8/10 pada situs IMDb.com. Kita tentu ingat bagaimana Pakde Nolan membangun alur pada Inception, meng-create motion picture, dan membuat penonton berdecak kagum atas kebrilianan idenya. Oke, ini lebay, tetapi untuk kategori film fiksi sains yang banyak menyita pikiran saat menontonnya – mau nonton film aja pake mikir, gimana kagak pening, tuh? – memang saya rasa sangat brilian. Ide cerita Inception tentang lucid dream ini memang sangat aneh, but ternyata menurut para ahli hal itu merupakan keniscayaan jika dalam alam mimpi kita bisa saja melakukan lucid dream.
Menurut hemat saya, kebrilianan ide seorang film-maker dalam membuat film adalah saat film yang dibuatnya membuat penonton berpikir keras dan tak sanggup melewatkan satu detik scene pun saat menontonnya. Ya, karena film itu tentu saja menyita banyak energi pada cerebrum kita, memaksa sel-sel kelabu untuk menyalurkan neurotransmitter dengan cepat. Membuat kita selalu berseru “Ini maksudnya gimana, ya?”, “Oh, jadi yang tadi itu ini, toh?”, “Blimey! Ternyata twistnya begini!” serta sejumlah hal-hal menakjubkan dan unpredictable lainnya. Oke, maaf, bahasanya aneh lagi. Hehehe.
Nah, begitu pula dengan Memento. Film yang dirilis tahun 2000 itu pun juga mengangkat sebuah ide yang sama yaitu tentang pikiran. Masih ada sedikit sangkut pautnya dengan pikiran manusia. Maka tak heran jika film ini bergenre psychological thriller. Oh iya, satu lagi, sebenarnya film ini memiliki multi-genre, yaitu neo-noir psychological thriller. Wow, mencengangkan, saudara-saudara! Hehehe.
Jadi, film ini berkisah tentang seorang suami yang berusaha mencari pembunuh dan pemerkosa istrinya. Namun sayangnya, sang suami memiliki sebuah keterbatasan. Ia memiliki short-term memory yang buruk. Ia dengan mudah melupakan kejadian yang baru beberapa menit lalu baru saja dilakukannya dan juga beberapa hari kemarin. Bayangkan, betapa tersiksanya dia (Halah, saya lebay lagi…). Ya, tentu saja, coba kalau kalian berada di situasi itu, pasti berasa kayak orang bego hidup di dunia. Memori yang berhasil dia ingat adalah saat kematian istrinya yang dibunuh oleh pembunuh-bertopeng.
Film yang dibintangi Guy Pearce ini memang full of thrill. Tapi tidak sethriller Final Destination atau Saw -_- (Yaiyalah, namanya juga psychological thriller, bukan sadistic thriller or horror thriller). Yang menakjubkan dari film ini adalah alur yang tidak biasa, lagi-lagi. Seperti ciri khas film Pakde Nolan kebanyakan yang selalu mengajak penonton berpikir serta menyerahkan kesimpulan akhir film kepada penontonnya, film ini juga membuat penonton harus mengerut-ngerutkan jidat dan menggosok-gosokkan dagu sebagai bahasa nonverbal dari “mikir keras”. Pada film ini, pakde Nolan memberikan alur maju-mundur campur aduk tetapi terstruktur. Jadi, enggak asal dicampur-campur kayak es campur rujak es krim, ada rumusnya, saudara-saudara! Saya tahu, karena saya baru saja searching di Mbah Google, hehehe.
Alur yang disajikan pada film itu adalah, ending cerita terletak di awal film sedangkan akhir film merupakan pertengahan dari film tersebut. Anda pusing? Sama, saya juga. Daripada saya jelaskan di sini dan nantinya entah bisa mudeng atau tambah membingungkan lebih baik saya sarankan nonton sendiri saja. Recommended to watch banget!
Oh iya, apakah kalian masih penasaran dengan apa itu genre film neo-noir? Karena dari tadi saya belum menyinggung itu dalam menceritakan filmnya, hehe. Jadi, ada sebuah genre film yaitu film noir. Film noir itu, menurut Paman Wikipedia, adalah sebuah istilah sistematik yang digunakan untuk menggambarkan gaya film Hollywood yang menampilkan drama-drama kriminal yang menekankan keambiguan moral dan motivasi seksual. Periode film noir klasik Hollywood itu terjadi pada awal 1940-an sampai 1950-an. Film noir, pada masa kini sering dihubungkan dengan gaya visual hitam-putih dan dalam pencahayaan yang rendah berakar dari sinematografi Jerman, sementara banyak dari cerita-cerita prototipenya dan sikap noir yang klasik berasal dari aliran fiksi detektif yang muncul di AS pada masa depresi. Istilah film noir ini berasal dari bahasa Perancis yang artinya ‘kelam’.
Nah, di film Memento ini, terdapat dua alur yang saling beriringan. Ada alur maju dan mundur secara bergantian. Alur mundurnya disajikan dengan film yang berwarna sedangkan alur majunya menggunakan warna black-white. Nah, inilah sebabnya Memento dimasukkan ke dalam neo-noir karena film ini memiliki pencahayaan yang kelam pada bagian black-white-nya (noir) tetapi juga ada unsur berwarna juga (neo).
Pada awalnya, saya menonton film ini juga agak sedikit bingung (seperti saat saya pertama kali nonton Inception, dan akhirnya nontonnya diulangi sampe 2 kali, karena yang pertama pake subtitle English masih nggak paham hehehe). Tentu saja, karena setiap perpindahan alur setting waktunya terasa samar. Bener-bener disuruh mikir, seperti menyusun sebuah puzzle dalam film. Tapi tenang saja, seiring berjalannya film, kalian akan mengerti sendiri. Justru film seperti ini yang membuat kita berseru, “Blimey! Oh, jadi gini toh maksudnya…” hehehe.
For your information nih, Indonesia juga punya lho film noir. Pernah nonton film Kala? Film yang dibintangi Fachri Albar, Ario Bayu, dan Shanty merupakan film arahan dari Joko Anwar. Kala sendiri merupakan film noir Indonesia yang disebut-sebut kritikus sebagai sebuah lompatan tinggi dalam sejarah perfilman Indonesia. Film tersebut juga memenangkan kategori Tata Sinematografi Terbaik dan Tata Artistik Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia 2007. Kece banget, dah! Yang bikin bangga juga nih ya, film ini juga dapat penghargaan Best Film pada ajang Berlin Asia Hot Shots Film Festival dan juga dapat Best Visual Achievement di ajang New York Asian Film Festival. Soalnya, film Kala ini juga multigenre yaitu, noir, horror dan thriller. Wah, keren banget! Saya pernah nonton film Kala ini di TV, dan memang pencahayaannya kelam, noir banget. Warnanya cenderung ke sephia tapi agak dark dan settingnya jaman dulu.
Aduh, jadi out of topic, nih, kebiasaan -_-. Pokoknya nih, movie freakers harus banget nonton Memento dan Kala ini. Recommended! Sama-sama dapet banyak penghargaan. Kalau Memento pernah masuk nominasi di Academy Awards, tapi belum menang. Kalau penghargaan yang lainnya, banyak banget men…  (Iyalah, secara ratingnya 8.6 di IMDb.com)
Nah, itulah sekilas tentang Memento (2000) dan kemudian nyerempet ke film Kala (2007) karena kebablasana ngejelasin tentang film noir. Halah. Oke, cukup sampai di sini saja postingan-agak-bener-tapi-ujung-ujungnya-juga-nggak-jelas ini. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca dengan penuh kesabaran dan ketabahan :)
Sampai jumpa di Movie Review selanjutnya, folks! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar