Selasa, 24 September 2013

# Cinta # Puisi

RED!




Loving him is like driving a new Maserati down a dead end street.
Faster than the wind. Passionate as sin, ended so suddenly
“Semua ini terjadi begitu singkat. Tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Laksana kilat, menyilaukan mata sekejap. Meninggalkan bunyi gemuruh memekakkan gendang telinga. Dimulai dalam satu kedipan mata, berakhir dalam satu tarikan nafas”

Loving him is like trying to change your mind.
Once you’re already flying through the free fall.
Like the colors in autumn. So bright just before they lost it all.
“Semua ini begitu rumit. Mencintainya tanpa sebuah alasan, seperti kehilangan separuh kesadaran. Semuanya terasa begitu menyenangkan sampai semuanya sekejap menghilang”
Losing him was blue like I’d never known
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red. Loving him was red.

Touching him is like realizing all you ever wanted was right there in front of you.
“Menyadari kehadirannya adalah suatu keindahan dan kebahagiaan yang tak pernah ada tandingannya”
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favorite song.
“Mengingat semua kenangan tentang dirinya semudah mengetahui semua hal yang ada dan pernah kau lalui dalam hidupmu”
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there’s no right answer.
“Berkonflik dengannya seperti memecahkan masalah yang tiada habisnya. Tak mendapatkan satu jawaban apapun. Tak ada jawaban yang tepat”
Regretting him was like wishing you never found out that love could be that strong.
“Menyesali semua yang terjadi seperti menyesali sebuah hal yang sia-sia”
Losing him was blue like I’d never known
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
But loving him was red. Oh red burning red.

Remembering him comes in flashbacks and echoes
“Mengingatnya kembali laksana memutar drama klasik. Bergaung, berdengung memenuhi setiap rongga otakku”
Tell myself it’s time now, gotta let go.
“Berusaha menyadarkan diri, bahwa inilah saatnya. Inilah saatnya untuk benar-benar merelakannya. Merelakan seseorang yang mungkin saja tak pernah menyadari kehadiranmu lagi”
But moving on from him is impossible. When I still see it all in my head.
“Mencoba melupakan semua memori tentang dirinya terasa sangat tidak mungkin. Kenangannya terlanjur menancap, bercokol dalam relung hati yang paling dalam”
Burning red! Loving him was red!

Oh, losing him was blue like I’d never known.
“Membiarkannya pergi tanpa memberikan satu petunjuk pun padanya”
Missing him was dark grey all alone
“Laksana kehilangan salah satu pelita dalam hidupmu. Menyusuri tujuan tanpa makna. Tertatih-tatih sendiri dalam pekatnya kegelapan. Meraba-raba dalam keheningan berharap menemukan sisa-sisa cahaya”
Forgetting him was like trying to know somebody you’ve never met
“Sulit. Semuanya terasa sulit. Seperti mencoba mengingat masa kehidupanmu sebelum dirimu terlahir di dunia”
Cause loving him was red. We’re burning red.

And that’s why he’s spinning round in my head.
“Itulah mengapa bayangannya selalu berputar-putar menghantui setiap detik yang kulalui. Dirinya sudah terlalu membekas, meninggalkan guratan kepedihan. Sangat perih”
Comes back to me burning red.
“Mengharapkanmu kembali mengisi relung ini? Semoga ini bukanlah harapan yang bodoh…”

His love was like driving a new Maserati down a dead end street…
***
“Mencintainya laksana menggenggam api”


P.S: Buat para galauers. Special untuk teman saya yang lagi patah hati huehehe. Ini bukan apa-apa, karena blog udah lama gak diurusin alhasil malah bikin postingan gaje kayak gini. Haduh tak tahulah ini saya lagi kesambet apaan pas nulis ini hehe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar