Minggu, 22 September 2013

# Cinta # Puisi

Rindu...


Teruntuk dirimu yang sedang merindukan seseorang
Janganlah engkau bimbang
Sampaikan salam rindumu kepada Yang Maha Penyayang
Menguntai ke langit, membumbung tinggi, menembus bintang gemintang

Duhai, rindu…
Selalu saja urusan itu membuat ribuan raut wajah berubah sendu
Membuat jutaan pasang mata berair menangis tersedu
Hanya karena rindu…
Rindu pada dirinya yang jauh di sana…

Oh, Sayang…
Bukan karena aku seorang pujangga
Yang mampu merangkai sejumlah kata menjadi barisan kalimat penuh makna
Barisan kalimat yang serasa mendekap sukma
Mencairkan bekunya jiwa…
Dan bukan karena aku seorang penyair
Yang mampu mendendangkan kidung rindu dalam syair
Syair yang serasa menyibak tabir
Tapi, Sayang…
Aku hanyalah seorang hamba
Yang hanya mampu mencurahkan gulana hanya kepada-Nya
Biarkan Dia yang mendesain semuanya
Karena janji-Nya itu nyata…

Teruntuk dirimu yang sedang menunggu
Menunggu datangnya ‘Sepotong Hati’ dalam hidupmu
Bersabarlah… karena Tuhan sungguh tahu
Siapa yang sedang kau tunggu
Siapa yang sedang kau rindu…

Oh tetapi, Sayangku…
Janganlah tergesa-gesa…
Jangan biarkan perasaan itu meluber kemana-mana
Jalani saja hidupmu dengan semestinya
Menunggulah dengan ikhlas dan lapang dada…

Teruntuk dirimu yang sedang menantikan hadirnya ‘Sepotong Hati’
Teruslah senantiasa perbaiki diri
Mengabdi untuk mengharap ridho Ilahi
Jalani kehidupan dengan rendah hati
Karena janji-Nya itu pasti
Tak ada yang bisa mengingkari…

Teruntuk ‘Sepotong Hati’-ku nun jauh di sana…

Inspired by: “Sepotong Hati yang Baru” – Tere Liye

P.S: Efek setelah menyelesaikan membaca Sepotong Hati yang Baru-nya Tere Liye. Tiba-tiba inspirasi bikin puisi aneh ini langsung mak cling! Akang Ilham dan Pakde Wangsit datang membawa berkah :D

P.S.S: Puisi nya emang bukan ala-ala Chairil Anwar gitu ya, tapi sejak SMP memang saya suka banget bikin puisi. Jadi inget waktu SMP pernah bawa buku notes kumpulan puisi (made by myself) ke sekolah. Tiba-tiba langsung diambil pak guru saya, dibaca-baca -___-. Mana isi puisinya… ya gitu… absurd-ers galau-ers. Mana saya malu banget waktu itu gara-gara pakai adegan rebutan dulu sebelum pak guru berhasil mengambil dan membaca SEMUA isinya! *ini kenape malah curhat sih, Mus. Ealah!

P.S.S.S: Makasih udah baca puisi absurd eike ya, bok! :p *ketjup basah para pembaca :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar