“Saat
stress datang akibat mati-matian mempersiapkan acara yang satu ini. Ironis,
memang”
source: www.google.com |
Setelah bergumul dengan masalah yang
tiada henti, akhirnya tibalah kami di hari penuh sensasi. Halah. Petualangan
dimulai sejak hari Sabtu, 31 Mei 2014. Pada hari itu, kami melaksanakan geladi
bersih di venue seminar. Seminar ini
berlokasi di Convention Center Hall, Solo Paragon. Kami mulai mengatur kursi
sesuai kebutuhan, mengatur panggung, mengangkat sofa dan meja ke atas panggung,
menghias mimbar, menata seminar kit, mengangkat meja untuk stand sponsorship,
dan lain sebagainya. Pengisi suara pun satu persatu datang dan melakukan geladi
bersih. Waktu pun berlalu cepat, setelah kami istirahat sebentar dan
melaksanakan sholat Maghrib, kami melanjutkan pekerjaan lain yang masih
menunggu.
Jam demi jam demi jam pun berlalu, waktu
sudah hampir menunjukkan pukul 20.00. Dari luar venue, ada panitia yang mengabarkan bahwa salah satu pembicara
seminar kami akan datang untuk geladi bersih sekaligus check sound. Yup, namun si pembicara itu meminta untuk mensterilkan
ruang seminar, artinya panitia tidak boleh masuk, di dalam hanya boleh ada dia
bersama krunya. Tampak dari pintu, kami melihat pembicara itu memasuki venue, lantas kami pun disuruh keluar. Setelah
beberapa hal dibereskan, satu persatu dari kami pun pulang, kecuali beberapa
panitia yang bertugas mengurusi si pembicara itu. Mau tahu siapa dia? Silahkan
baca terus sampai selesai. Hehehe.
Saya pun pulang bersama teman-teman
saya. Malam itu, saya tidak pulang ke rumah. Saya dan Nisa menginap di kosan
Sheilla dan Tera, karena besoknya harus datang jam 06.00 untuk briefing dan persiapan lagi.
Malam itu saya susah tidur, terlalu
kepikiran sama acara besok. Perasaan saya juga tidak enak saat itu. Esok
paginya, saya terbangun jam 03.30. Padahal malamnya saya tidur hampir larut,
sekitar jam 22.45. Entahlah, mungkin saya hanya gelisah karena takut datang terlambat.
Pukul 05.15 kami berangkat, namun
sebelumnya kami jemput Rizki dan Mba Evy di kos. Mbak Evy membonceng saya, Nisa
membonceng Tera, dan Rizki membonceng Sheilla. Separuh perjalanan terlampaui,
tiba-tiba motor saya terasa oleng, saya pun berhenti di pinggir jalan. Jalanan
pagi masih lengang. Hanya ada beberapa pedagang pasar yang berlalu lalang. Saya
melihat ban motor saya, ternyata bocor. Sayangnya, di sekitar tempat saya
berhenti, lapak tambal ban-nya belum buka. Saya dibantu teman saya,
mencari-cari lapak tambal ban yang sudah buka di hari Minggu pagi yang amat
dini. Teman saya menemukan lapak tambal ban yang sudah buka dan jauhnya sekitar
satu kilometer. Ternyata inilah pertanda buruk yang semalam saya gelisahkan.
Hiks…
Sekitar jam 07.00 pagi saya baru sampai
di Paragon. Terlambat satu jam, dan itu sangat menyebalkan. Saya tidak suka
terlambat dan tidak terbiasa terlambat. Sampai di sana, semua panitia sudah
berkumpul. Mereka semua mulai bersiap untuk sarapan sebelum memulai pertempuran
seharian yang melelahkan.
Penampilan Saman Psikologi Universitas Sebelas Maret |
Ya, seperti yang telah dituliskan dalam
pamflet, pada seminar ini kami membahas tentang; bagaimana, sih, cara mengelola
stress sehingga bisa berdampak positif. Apalagi di zaman yang serba cepat ini,
tuntutan setiap orang semakin besar.
Adanya tuntutan yang besar tersebut
mungkin tidak dibarengi dengan kondisi mental yang baik, akibatnya banyak orang
yang mengalami stress akibat tuntutan yang kurang atau tidak terpenuhi.
Sehingga, jika semua hal tersebut terus menerus menumpuk dan terakumulasi, maka
lama kelamaan akan menimbulkan depresi. Nah, pada acara ini kami juga
menghadirkan pembicara yang super keren, ada Ibu Tika Bisono, seorang Psikolog
terkenal. Ada juga Ustadz Burhan Shodiq, ustadznya anak muda yang buku-bukunya
banyak bertengger di toko-toko buku seluruh Indonesia. Selain itu ada juga,
Marshanda, seorang yang mendaulat dirinya sebagai #1 MotivArtist dan seorang
yang saat geladi bersih meminta venue seminar
steril. Hehehe. Yup, pembicaranya keren sekali, bukan? *tertawa miris*
Ibu Tika Bisono, Psi. |
Ustadz Burhan Shodiq |
Well,
sebenarnya saya tidak ingin membahas tentang seminarnya, karena seminar selama
hampir delapan jam itu terlalu panjang untuk diceritakan. Hehehe. Saya hanya
ingin sedikit bercerita tentang salah satu pembicara di seminar tersebut. Yup,
siapa lagi kalau bukan sang MotivArtist, Marshanda.
Seperti yang kita tahu lewat
infotainment belakangan ini, Marshanda sedang mengalami badai dalam rumah
tangganya. Selain badai rumah tangga yang berujung perceraian, muncul pula
berita bahwa dirinya juga tengah berkonflik dengan ibu kandungnya. Ya, konflik yang
berlanjut saling tuding antara pengacara dan ibu Marshanda, bahkan membawa
perkara ini sampai ke meja hijau. Semacam sinetron kehidupan nyata, memang.
Penampilan Marshanda |
Saat seminar, Marshanda masih bersikap
wajar, masih mengenakan jilbab, tidak menunjukkan tingkah laku yang janggal
atau sebagainya. Bahkan sempat di akhir sesi, Marshanda memberikan pelukan
hangat kepada beberapa peserta seminar yang bersedia menceritakan kesedihan dan
masalahnya. Terlihat sangat normal dan masih berusaha menguatkan mereka-mereka
di luar sana yang sedang mengalami beragam tekanan. Selain itu, ia juga sempat
bernyanyi dengan suaranya yang merdu. Lepas, tanpa beban, menuai tepuk tangan
membahana dan sorai peserta seminar yang terhibur dengan penampilannya. Ya,
sejenak kami pun lupa bahwa di luar sana banyak paparazzi yang berusaha mencuatkan konflik rumah tangganya di muka
publik.
Oh iya, saya juga ingat bahwa saat
seminar Marshanda pernah memberitahukan bahwa, ia akan merilis sebuah video
yang berisi puisi karyanya. Puisi yang berisi curahan hatinya yang berjudul Unspoken.
Yup, video yang santer disebut-sebut sebagai video pertama yang mengunggah penampilan
Marshanda tanpa mengenakan hijab! Miris sekali, sejak saya mendengar Marshanda
melepas hijabnya. Saya pikir, berita di twitter yang menyebutkan bahwa
Marshanda mengunggah foto tanpa jilbabnya itu hanyalah hoax saja. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata semua berita
itu benar. Rasanya, sedikit kecewa juga, karena kemarin sudah sempat mengundang
Marshanda menjadi pembicara, memberikan motivasi malah. Padahal di episode 1
dari serial Unspoken tersebut terlihat bahwa Marshanda masih mengenakan
hijabnya. Ah, ya, saya sadar bahwa orang-orang bisa berubah dalam waktu
singkat.
Ya, memang pelik permasalahan yang
sedang mendera Marshanda saat ini. Berharap semoga semua dapat terselesaikan
dengan baik tanpa tambahan konflik. Meskipun sebenarnya saya sangat
menyayangkan keputusannya untuk melepaskan hijabnya. Ya, berharap semoga Marshanda
dapat segera menyelesaikan kekalutan mental dan segala permasalahan hidupnya.
Semoga saja suatu saat ia bisa sadar dan kembali menutup auratnya. Aamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar