Kamis, 26 Januari 2017

# Kampus Fiksi

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge] Day #9 – Dear Kamu…

Dear Kamu,
Apa kabarmu? Semoga selalu berbahagia di setiap situasi dan kondisi. Bagaimana keadaanmu? Semoga sehat selalu. Ingatkah kamu ketika kita pertama kali bertemu? Aku ingat sekali, kamu adalah gadis yang asyik dan mudah bergaul. Kamu juga humoris dan sedikit sarkas. Setiap orang mudah dekat dan nyambung denganmu. Sifatmu yang straight to the point memang kadang-kadang menyebalkan, tapi itu lebih baik daripada ngomong di belakang. Kepribadianmu yang ekstrover membuatmu jadi mudah populer di berbagai kalangan. Apalagi kamu sangat multitalent, semakin banyak yang senang bisa berteman denganmu.
Namun, dirimu tetaplah manusia yang tidak sempurna. Bahkan, teman satu kamar pun juga masih tidak percaya ada rahasia yang kamu sembunyikan. Hingga akhirnya semuanya terkuak! Dua teman sekamar kita yang pertama kali mengetahuinya. Diam-diam mereka sudah saling waspada terhadapmu. Hingga akhirnya, demi kesejahteraan teman sekamarmu yang lainnya, dua temanmu yang awalnya ingin menyembunyikan aibmu, memberitahukan kepada tiga teman sekamarmu yang lain–termasuk aku. Saat itu, kamu sedang pulang. Kami berlima berkumpul di kamar dengan pintu tertutup rapat, supaya empat lelaki teman sekelompok kita di kamar sebelah tidak mendengar.
Dua temanmu mewanti-wanti tiga temanmu yang lain supaya setelah mengetahui kejadian ini kami dilarang menjauhi kamu. Pokoknya, jangan memperlihatkan gelagat bahwa kami berlima sebenarnya sudah tahu rahasiamu. Lalu, dengan segenap rasa penasaran, kami bertiga (yang belum tahu) mendengarkan dengan saksama. Dua temanmu itu pun mulai merendahkan suara hingga hampir berbisik, supaya tidak terdengar sampai ke luar. Rahasiamu sungguh mengejutkan, mengagetkan dan mencengangkan dunia seluruh perempuan yang mendengarnya. Ternyata diam-diam kamu memelihara kutu di rambutmu!
Aku tercengang, tubuhku bergetar, tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang berjalan di antara rambutku. Geremet-geremet! Rasanya kuingin teriak! Rasanya kuingin menangis dalam hati! Sungguh, jika aku sampai tertular kutu, itu artinya rambutku pernah kutuan tiga kali. Pertama waktu SD tertular teman yang rambutnya kayak gembel, kedua waktu SMP karena tinggal di asrama, dan ketiga waktu KKN karena tertular kamu! Allahu akbar!
Tiga teman yang lainnya juga terkejut, tercekat, dan terpekik tertahan. Mimpi buruk setiap wanita seolah membayang di depan mata! Tentu saja kami dilanda kecemasan, sebab kami sudah hampir sebulan berbagi kamar denganmu, tidur di sampingmu, berbagi bantal denganmu! Dan setelah mengetahui kejadian ini, masih ada beberapa minggu lagi sampai tanggal penarikan dari pihak universitas. Cemas dan takut selalui menghantui sisa-sisa hari kami menjelang tanggal penarikan. Dua temanmu yang lebih awal tahu, sudah lebih dulu diam-diam membeli sisir serit (sisir bergerigi rapat). Diam-diam mereka sudah saling mencari di antara rambut masing-masing, kalau-kalau ada telur kutu, gabug (telur kutu yang sudah menetas), kor (anak kutu), ataupun induk kutu.
Setelah diberitahu hal itu, tiga temanmu–termasuk aku–langsung buru-buru membeli sisir serit juga, tentu saja tanpa sepengetahuanmu. Kami menyembunyikannya dengan rapi. Sesuai dengan janji kami kepada dua temanmu, kami tetap baik padamu, tidak tiba-tiba menjauhi kamu, dan tidak tiba-tiba kesal padamu. Hanya saja, satu perilaku kami yang jika kamu amati akan sangat janggal; tiba-tiba kami semua tidur dengan memakai jilbab. Salah satu upaya agar bisa tetap tidur di sampingmu tanpa tertular langsung kutu rambutmu.
Selama hari-hari penuh kecemasan itu, selalu terbayang di benakku masa-masa kelam ketika rambutku pernah berkutu. Saking frustrasinya, aku pernah mencuci rambutku dengan deterjen dengan harapan supaya induk kutu sampai telur kutu yang belum menetas langsung mati tak bersisa. Rambutku sampai jelek, kusut, dan bercabang akibat setiap seminggu sekali kucuci pakai deterjen. Sungguh, saat itu aku sangat takut jika ternyata aku tertular kutumu hingga beranak pinak dan banyak, sehingga susah diberangus meskipun sudah pakai Peditox (obat kutu) sekalipun. Maka, sebelum benar-benar gatal maksimal, kami melakukan tindakan pencegahan.
Kamu tahu tidak, bagaimana cemasnya lima temanmu itu? Setiap kamu pergi keluar kamar, entah dapat jatah giliran belanja, pulang sebentar ke rumahmu, diajak teman-teman lelaki ke kota, menyempatkan ke kampus sebentar, atau ketika kamu sedang mandi, kami langsung menutup pintu kamar rapat-rapat, melepas jilbab, saling mencari kutu di rambut masing-masing, dan menyisir rambut menggunakan sisir serit. Kami akan terpekik sedih ketika menemukan telur kutu yang belum menetas, lalu buru-buru menggilasnya dengan kuku. Kami akan memasang wajah waspada ketika menemukan anak kutu atau induk kutu, lalu buru-buru membunuhnya. Dan akan memekik keras ketika menemukan sejumlah gabug-gabug yang berguguran dari sisir serit. Tahu artinya, kan? Sudah banyak anak kutu yang menetas!
Ketika aku dapat jatah pulang sebentar ke rumah, aku curhat dengan bapak dan ibuku. Bapak dan ibu malah tertawa, lalu meledekku; “masih jaman anak kuliah rambutnya kutuan?”. Akhirnya, aku memutuskan untuk beli Peditox di apotek terdekat. Sambil menahan malu, karena mbak pegawai apotek menatapku dengan kening berkerut, seolah heran setua aku ini masih bisa kutuan.
Hingga berakhir masa KKN kita, kelima temanmu tetap tidak pernah menanyaimu terus terang. Sungguh, kami tidak suka konfrontasi dan tidak tega, terutama untuk hal-hal sensitif bagi wanita seperti; rambut berkutu. Tapi sungguh, empat lelaki teman sekelompok kita tidak tahu rahasiamu. Jadi, kamu bisa bernafas lega tanpa harus takut jatuh image-mu, terutama pada lelaki pujaanmu.
Itu kejadian setahun yang lalu. Bahkan sampai sekarang kamu tidak tahu kalau kami tahu rahasiamu. Alhamdulillah, pasca penarikan dan pulang ke rumah, setiap sehari sekali aku memakai Peditox di rambutku, rutin menyisir menggunakan sisir serit, dan keramas menggunakan sampo. Beberapa hari kemudian, kutu-kutu yang pernah bersarang di kepalaku telah lenyap tak berbekas. Aku lega. Namun, rekor rambutku pernah berkutu telah genap menjadi tiga kali. Sungguh, pengalaman selama KKN yang menyedihkan sekaligus tak terlupakan.
Jika kamu membaca ini, aku sungguh memohon maaf tidak pernah tega berterus terang padamu. Kami hanya sanggup menyimpannya dan memasang wajah manis di depanmu. Semoga sekarang kutu-kutumu sudah benar-benar lenyap dan tidak menular ke rambut teman perempuanmu yang lain. Kami tidak menyalahkanmu dengan rambut berkutumu itu. Kami yakin, kamu juga pasti sudah tertular kutu dari rambut lain. Mungkin saja, dari adikmu yang berambut sedikit lebih aneh daripada kamu. Maaf ya, Temanku….

Solo, 26 Januari 2017

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Kamu bakal ngerasain KKN ga Vin? Kalo iya, kamu harus screening rambut2 temenmu cewek. Satu dari enam cewek di Indonesia rambutnya kutuan *survey ngasal wkwk 😂

      Hapus