Jumat, 20 Januari 2017

# Kampus Fiksi

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge] Day #3 – Lima Resolusi 2017

Writing challenge hari ketiga semakin membuat saya memeras otak lebih lama. Sebab kelak tulisan ini akan menjadi semacam resolusi untuk tahun ini. Semoga harapan atau resolusi di bawah benar-benar bisa tercapai tahun ini. Aamiin. Baiklah, berikut harapan-harapan saya di tahun ini:

Pertama, kemandirian finansial. Saat ini, saya telah sampai di suatu titik di mana saya tidak ingin menjadi beban orang tua terlalu lama. Sebagai seseorang yang sudah berkepala dua, saya merasa harus benar-benar seratus persen mandiri. Salah satu jalan menjadi seorang mandiri yang paripurna adalah memiliki kemandirian finansial. Semoga harapan utama saya tersebut benar-benar terwujud di tahun ini. Aamiin.

Kedua, semakin produktif. Saya merasa selama tahun 2016 lalu, satu-satunya tulisan yang benar-benar saya kerjakan sepenuh jiwa raga hanyalah skripsi. Tentu saja, masih kurang. Selama mengerjakan skripsi, saya meng-hiatus-kan diri menulis hal lain, terutama yang berbau fiksi. Selain karena lelah harus menatap layar laptop terlalu lama, saya takut tiba-tiba skripsi saya mendadak freestyle, tidak sesuai kaidah ilmiah. Saya ‘kan suka sekali tiba-tiba menulis ‘meskipun’, ‘tetapi’, dan ‘walaupun’ di depan kalimat, yang tentu saja hal tersebut haram hukumnya dalam dunia penulisan ilmiah. Intinya, tahun ini saya ingin menjadi semakin produktif dalam semua hal yang bermanfaat, terutama menulis.

Ketiga, bertambah wawasan dan pengalaman. Salah satu cara untuk mewujudkan resolusi satu ini adalah memperbanyak membaca buku dan mengikuti kegiatan yang bermanfaat. Saya tidak akan membiarkan waktu luang saya terbuang sia-sia dengan kegiatan yang kurang penting. Tapi kalau weekend mengalokasikan waktu untuk marathon nonton drama Korea boleh, dong? Drama Korea itu bermanfaat untuk memicu sekresi air mata, lho, supaya mata selalu lembab dan bersih. #krik *mencoba menegosiasi diri*

Keempat, kematangan emosional. Baiklah, mungkin di usia yang sudah memasuki fase dewasa awal ini, saya sudah dituntut untuk menjadi lebih matang dan dewasa daripada sebelumnya. Proses menuju kematangan emosional memang panjang, meskipun sudah saya mulai jauh-jauh hari. Ibaratnya, masih loading. Tentu saja, kematangan emosional tidak hanya menjadi resolusi di tahun ini saja, malah mungkin akan berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Kelima, yang paling penting, peningkatan spiritualitas. Dalam beberapa hal, saya memang masih kurang banyak. Sudah beberapa kali disindir Bapak juga perihal ilmu agama saya yang masih cetek. Ibadah saya pun masih belum seberapa. Kadang-kadang terjangkit futur. Intinya, saya masih perlu banyak tambahan dan tambalan. Sama seperti kematangan emosional, resolusi ini juga tidak akan berhenti di tahun ini, harus terus berlanjut hingga tahun-tahun mendatang.

Selama proses mewujudkan hal-hal di atas, semoga saya tetap istiqomah meskipun nama saya tidak ada ‘istiqomah’nya. Halah.

Poin-poin di atas memang tampak abstrak sekali, karena tahun ini memang puncak keabstrakan saya. Hmmm… barusan saya nulis apa, sih? Ah, mungkin saya sedang terdistrak oleh aroma nasi goreng dari luar. Perut saya mendadak keroncongan, tapi masih lebih baik daripada dangdutan. Hehehe. #krik

Sudah, sudah! Lelucon ini semakin ajinomoto micin saja. Sekian dan terima kasih.



Solo, 20 Januari 2017

2 komentar:

  1. Musrifah Istiqomah Ariati. Nama yang keren sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetot! Nama belakangnya kurang satu huruf tuh. Hahaha

      Idemu leh ugha Kak Miko 😂

      Hapus