Minggu, 22 Januari 2017

# Kampus Fiksi # Movie

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge] Day #5 – Tiga Film Paling Berkesan

Finally, sampai juga di tantangan hari kelima. Setelah sebelumnya berjibaku dengan tantangan yang mengorek kehidupan pribadi dan membuat saya mikir keras supaya curcolnya nggak terlalu kentara. Hahaha. Sebenarnya, akhir-akhir ini saya lebih sering nonton drama Korea daripada nonton film. Lagipula, kebanyakan film-film yang pernah saya tonton sangat berkesan hingga kadang bikin saya hangover. Beberapa yang paling berkesan juga sudah pernah saya review di blog ini. Sedangkan pada postingan kali ini, saya berusaha mereview tiga film yang sebenarnya sudah lama saya niatkan untuk nge-review. Well, inilah tiga film yang membuat saya berkesan langsung dari hati terdalam. #Eaaaa. Check this out;
Hello Stranger (2010)
[source]
Salah satu film Thailand yang memorable dan bikin saya geregetan maksimal! Saya nonton film ini karena dapat rekomendasi dari salah satu teman saya. Akhirnya, saya minta dua film Thailand yang menurutnya bagus; Bangkok Traffic Love Story dan Hello Stranger. Biasanya, saya skeptis dengan segala jenis film romance. Monoton, cheesy, dan too good to be true, kalau kata saya, sih. Tetapi ekspektasi jelek saya tidak terbukti, malah kedua film tersebut berhasil bikin saya baper dan geregetan double-delight! Halah. Terutama Hello Stranger yang endingnya, ugh…!
Film ini berkisah tentang seorang wanita dan seorang pria yang bertemu ketika liburan ke Korea Selatan. Cerita berawal ketika Dang (Chantavit Dhanasevi) pergi ke Korea Selatan dengan kondisi absurd pasca dijahili teman-temannya ketika dalam kondisi mabuk berat. Malam sebelumnya, Dang mabuk-mabukan sama teman-temannya sampai pagi, padahal pagi itu Dang harus segera ke airport untuk ikut tur bersama rombongan ke Korea. Kondisi Dang yang mabuk berat membuatnya jadi bahan kekonyolan teman-temannya. Sesampai di airport, Dang dibiarkan pakai kaos tipis, celana pendek, dan tas kecil. Di saat yang bersamaan, ada seorang wanita bernama May (Nuengthida Sophon) yang juga bertolak ke Korea untuk menghadiri pesta pernikahan temannya.
Singkat cerita, pertemuan Dang dan May di Korea memang terbilang aneh. Sehabis makan di restoran lokal dan mabuk, Dang berniat pulang ke hotel tempat dia menginap, tapi entah kenapa tiba-tiba saja dia nyasar dan ketiduran di penginapan May. May kaget tapi juga kasihan, karena di luar dingin banget, akhirnya Dang dibiarkan tidur di depan pintu penginapan. Dang yang ternyata ketinggalan rombongan turnya, akhirnya lantang-luntung nggak karuan dan memilih ngintilin May ke manapun dia pergi, sampai May pun ngerasa jengkel dan gerah. Hahaha. Tapi akhirnya May membiarkan Dang ngikutin dia, karena kasihan kondisi Dang memang mirip turis-gembel-yang-nyasar.
Selama di Korea mereka selalu jalan bareng, tapi mereka bikin perjanjian untuk tidak saling memperkenalkan nama! Sudah jalan bareng ke sana kemari, namun mereka saling nggak mau tahu nama masing-masing. Memang sialan benar film ini! Sampai akhirnya, liburan May usai dan ingin segera pulang ke Thailand. Sampai di titik itu, masing-masing dari mereka tetap saja belum tahu nama masing-masing. Selanjutnya sampai ending tidak akan saya ceritakan. Pokoknya, endingnya ugh… banget! Sudah, ah, nanti saya malah tambah baper. Akibat nulis ini, saya berniat nonton ulang Hello Stranger lagi. Asli!
The Theory of Everything (2014)
Rating IMDb: 7.7/10
[source]
Awalnya, saya ingin nonton film ini karena tertarik dengan kisah yang diangkat, tentang kehidupan Stephen Hawking. Semua pasti tahu siapa Stephen Hawking, seorang ilmuwan astrofisika brilian sekaligus kontroversial yang mengaku tidak percaya Tuhan. Bagi yang belum nonton, jangan takut kalau-kalau film ini akan menyajikan segala tetek bengek teori fisika yang bikin enek. Hahaha. Film ini bercerita tentang kehidupan Stephen Hawking sejak mahasiswa hingga akhirnya dia harus berjuang melawan penyakit ALS (Amyothrophic Lateral Syndrom) yang menggerogotinya.
Sebagian besarnya ceritanya berisi tentang kisah cinta Stephen Hawking (Eddie Redmayne) dan mantan istrinya Jane Wilde (Felicity Jones), dari mulai pacaran saat masih mahasiswa hingga menikah. Ketika akhirnya Stephen divonis ALS dan harapan hidupnya tinggal 2 tahun, kisah cintanya dengan Jane diuji. Awalnya, Stephen berniat untuk menjauhi Jane, namun akhirnya Jane tidak masalah harus mendedikasikan seluruh hidupnya untuk merawat Stephen. Bikin terharu….
Hal yang paling membuat saya terkesan adalah usaha Eddie Redmayne dalam memerankan Stephen Hawking. Benar-benar keren sekali! Postur dan gesturnya pun hampir menyerupai sosok aslinya. Konon, untuk mendapatkan tubuh sekurus itu, Eddie Redmayne harus menurunkan berat badannya hingga 7 kg. Saya juga suka penjiwaan karakternya, terutama ketika Stephen Hawking mulai mengalami kelemahan otot akibat ALS. Bahkan katanya, akibat dari harus berlama-lama berperan seperti itu, Eddie Redmayne mengalami sedikit pergeseran tulang. Tidak heran kalau akhirnya usaha Eddie Redmayne diganjar dengan piala Golden Globe sebagai aktor terbaik.
Akibat nonton film ini, saya jadi suka sekali sama Eddie Redmayne. Bahkan, saya kepingin banget nonton filmnya yang lain; Fantastic Beast and Where to Find Them dan The Danish Girl. Sayang, kemarin ketika Fantastic Beast sedang booming, saya belum sempat nonton. Hiks.
The Imitation Game (2015)
Rating IMDb: 8.1/10
[source]
Saya baru banget nonton film ini beberapa minggu lalu. Sebenarnya, tertarik nonton film ini bukan karena Alan Turing-nya, namun karena aktor utamanya Benedict Cumberbatch. Alasan receh, hahaha. Sebab saya sudah kadung kepincut dengan aktingnya Uncle Ben ketika jadi Sherlock Holmes di serial BBC Sherlock (2010-2017). Saya kepingin banget lihat aktingnya ketika memerankan Alan Turing yang rambutnya klimis maksimal itu. Hahaha.
Film ini berkisah tentang Alan Turing (Benedict Cumberbatch), seorang ahli matematika yang berperan sebagai kriptoanalis dalam Perang Dunia II. Sumbangsih Alan Turing dalam perang tersebut adalah menerjemahkan pesan rahasia Jerman dengan menggunakan Enigma. Sayangnya, dalam menggunakan Enigma harus mengetahui rumus tertentu sehingga pesan rahasia Jerman bisa diterjemahkan. Nah, Alan Turing menciptakan sebuah mesin yang digunakan untuk mencari rumusan kode untuk memecahkan penggunaan Enigma.
Sebagaimana kisah hidup Alan Turing yang tragis, ending film ini juga tragis. Turing yang memiliki kelainan seksual (gay), memilih menjalani suntik hormon alih-alih menjalani hukuman penjara. Inggris masa itu memang masih menganggap bahwa seseorang yang memiliki kelainan seksual sangat berbahaya. Awalnya, saya kira Turing bakal menikah dengan Joan Clarke (Keira Knightley) karena sempat menjalin hubungan hingga tunangan. Namun akhirnya, Alan Turing mengaku kalau dia sulit untuk membohongi dirinya sendiri (menyukai wanita). Sehingga, dia membatalkan pernikahan dengan Clarke. Pasaca Perang Dunia II, Joan Clarke pun menikah dengan orang lain. Hiks.
Wow, panjangnyaaaa! Kalau disuruh nulis tentang film, saya memang susah ngerem. Baiklah, cukup sekian review panjang guna memenuhi tantangan hari kelima ini. Tangan saya sudah capek dan mata saya sudah berair akibat terlalu lama mantengin laptop. Hehehe.

Solo, 22 Januari 2017

4 komentar:

  1. Aku baru nonton The Imitation Games. Keren emang sih, bikin kening mengkerut juga sepanjang film. Harus ikut mikir hahaha

    Baiklah, saatnya hunting Hello Stranger sama Theory of Everything. Ngomong-ngomong, akting Eddie Redmayne di Fantastic Beast emang mantap banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, belum nonton Fantastic Beast nih. Menyesal banget gara2 ngajakin orang tapi pada ga bisa, terus udah keburu habis filmnya :(

      Hati2 nonton Hello Stranger bikin baper jomblo wkwk 😂

      Hapus
  2. Waaaah kita satu selera ternyataaaa XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah udah nonton tiga2nya mba? Termasuk Hello Stranger yg bikin galaw maksimal itu? Wkwk

      Hapus