Rabu, 18 Januari 2017

# Kampus Fiksi

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge] Day #1 – Tipe Kekasih Idaman (?)


[source: www.tumblr.com]
Bicara tentang tipe-tipe seperti ini, terkadang saya agak bingung mau nulis apa. Seringnya, kalau nulis tipe-tipe seperti ini, saya sering nulis yang menjurus ke too good to be true. Baiklah, demi challenge dan blog tidak semakin suwung, saya akan mencoba agak serius.

Ngomong-ngomong tentang cinta dan kekasih idaman, sering sekali saya mendapati tulisan-tulisan sejenis yang beredar di dunia maya. Mulai dari Line Today, Hipwee, hingga IDN Times, tulisan-tulisan ‘menjurus’ seperti ini memang sering dapat visitors yang lumayan banyak. Selain memang menarik, kecenderungan manusia untuk penasaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya juga turut andil mempopulerkan jenis topik tersebut.

Seperti kalimat dalam salah satu artikel yang saya baca di Line Today; seseorang cenderung memilih pasangan yang memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Cewek lebih suka cowok yang mirip ayahnya, sebaliknya cowok lebih suka cewek yang mirip ibunya. Mirip di sini lebih dalam artian fisik, terutama struktur tulang wajah. Fakta sains juga membuktikan, seseorang cenderung mencari pasangan yang memiliki kemiripan kode genetik. Ibarat ngaca, pasangan kita kelak adalah pantulan dari diri kita. Kayak Mirrors-nya Justin Timberlake gitu deh…

It’s like you’re my mirror…

My mirror staring back at me…

(Kalau diteruskan, lama-lama jadi bikin konser)

Intinya, kekasih masa depan kita memang nggak bakal jauh-jauh dengan diri kita saat ini. Secara nggak sadar pula, kriteria kita juga sedikit nyerempet-nyerempet dengan fakta sains di atas. Contohnya, sebagai berikut:

Pertama, biasanya kita akan memilih pasangan yang seiman atau seagama. Jelas, kalau ingin langgeng hingga jenjang pernikahan plus mendapat restu orang tua, faktor prinsip seperti ini tidak boleh sekali-kali diterabas. Bagi saya, hal ini memang sangat prinsip. Bahkan, saya sendiri menambahkan kriteria khusus; paham ilmu agama, baik teoritis maupun aplikatif. Bagi yang ingin penjelasan lebih lanjut, mari kita tukeran proposal… *Ups… Eh (?)

Kedua, memiliki good attitude. Misalnya, kita sering mematok kriteria seperti bertanggung jawab, pekerja keras, pendengar yang baik, sayang keluarga, dan berbakti kepada orang tua. Bisa pula ditambahkan, misalnya, bukan pecandu film porno, alkoholik, atau pecandu narkoba. Kriteria good attitude ini akan semakin bertambah banyak ketika kita menyadari ‘we deserve someone better’.

Ketiga, memiliki kelebihan dan keistimewaan. Kelebihan di sini bisa dalam aspek fisik maupun psikis. Misalnya, memiliki paras rupawan nan enak dipandang, tinggi yang proporsional, cerdas, nyambung ketika ngobrol masalah serius dan tidak loading lama. Menurut saya, buang-buang waktu menjalin hubungan dengan seseorang yang rupawan tapi tulalit. Iya sih ganteng mirip Song Joong Ki atau cantik mirip Song Hye Kyo, tapi ketika diajak ngobrol sejarah atau berita update terkini malah ngowoh sambil garuk-garuk kepala. Hadeuh…

Keempat, mau introspeksi dan belajar menjadi lebih baik. Ini adalah kriteria yang saya tambah sendiri, sih. Hehehe. Hal ini penting sekali, apalagi untuk pasangan seumur hidup. Ketika menjalani kehidupan rumah tangga, mustahil tidak ada konflik. Nah, konflik pernikahan tersebut bisa diminimalisasi jika masing-masing pihak mau introspeksi kekurangan diri dan bersedia belajar menjadi lebih baik. Buat apa hidup dengan orang yang antikritik plus bebal? Capek hati dan buang-buang waktu, kan?

Kelima, semua di atas tidak akan berguna jika tidak berbeda kelamin. Apalagi jika tujuan mencari pasangan adalah untuk menuju ke jenjang pernikahan. Biasanya, orang yang menikah juga bertujuan untuk melestarikan keturunan dari jenisnya. Kalau sama-sama cowok atau sama-sama cewek, gimana caranya bikin anak? Wkwkwk.

Last but not least, semua kriteria di atas juga perlu diimbangi dengan kualitas dan kapasitas diri sendiri. Agak tidak realistis jika kita mendambakan seseorang yang memiliki kualitas lebih dari kita, namun kita lupa meng-upgrade kualitas diri sendiri. Istilah kasarnya; ngaca woy!

Jadi, untuk mencapai kriteria-kriteria impian tersebut, kita perlu banyak-banyak melihat ke dalam diri kita. Jika saya ingin seseorang yang punya perilaku A, maka saya juga harus berperilaku A. Seperti yang saya tulis di atas, hal-hal yang ada dalam kekasih masa depan kita kelak tidak akan berbeda jauh dengan keadaan kita saat ini. Karena laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik, begitu pula sebaliknya. 




Solo, 18 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar